Warisan Ke
ut pagi. Sawah-sawah membentang luas, membingkai desa-desa yang hidup dala
tegap, sorot matanya tajam, dan tatapan itu menyimpan tekad yang besar. Ia adalah putra Arjuna, penguasa bijak
pintu, membawa sebuah keris berwarna keemasan dengan hulu berukir naga. "Ini adalah Wes
dengan kagum. "Ibu, mengapa
nya akan menunjukkan kekuatannya pada pemilik yang rela berkorban untuk rakyatnya.
rlari memasuki pelataran. "Tuanku, Joyorono dari Muara Ridek tel
ilah saatnya kau membuktikan diri
-
culnya Pen
anglima, dan bangsawan. Di antara mereka, Mahesa duduk di sa
nasihat kerajaan yang paling senior. "Pasukan Joyorono berg
tangan. "Mengapa kita harus terburu-buru? Mungkin ini hanya gertakan. Kita tidak
Arya Soka dikenal cerdas tetapi sering mengambil keputusan yang
taman belakang istana. "Ibu, aku mencurigai Arya Soka
m perang, pengkhianatan sering kali datang dari tempat yang tidak te
-
dengan Nik
nalah ia bertemu Niken Wulandari, wanita yang telah mencuri hatinya sejak la
a lembut. "Kau t
ah di ambang pintu, dan aku mencurig
dalam. "Kau adalah pemimpin yang bijaksana, Mahesa. Namun, jangan lupa,
lah satu-satunya yang membuatku mera
lihkan perhatian. "Bagaimana dengan p
dang ini katanya hanya akan membantu mereka yang bers
h hormat. "Mungkin, jawabannya akan
-
an Tib
lelap, sebuah teriakan menggunc
keluar. Di luar gerbang, pasukan Muara Ridek yang dipimpin J
pasukan Joyorono jauh lebih besar. Di tengah kekacauan, Mahesa melihat sese
k, tetapi Arya Soka sudah mela
n hati yang penuh amarah. "Ibu, dugaan kita benar. Arya Soka
dalah ujian. Tetapi ingat, Mahesa, pengkhianatan tidak b
-
ana
di balai pertemuan. "Kita tidak bisa melawan Jo
ang bisa kita ajak bersekutu? Semua
n, tetapi mereka juga musuh Joyorono. Jika kita bisa meyakin
en berkata. "Pasukan Mong bi
pi kita tidak punya pilihan lain. Jika
"Pergilah, Mahesa. Tetapi jangan lupakan pesan t
lanan menuju kamp pasukan Mong, dengan harapan bahwa
-
n 1: Warisa
t Pedang Wangi
t, menyimpan
ri, sang pew
ri, memikul a
sang ibu yang
ka, Wesi Wan
akku, bukan se
kdirmu, di jalan
gah, musyawa
merangsek bagaika
irai, pengkhiana
m-diam menikam
ah, hatinya
, ia mencari pe
ari, sang ke
hnya dengan ka
Mahesa, kau ks
nta di setiap
ndekat, seranga
ngannya, beban y
takkan merunt
dengan tekad
us datang dari m
jalan, meski p
negeri indah
g pada ksatria
ah, menuju uju
angi, ia menc
-
tan, pengkhianatan, dan tekad M
_
The Legacy
icent sky of the
st, holding a
s, the heir
, shouldering the
ni, the w
rloom, Wesi Wa
y child, is no
f your destiny, on th
ent palace, del
hreat surges
e curtain, be
retly stabbing
less, his hear
garden, he see
ndari, his
tlessness with
d, Mahesa, you a
er and love i
roaches, at
is hands, a bur
ll not break
with pure d
t come from di
, even though it is
, a beautiful
s on obedi
owards the end
Wangi, he
-
nor, betrayal, and determinatio
_
e Con