Menuju Pa
rbukitan. Mahesa menyiapkan kudanya di halaman istana. Ia akan berangkat menuju perkemahan pasuk
Wulandari berdiri di sampingnya, memegang erat
hadapi sendiri. Pasukan Mong adalah satu-satunya harapan kit
nanmu, Mahesa. Ingat, Wesi Wangi bukan sekadar pusaka. Ia akan menjadi p
naiki kudanya. Dengan ditemani beberapa prajurit te
-
gah Pe
menjulang tinggi seolah menjadi penonton bisu perjalanan Mahesa. Suara
ngan suara lirih. "Kita sudah mendekati pe
tidak tahu kapan pasukan Joyorono akan menyerang
tangannya, memberi isyarat kepada para prajurit untuk berhenti. Ia turun
suh namun memegang senjata tajam. "Siapa kalian? Apa urusan kalian
," jawab Mahesa tegas. "Kami ingin be
"Berani sekali kalian datang ke sini tanpa pengawalan
. "Kami datang dengan niat baik. Jika kalian tidak mengizinkan kami bertemu pe
ria itu terdiam, lalu salah satu dari mereka mengangguk. "Ikuti
-
gan Pemimpin
. Tenda-tenda menjulang, dengan bendera bergambar naga hitam berkibar di setiap sudut. Pasuk
di atas kursi kayu yang dihiasi ukiran rumit. Ia adalah Jenderal Batu Karang, pemimpin
anak muda?" tanya Batu Karan
ah Mahesa, pewaris Kerajaan Pedang Wangi. Kami menghadapi ancaman besar da
tan di wajahnya. "Kenapa kami harus membantu kerajaan
arkan perdamaian dan kerja sama jangka panjang. Selain itu..." Mahesa mengeluarkan Wesi Wangi dari sarungnya, memperlihatkan sin
apan penuh minat. "Menarik. Tapi, bagaimana aku
an tergesa-gesa. "Tuanku, pasukan Joyorono bergerak mendekat.
lah. Aku akan menguji niatmu. Jika kau bisa membuktikan keberanianmu dal
-
uran di Sunga
pi Sungai Tenggara. Pasukan Joyorono yang mendekat membawa
adalah kesempatanmu membuktikan bahw
ertempuran ini bukan hanya tentang mempertahankan wilayah, tetapi juga
memanfaatkan kecepatan kuda dan kelincahan prajurit Pedang Wangi. Ia be
Mahesa menemukan dirinya berhadapan langsung dengan salah sa
s Pedang Wangi," ejek Ki Waroka sambil
menggunakan Wesi Wangi. Pertarungan mereka berlangsung sengit, de
an Ki Waroka, membuatnya menjatuhkan pedangnya. Namun, sebelum Mahe
-
an yang D
mundur untuk sementara. Batu Karang mendeka
nya seorang pemimpin, tetapi juga seorang pejuang sejati.
cayaanmu. Bersama-sama, kita akan menghadapi Joyoro
lah sekutu yang berbahaya, dan pengkhianatan bisa datang dari mana saja. Dengan Wesi Wangi di tanga
-
e Con
nuju perkemahan Mong, pertemuan dengan Batu K
***
iplomasi dan Janj
Pedang Wangi
, hatinya tak ge
ng kabut sung
pan, meski jala
i genggamann
ibu, tak pernah
ia mendekati p
aliansi, tentang p
capnya dengan s
badai yang meng
g, sang pemimpin
esa dengan perang
ang, pedang
sir berpadu
pin dengan j
musuh dengan ke
, bagai badai ya
lukai, serangan
ngi membalas
han musuh hingg
tang dan pert
ndekat dengan
sejati, Mahesa
ri kita tegakkan
Mahesa, bada
besar masih men
ken dan doa san
njaga Pedang Wa
-
nian, dan tekad Mahesa dalam membangun al