tapi detik kemudian wajahnya langsun
ini?!" tanya Damar langs
Damar. "Aku mencarimu kemana-m
ubuh melihat Qeiza. "Ini ...." K
Damar. "Ya. Silakan berbicar
r kembali berbicara. Tapi, dia meras
kita sepasang kekasih. Kamu bilang secepatnya akan membuang Qeiza Noura karena ....," Ririn menat
n?! Ngarang kamu! Aku tidak pernah bicara seperti itu!"
i untuk tidak menangis. "I don't care!
, ia pergi
lan cepat. Tujuannya hanya satu menuju sebuah cafe,
banget di luar, rasanya kulitku mau
saja sudah mengomel!" celetuk
ajahnya tertegun begitu m
!" orang tersebut
eshach! OMG! Apa ini kamu?!" Qeiza langsung bangun dari duduk, melihat pria
rasaan haru menyelinap masuk ke dalam
eiza berkaca-kaca.
yang dirasakan Arlando. "Kamu tidak sedang
hatmu lagi." Bulir air mata jatuh dari kedua kelopak mata. "Aku sangat merindukanmu. Be
habat kecilku yang cengeng! Tapi sampai kapan kita akan berpelukan sep
lukannya dengan
yang basah oleh air mata. "Dasar cengeng!" j
carimu dari Utara ke selatan, dari ti
ak bakalan ketemu karena aku tinggal di
ajah Arlando. "Kamu sanga
jauh lebih tampan. Iyakan?!
ng kamu jauh lebih tinggi! Sampai pegal leherku melihat
menyentil kening Qeiza pelan. "Ka
rasanya seperti mimpi bisa bert
I
engambil ponsel dan membaca pesan yang te
ya Arlando. "Ap
u membatalkan janjinya. Aku sudah jauh-jau
datang sendirian ke
. "Kemana-mana aku
lah memesan semua yang diinginkan Qeiza da
hat beberapa buku menumpuk di atas meja, diambi
wab Qeiza merendah. "H
u karena ujung-ujungnya kamu tidak mau main denganku!" Arlando melihat lembar de
lah terkikik. "Hi-hi-hi. Aku lupa, ngapain aku mengajukan pertanyaan tolol seper
Setelah menyelesaikan kuliah di luar negeri, aku bekerja di perus
way, kamu sudah menikah atau belum?! Jangan sampai pertemuan kita di sini menim
ng teringat dengan permi
arti kamu belum menikah. Ternyata wajah gantengmu i
Arlando mendengus kesal. "Kamu s
bingung wajah Arland
gitulah Qei, keinginan kedua orangtuaku yang membuat kepalaku pusin
rah menginginkan putranya menikah, apalagi
atapnya wajah Qeiza dengan intens. "Pusing karena aku tidak pu
rsedak begitu mendengar sahabat masa keciln
Pelan-pelan kalau minum." Tangan Arlando menepuk pelan punggung Qeiza.
ngan mungilnya menepuk dadanya pelan. "
as meja. "Ini, bersihkan bibirmu. Lain kali
njutkan lagi pembicaraan kita. Sudah sampai mana tadi?!" Qeiza
utkan lagi omongannya, tapi seketika terh