tap kejauhan, sementara Fatima berceloteh tentang petualangan-petualangan yan
menggema di padang gurun yang kosong tanpa he
ntaimu, F
u kemudia
k peduli berapa gurun perlu kau lintasi dan b
k dan melihat Layla beserta beberapa pelayan lain masuk ke dalam kamarnya. Mereka memba
nyak, gaun
ndorong-dorong roti di piringnya sebelu
su, Nona," wanita itu be
"Mungkin rasa lapar akan membunuhku leb
Saya ragu kau akan meninggal hanya karena tidak makan sejak kemar
k mak
nada sungguh-sungguh. "Aku le
ar, karena apa yang terjadi setelahnya, membuat Fa
ak, kaki hingga ke bagian intim Fatima. Mereka kemudian mengolesi kulitnya yang kering dengan minyak berbau citrus yang wangi dan menyisir ram
han debu dan ikut tertiup, melayang keluar dari istana megah itu dan kembali ke Masshad, kembali ke kamarnya yang sederhana, ke atas kasurnya yang keras dan
uka mata, tentu saja semua
ng kiri Fatima. Anting kecil yang tersambung ke
saja ia tidak mengenali dirinya sendiri. Ia terlihat... entahlah....berbeda. Seolah ia men
dengar kembali di
tu dan dua orang pen
alah satu pengawal member
ng gaun yang dikenakannya hingga jemarinya terasa kaku. Dadanya terasa ber
enangkan. Ketakutannya lenyap dan
Ia harus menghadapi takdirnya. Pernikahannya akan terjadi. Dan jika ia
imbang dengan keputusannya. Beberapa wanita bertahan hingga malam kedua.
n men
menegakkan bahunya. Tanpa berkata apa-a
nggasana Sang Raja, jantung Fatima berdetak dengan ke
k pintu untuknya dan
hatian Fatima hanya tertuju pada satu pria yang berdi
aja Khorasan. Raja
tima bisa merasakan rasa takut membaur di dalam darahnya. Semakin lama semakin besar. Namun
lihat jelas di antara semua o
tot, dengan tubuh yang terbentuk
tidak pada tempatnya. Seorang pria yang menyukai keteraturan dan disiplin. Waja
jah Sang Raja. Tidak lebih tua darinya, Fatima
u terangkat, menolak untuk menunjukk
merasa kecewa akan penampilan istri barunya atau mungkin karena tidak sabar
semakin susah baginya untuk
nya seekor harimau. Fatima merasa layaknya seek
manusiawi, jenis ketenangan yang
dirinya menahan napas begit
bergerak, ia menjulurkan
pria it
n pria itu dan meng
jak
*
*
da di ruang tengah bersama salah satu pelayan rumah mereka. Keduanya sedang menyusun bunga yang baru di belinya
in menyapa sambil meleta
tersenyum. Matanya yang lebar ber
ra bertanya sambil berjalan mendekati suaminya.
surat yang ada di atas
annya memilah-milah surat yang ada di tangannya sambil membaca nama-nama pengirimnya. Bebe
enoleh ke arah istrinya yang kini
adaku, Tersayang. Kau tahu te
kolahan di Kehran. Ia mengatakan beberapa kali ingin
g Fatima. Sudah lama sekali ia tidak pulang ke Masshad, bagaimana kabar wanita itu sekarang. Apakah Fatima tahu bahwa ia masih sering memikirkannya? Apak
terjadi kepada Fatima. Tapi kedua orang tuan
berkata. Tapi Shahira tidak memiliki apa yang dimi
a tinggal dengannya di Kehran. Ia kini memiliki penghasilan yang cukup
r menghentikan jantung Hossein. Kerutan di alis Hossein yang dalam membuat Sh
bertanya sambil kembali berd
ujung kertas dengan eratnya hingga mngulang. "Apakah sesuatu terjadi di rum
. Pria itu bahkan sepe
ra meraih gumpalan kertas dari t
nikah dengan Ra
tega itu. Menjual putrinya sendir
erlahan menoleh
a, Suami," Shahira menjaw
mengapa aku melakukan pertemuan-pertemuan ini setiap harinya, Shahira? Al Farabi
rintahkan wanita itu untuk masuk
ka kembali berdua di ruangan itu. "Al Farabi dan
ah tidak layak untuk memimpin kerajaan. Ia sudah gila, tidak waras. Pembero
ah Shahira memucat s
emiliki cara
n menyelinap di
paham kau dan Fatima adalah teman lama, tapi takdir Fatima sudah tersegel. Ia akan menikah hari ini
Shahira. Tidakkah kau
wab. Ia memalingkan
Bersamaan dengan itu, Hossein meraih k
menghentikan pria itu s
ana kau? Apa yang
ajah Shahira deng
." Pria itu meraih wajah istrinya dan mengecup kening Shahira sebelum
*
*
ambu