a melangkah menuju ruang BK dengan malas. Membayangkan waja
ggun seraya mengetuk pintu
uara laki-laki dari arah b
hnya menyamping demi memberikan jalan untuk orang y
lahnya. Guru BK paling senior di SMA Tunas Bangsa yang memiliki sifat santai dan hum
seraya memerintahkan kepada Anggun
mu tunggu di meja beliau saja," ucap Rid
a tarik kursi lalu duduk di sana sembari menenangkan debaran jantungnya. Anggun
K di sekolah ini. Putri tersenyum menatap Anggun lalu berjalan menuju mejanya. Kehadiran Anggun di ruang BK sudah me
eraya menyerahkan buku yang beris
elah dilakukannya hari ini. Setelah Anggun mengisi jurnal tersebut Arjuna lantas me
udah menunggu hukuman dengan gelisah tercengang. Mimpi apa dirinya semalam sampai-s
ak mungkin deh. Sebentar lagi pasti bertausiah ngalor
nyadari jika Anggun masih bergeming di tempatnya. "Mengapa masih
memang seperti malaikat Atid, pencatat amal buruk yang selalu berada di bahu kirinya. Tapi un
un balik bertanya demi memastikan jika pendengarannya tidak sa
seraya menatap tajam ke dalam mata siswi badung di hadapan
s Anggun beranjak sebelum Arjuna mengurungkan nia
otor diperhatikan rambu-rambu lalu linta
juga reda debaran jantungnya sekarang malah dikejutkan lagi ole
rgi!" usir Arjuna lalu kembali
las dalam kondisi sepi. Saat ini para siswa sedang mengikuti jam pelajaran ke-2 di kelas yang sebentar lagi akan berakhir. Apalag
ban salam menggema. Para siswa yang belum selesai mengerjakan kuis tampak serius da
masuk!" ucap guru Bah
kan tangan. Menyalami dan mencium tangan perempuan itu serta m
i untuk bertanya. Tentu saja ia tidak ingin nilai Bahasa
menemui saya di kantor," balas perempuan
egitu saya izin duduk," pamit A
lat?" cecar Jessic
i? Udah tahu ada kuis juga," sela Wulan
selnya untuk mengeluarkan buku pelajaran Bahasa
lampu merah. Maen terobos. Kena tilang
ada kesempatan untuk membalas perbuatan polisi tersebut. Pasalnya Anggun tak sekali ini saja tertangkap polisi karena m
habatnya serempak menyahut. Tak lagi merasa h
a siswa dan mengucapkan salam. Kelas seketika gaduh. Beberapa siswa pun ada yang ikut ke luar. Bias
*
ra. Perbincangan antara dirinya dan sang nenek beberapa bulan yang lalu membuatnya gelisah sepanjang waktu. Awalnya ia memang syok saat mengetahui
dohan antara dirinya dan Anggun sebagai wasiat terakhir. Arjuna sudah cukup merasa kehilangan semenjak kedua orang tuanya meninggal dunia. Lalu ditambah kem
gkin ia bisa jatuh cinta kepada remaja bernama Anggun yang sama sekali jauh dari kriteria perempuan idamannya. Marsya adalah sosok sempurna di mata Arjuna, kedudukan perempuan itu tidak akan pe
un lantas berkata-kata, "Ngomong-ngomong apa
memikirkan pertanyaan dari rekannya. "Pak Ridwa
sip. Katanya Pak Arjuna sudah memiliki cal
rangan anak-anak saja," ke
calon istri Pak Arjun