jut ketika bel kamarku berbunyi. Jam di meja menunjukkan jam 8 malam. Aku buka pintu, dua wa
ulkas, tetapi mereka tolak. Mbak Lies menyuruh aku mandi agar badanku segar dan harum. Sebetulnya aku sudah
an di kamarku jadi remang-remang. Lampu yang hidup hanya di depan kamar mandi, sedang lampu di kamar semua padam. Aku keluar melihat
mencari sumber suara bu Shinta yang ternyata sudah berbaring di dalam selimut di tempat tidur. Aku membuka selimut itu lalu berselimut berbaring d
nya sangat ganas, Sambil berciuman tangannya mengarah menggenggam penisku yang belum sepenuhnya bangun. Aku pun meremasi buah dadan
rahku. Tanganku menjamah belahan vaginanya dan menyapu belahannya. Terasa sudah cukup banyak berlendir.
gan membentuk tertentu, Aku membakap vaginanya dengan mulutku lalu menjilati itilnya yang sudah menegang. Bu Shinta menjerit-jerit tidak mamp
n dua jariku lalu aku kocok untuk merangsang Gspotnya. Awalnya Bu Shinta protes dia minta vaginanya langsung dimasuki penisku, tetapi dia tidak melanjutk
u. Penisku dengan mudahnya langsung masuk seluruhnya ke vaginanya aku menggenjotnya. Rasanya vagina ini longgar, karena
ali vaginanya mengeluarkan cairan cukup banyak. Aku tekan saja vaginanya dengan untuk merasakan denyutan. Setelah it
onggar, Aku embat saja terus, tetapi kayaknya yang dirasakan Bu Shinta penisku terasa nikmat, karena dia mengatakan vaginanya penuh dan mengga
yang langsung aku kenal karena dia adalah Direktur Utama tempatku bekerja. Sementara itu
ut sehingga kedua tubuh kami yang bugil tidak tertutup apa pun. Aku genjot kembali sehingga bu Shinta menjerit-jerit sampai akhirnya dia mi
inta. Mbak Lies berlalu masuk kamar mandi lalu tak lama kemudian keluar dengan balutan handuk. Dia langsung menubrukku, yang segera aku singkap handuk
ampai akhirnya melengking teriakan orgasmenya. Vagina Mbak Lies relatif lebih menggigit dibandin
anya Setelah posisinya leluasa aku bantai Mbak Lies dengan posisi MOT. Aku tancap dalam-dalam dan bergerak me
orgasme. |Namun bukannya aku yang orgasme malah Mbak Lies sudah ampun-ampun minta berhenti tapi aku abaikan karena ak
berusaha mengocok penisnya yang tak kunjung ngaceng. Bu Shinta bangkit duduk bersila dan me
anku. Dia memperkenalkan bahwa Bu Shinta adalah istrinya. Aku dari awal sudah agak mengenal, tetapi k
ta tak salah pilih dia pa. Coba kan papa liat sendiri habis main sama mama dia masih kuat main sama si Lies samp
kasih karena aku bisa memuaskan istrinya. Pak Sutadi bercerita bahwa sudah 3 tahun terakhi
emenuhi kebutuhan biologis istrinya, sampai akhirnya Mbak Lies yang t
uk melakukan hubungan intim denganku. Ia bahkan berpesan agar aku memberi pelayanan sebaik-baiknya kepada istrinya. Bu S