/0/22335/coverbig.jpg?v=ecdfcc6a84f5e84bc0e6cefe1e9ee44d)
Mina Allerick hanya ingin satu hal, kebebasan. Tapi dunia seakan tidak pernah memberinya ruang untuk bernapas. Ketika hidupnya dipenuhi ancaman dari Gabin-pria kejam yang seharusnya dia sebut keluarga-Mina melarikan diri dengan segenggam keberanian. Namun, pelarian malah membawanya ke dalam kegelapan yang lebih kelam. Sebuah rumah. Tiga mayat. Dan dua pria berbahaya dari keluarga Blackwood yang tak mengenal belas kasih. Red Blackwood, pria dengan tatapan sedingin malam, menawarkan perlindungan dengan satu syarat-Mina harus menjadi miliknya. Sementara itu, King Blackwood, kakaknya Red, menuntut sesuatu yang lebih mengejutkan-sebuah ikatan rahasia yang menjerat Mina sangat jauh dan dalam. Di tengah rahasia, kekuasaan, dan rasa takut, Mina terperangkap dalam permainan mereka. Dia tidak tahu siapa yang bisa dipercaya, siapa yang sebenarnya melindunginya, dan siapa yang memanipulasi nasibnya. "Kau cuma punya dua pilihan, Mina. Mencintaiku atau mati di tanganku." Tapi, apa jadinya jika hati Mina memilih melawan? Atau justru menyerah pada salah satu Blackwood?
Menikahi saksi mata. Terpaksa Red lakukan demi menghindari banyak hal, terutama untuk menjamin si saksi tutup mulut. Padahal tidak harus sampai sebegitunya, namun keputusan ayahnya-Logan Blackwood, memang tidak bisa dibantah.
"Buka kakimu lebar-lebar, Mina."
"Tidak." Mina malah merapatkan kedua kakinya.
Red mencekik Mina menggunakan satu tangan, namun hal serupa pun dibalas Mina meski cengkeraman Red terasa lebih kuat.
"Hebat. Kau membaca gerakanku, lalu membalasnya." Menyeringai, Red senang karena ternyata menikahi wanita tangguh seperti Mina. Tidak takut padanya, apalagi pada kematian. Padahal baru tempo hari Mina di sana. Melihatnya melakukan sesuatu yang pastinya tidak mudah diterima oleh orang waras dan normal pada umumnya. Namun kini wanita itu ada di sini, bersamanya, menikah dengannya. Menjadi istri, pendamping hidup-meski terpaksa.
Mina balas menyeringai. Tidak berniat melepas cengkeraman kedua tangannya dari leher Red, kalau pria itu tidak mau melepasnya lebih dulu. "Pernikahan kita boleh terpaksa, namun tidak saat berhubungan. Bukankah bercinta karena dipaksa itu sangat tidak nikmat rasanya, Red Blackwood?"
Red tertawa, melepas cengkeraman satu tangannya dari leher Mina. "Itu artinya kau menolak bercinta denganku?"
"Untuk malam ini, ya. Tapi malam-malam selanjutnya mungkin aku yang akan merayumu untuk meniduriku." Mina pun melakukan hal yang sama. Melepas kedua tangannya dari leher Red.
Red kembali tertawa karena mendengar jawaban Mina. Mungkin inilah rasa takut sang ayah yang menurutnya tidak beralasan, sekarang menjadi sangat beralasan. Mina Allerick yang berbahaya, liar, cenderung bersikap semaunya. Saksi mata yang seperti Mina cukup berbahaya. Bisa buka mulut kapan saja, bahkan melebih-lebihkan cerita. Walau bukan tidak mungkin seseorang yang pendiam, tenang dan santai pun bisa jadi berbahaya tanpa terduga-duga. Sebenarnya sama saja. Tipikal dua jenis manusia berbeda karakter seperti itu patut diwaspadai.
Tawa Red sudah berhenti, Mina pun kini lebih santai dan tenang. Mereka cuma duduk di atas kasur masih dengan setelan pernikahan yang berantakan, karena kegiatan ranjang batal dilakukan.
"Jangan harap kita akan tidur terpisah." Red membuka tiga kancing kemeja teratas.
"Memang lebih nyaman tidur berdua." Perlawanan Mina sungguh terang-terangan.
Red tersenyum lebar sambil angguk-angguk. "Aku akan terus mengawasimu, Mina. Berhati-hatilah."
Ancaman Red tidak mendapat tanggapan apa pun dari Mina, sebab Mina tahu maksud dari peringatan Red yang tidak main-main.
Ketika Red beranjak menuju ke kamar mandi, di situlah kesempatan Mina melepas gaun pengantinnya yang tidak terlalu merepotkan. Walau simple, tetap berkesan anggun. Mina bergegas keluar kamar dengan terusan pendek longgar, mencari kamar mandi lain.
Tidak ada siapa pun di rumah besar Red, selain mereka berdua. Memudahkan Mina dan si pemilik rumah untuk bersikap semaunya, menjadi diri sendiri.
Malam pertama mereka terlewati begitu saja. Sungguh, tidak ada yang terjadi. Keduanya memang tidur di ranjang yang sama, namun saling memunggungi satu sama lain sampai pagi datang.
Jam enam lewat lima, Red terbangun. Melirik Mina yang tertidur dalam posisi rapi. Tidak lagi memunggunginya, kini telentang dengan kedua lengan terlipat, lalu telapak tangan di atas perut. Mirip mayat yang terbaring di peti mati.
Satu jam setelah Red siap, sudah berpakaian rapi dan sarapan, Mina baru keluar kamar.
"Cepat bersiap. Kau harus ikut denganku." Red tidak mau menunggu lagi. Berdiri dari duduk, meraih kunci mobil. "Sepuluh menit." Berjalan melangkah meninggalkan ruang makan.
"Aku belum sarapan!" teriak Mina sebelum Red menghilang di balik lorong. "Dua puluh menit!"
Sebelas menit. Red tidak memiliki kesabaran seluas halaman rumahnya. Kembali ke ruang makan untuk mengangkut Mina seperti karung beras. Sementara yang diangkut terus mengunyah sandwich tanpa merasa terganggu. Tidak ada drama meronta-ronta minta diturunkan, Mina diam saja diperlakukan begitu sampai akhirnya diturunkan tepat di samping mobil.
Mina tidak suka bicara selagi makan. Tidak perlu bertanya mereka akan ke mana, dia langsung membuka pintu mobil bagian depan, sebelah pengemudi. Tiba-tiba kerah blusnya malah ditarik dari belakang, membuatnya spontan tersedak.
Sisa sandwich tersangkut di tenggorokannya. Kesusahan Mina terbatuk-batuk untuk setidaknya mengeluarkan makanan yang menetap di kerongkongan.
Berada di belakang Mina, seketika sadar bahwa karena perbuatannya Mina sampai tersedak, Red melingkarkan kedua lengan memeluk Mina dari belakang. Dengan cepat melakukan Heimlich Maneuver untuk menolong Mina.
"Uhuk!" Kondisi Mina membaik setelah Red berhasil menerapkan metode pertolongan pertama padanya.
Kembali bernapas dengan normal, Mina melirik marah pada suaminya. "Rupanya kau berencana membunuhku."
"Kenyataannya aku justru menolongmu. Cepat naik. Kita hampir terlambat." Red tidak peduli pada tuduhan selancang apa pun itu. Berjalan cepat menuju ke sisi mobil untuk pengemudi.
Masih tersisa kepanikan dalam dirinya, Mina mengusap tenggorokan sambil menarik pintu mobil. Dia tahu kalau Red sengaja menarik kerah blus-nya dari belakang karena mencegah niatnya yang bermaksud duduk di depan. Rupanya Red tidak mau dia duduk di sana, tepat di samping pengemudi.
"Baiklah, aku pun tidak sudi!" teriak Mina dalam hati.
Sepanjang perjalanan cuma hening. Sesekali Mina berdeham untuk menetralkan tenggorokannya yang terasa tidak nyaman.
Red menepikan mobil di pinggir jalan, setelah dua puluh menit berkendara. Menoleh ke belakang untuk memperingatkan Mina. "Ibuku sangat berbeda denganku atau ayahku. Jaga sikapmu, tetap tenang."
Oh, rupanya mereka melakukan kunjungan ke rumah ibunya Red-Jemima. Wanita berkelas yang anggun, lembut dan memang jauh berbeda dengan Red atau Logan. Seolah mereka bukan keluarga, berada di kelas yang tidak sama. Wanita itu tidak hadir di acara pernikahan mereka. Kata Logan, Jemima sedang melakukan operasi usus buntu tepat di hari sumpah setia sehidup semati Red dan Mina terucap.
Mina belum turun dari mobil. Bukan bertingkah, melainkan tengah mempersiapkan diri. Kunjungan mendadak yang membuatnya merasa ngeri.
Red mengetuk jendela, sementara Mina mengangkat telapak tangan di depan wajahnya sebagai isyarat bahwa dia butuh waktu.
"Sebentar, sialan!" umpatnya pelan. "Siapa suruh membawaku ke sini tanpa pemberitahuan sebelumnya." Mina mengatur napas, mempersiapkan banyak kalimat bohong untuk diucapkan bila diperlukan.
Ketika pintu didorong terbuka oleh Mina, Red yang menunggunya di samping mobil malah menutup pintu kembali dengan bantingan kuat, membuat Mina terkejut-hampir mengumpati Red, namun rupanya itu tindakan refleks Red untuk melindunginya. Melindungi Mina dari kakak laki-lakinya yang tidak kenal ampun.
Red terlambat mencapai pintu untuk mengunci Mina di dalam, karena kakaknya-King, lebih dulu membuka pintu dan menarik Mina keluar dengan cara kasar.
"Hei, King! Lepaskan dia!" Red tidak bisa maju selangkah pun. King menawan istrinya. Menggunakan pistol yang mulutnya ditekan ke pelipis Mina. Tidak ada yang tidak tahu betapa gilanya seorang King Blackwood. Sampai-sampai Logan pun takut padanya. Pada ketidakwarasan King.
"Mundur, Red." Padahal King menyaksikan sendiri kalau adiknya sama sekali tidak melangkah maju, melainkan tetap di tempat, namun dia begitu suka melihat kepanikan di wajah Red yang selama ini hidup aman dan tenang di bawah naungan keluarga besar mereka. Red perlu diguncang.
"Jangan mengujiku," geram Red sambil mengepal tinju. "Kau rupanya sengaja menggunakan ibu untuk memancingku datang bersama Mina."
King terkekeh pelan, menyeret mulut pistolnya dari pelipis Mina, turun ke pipi, lalu menuju leher, memberi penekanan di sana. "Kau terlalu tegang, Red. Santailah sedikit. Aku cuma ingin melihat wajah saksi yang menonton perbuatan kita tempo hari."
Mina memasang ekspresi datar. Terlihat tidak gentar. "Aku tidak dengan sengaja menonton aksi pembunuhan yang kalian lakukan."
Pistol King menjauh dari leher Mina. Tertawa pelan, lalu mendekatkan bibirnya ke telinga Mina. "Aku mengawasimu, Mina Allerick. Jangan kira dengan menikahi adikku semuanya selesai."
"Akan kuingat ancamanmu dengan baik." Balasan Mina yang terdengar santai bergetar, membuat King merasa senang.
Sudah dua tahun Ava dan Jay menjalani pernikahan karena perjodohan. Selagi Jay terus main gila di luar, Ava pun melakukan hal yang sama dengan mengencani seorang pria kaya dari keluarga terpandang. Meski sangat ingin, Ava dan Jay tidak bisa bercerai. Sehingga Jay akhirnya mengizinkan Ava menjalani pernikahan bersama pria lain yang dirahasiakan. Bisakah rahasia itu terus terjaga? Sampai kapan?
Setelah mengganti identitasnya menjadi Olivia Finley, ZeeZee kini berperan penuh untuk dirinya sendiri dalam kehidupan barunya. Hubungan Rhys dan Olivia terus diguncang jarak yang terbentang di antara mereka. Ketidakpercayaan, cemburu, dan masa lalu, memicu hal itu terus membuat hubungan keduanya semakin goyah. Di saat hidup sendirian jauh dari Rhys, Olivia tidak pernah sadar dirinya menjadi incaran seorang penguasa kota tempat dia menetap saat ini. Tanpa sebab dan alasan yang jelas. Brady White. Pria tampan mengerikan itu, memberikan banyak kejutan kecil dan penderitaan untuk Olivia agar dia bersedia bertekuk lutut dihadapannya. ZeeZee si gadis pemberontak tidak akan pernah tunduk pada siapa pun! Apa itu tetap berlaku pada Olivia Finley?
ZeeZee Dimitri Oxley salah satu anggota keluarga termuda di keluarga Oxley, cenderung menyukai pemberontakan pada setiap hal yang dianggapnya tidak menyenangkan. Hidupnya berubah ketika si Kakak tertua—Rhys—menjadikannya sebagai target bagai boneka yang mudah dikendalikan. Walau awalnya dipenuhi oleh rasa takut pada Kakaknya yang bengis dan tak berperasaan, lama kelamaan ZeeZee tak lagi ketakutan saat bersama Rhys. Masalah muncul ketika ZeeZee menemukan sebuah rahasia besar tentang dirinya yang bukan Anak kandung dari keluarga Oxley dan rasa tertariknya yang makin kuat pada Rhys. Bisakah cinta ZeeZee dan Rhys bersatu?
Bagi Sella Wisara, pernikahan terasa seperti sangkar yang penuh duri. Setelah menikah, dia dengan bodoh menjalani kebidupan yang menyedihkan selama enam tahun. Suatu hari, Wildan Bramantio, suaminya yang keras hati, berkata kepadanya, "Aisha akan kembali, kamu harus pindah besok." "Ayo, bercerailah," jawab Sella. Dia pergi tanpa meneteskan air mata atau mencoba melunakkan hati Wildan. Beberapa hari setelah perceraian itu, mereka bertemu lagi dan Sella sudah berada di pelukan pria lain. Darah Wildan mendidih saat melihat mantan isrtinya tersenyum begitu ceria. "Kenapa kamu begitu tidak sabar untuk melemparkan dirimu ke dalam pelukan pria lain?" tanyanya dengan jijik. "Kamu pikir kamu siapa untuk mempertanyakan keputusanku? Aku yang memutuskan hidupku, menjauhlah dariku!" Sella menoleh untuk melihat pria di sebelahnya, dan matanya dipenuhi dengan kelembutan. Wildan langsung kehilangan masuk akal.
Blurb : Adult 21+ Orang bilang cinta itu indah tetapi akankah tetap indah kalau merasakan cinta terhadap milik orang lain. Milik seseorang yang kita sayangi
Kisah seorang ibu rumah tangga yang ditinggal mati suaminya. Widya Ayu Ningrum (24 Tahun) Mulustrasi yang ada hanya sebagai bentuk pemggambran imajinasi seperti apa wajah dan bentuk tubuh dari sang pemain saja. Widya Ayu Ningrum atau biasa disapa Widya. Widya ini seorang ibu rumah tangga dengan usia kini 24 tahun sedangkan suaminya Harjo berusia 27 tahun. Namun Harjo telah pergi meninggalkan Widy sejak 3 tahun silam akibat kecelakaan saat hendak pulang dari merantau dan karna hal itu Widya telah menyandang status sebagai Janda di usianya yang masih dibilang muda itu. Widya dan Harjo dikaruniai 1 orang anak bernama Evan Dwi Harjono
Selama tiga tahun pernikahannya dengan Reza, Kirana selalu rendah dan remeh seperti sebuah debu. Namun, yang dia dapatkan bukannya cinta dan kasih sayang, melainkan ketidakpedulian dan penghinaan yang tak berkesudahan. Lebih buruk lagi, sejak wanita yang ada dalam hati Reza tiba-tiba muncul, Reza menjadi semakin jauh. Akhirnya, Kirana tidak tahan lagi dan meminta cerai. Lagi pula, mengapa dia harus tinggal dengan pria yang dingin dan jauh seperti itu? Pria berikutnya pasti akan lebih baik. Reza menyaksikan mantan istrinya pergi dengan membawa barang bawaannya. Tiba-tiba, sebuah pemikiran muncul dalam benaknya dan dia bertaruh dengan teman-temannya. "Dia pasti akan menyesal meninggalkanku dan akan segera kembali padaku." Setelah mendengar tentang taruhan ini, Kirana mencibir, "Bermimpilah!" Beberapa hari kemudian, Reza bertemu dengan mantan istrinya di sebuah bar. Ternyata dia sedang merayakan perceraiannya. Tidak lama setelah itu, dia menyadari bahwa wanita itu sepertinya memiliki pelamar baru. Reza mulai panik. Wanita yang telah mencintainya selama tiga tahun tiba-tiba tidak peduli padanya lagi. Apa yang harus dia lakukan?
WARNING 21+‼️ (Mengandung adegan dewasa) Di balik seragam sekolah menengah dan hobinya bermain basket, Julian menyimpan gejolak hasrat yang tak terduga. Ketertarikannya pada Tante Namira, pemilik rental PlayStation yang menjadi tempat pelariannya, bukan lagi sekadar kekaguman. Aura menggoda Tante Namira, dengan lekuk tubuh yang menantang dan tatapan yang menyimpan misteri, selalu berhasil membuat jantung Julian berdebar kencang. Sebuah siang yang sepi di rental PS menjadi titik balik. Permintaan sederhana dari Tante Namira untuk memijat punggung yang pegal membuka gerbang menuju dunia yang selama ini hanya berani dibayangkannya. Sentuhan pertama yang canggung, desahan pelan yang menggelitik, dan aroma tubuh Tante Namira yang memabukkan, semuanya berpadu menjadi ledakan hasrat yang tak tertahankan. Malam itu, batas usia dan norma sosial runtuh dalam sebuah pertemuan intim yang membakar. Namun, petualangan Julian tidak berhenti di sana. Pengalaman pertamanya dengan Tante Namira bagaikan api yang menyulut dahaga akan sensasi terlarang. Seolah alam semesta berkonspirasi, Julian menemukan dirinya terjerat dalam jaring-jaring kenikmatan terlarang dengan sosok-sosok wanita yang jauh lebih dewasa dan memiliki daya pikatnya masing-masing. Mulai dari sentuhan penuh dominasi di ruang kelas, bisikan menggoda di tengah malam, hingga kehangatan ranjang seorang perawat yang merawatnya, Julian menjelajahi setiap tikungan hasrat dengan keberanian yang mencengangkan. Setiap pertemuan adalah babak baru, menguji batas moral dan membuka tabir rahasia tersembunyi di balik sosok-sosok yang selama ini dianggapnya biasa. Ia terombang-ambing antara rasa bersalah dan kenikmatan yang memabukkan, terperangkap dalam pusaran gairah terlarang yang semakin menghanyutkannya. Lalu, bagaimana Julian akan menghadapi konsekuensi dari pilihan-pilihan beraninya? Akankah ia terus menari di tepi jurang, mempermainkan api hasrat yang bisa membakarnya kapan saja? Dan rahasia apa saja yang akan terungkap seiring berjalannya petualangan cintanya yang penuh dosa ini?
Kulihat ada sebuah kamera dengan tripod yang lumayan tinggi di samping meja tulis Mamih. Ada satu set sofa putih di sebelah kananku. Ada pula pintu lain yang tertutup, entah ruangan apa di belakang pintu itu. "Umurmu berapa ?" tanya Mamih "Sembilanbelas, " sahutku. "Sudah punya pengalaman dalam sex ?" tanyanya dengan tatapan menyelidik. "Punya tapi belum banyak Bu, eh Mam ... " "Dengan perempuan nakal ?" "Bukan. Saya belum pernah menyentuh pelacur Mam. " "Lalu pengalamanmu yang belum banyak itu dengan siapa ?" "Dengan ... dengan saudara sepupu, " sahutku jujur. Mamih mengangguk - angguk sambil tersenyum. "Kamu benar - benar berniat untuk menjadi pemuas ?" "Iya, saya berminat. " "Apa yang mendorongmu ingin menjadi pemuas ?" "Pertama karena saya butuh uang. " "Kedua ?" "Kedua, karena ingin mencari pengalaman sebanyak mungkin dalam soal sex. " "Sebenarnya kamu lebih tampan daripada Danke. Kurasa kamu bakal banyak penggemar nanti. Tapi kamu harus terlatih untuk memuaskan birahi perempuan yang rata - rata di atas tigapuluh tahun sampai limapuluh tahunan. " "Saya siap Mam. " "Coba kamu berdiri dan perlihatkan punyamu seperti apa. " Sesuai dengan petunjuk Danke, aku tak boleh menolak pada apa pun yang Mamih perintahkan. Kuturunkan ritsleting celana jeansku. Lalu kuturunkan celana jeans dan celana dalamku sampai paha.