i jendela kamar yang tidak pernah tertutup. Safira tersent
terlihat kesal sekaligus menyesal. "Bi
lurinya sebagai sesama manusia. Semalam, dia pikir Kai akan bertindak
-rupanya, calon adik iparnya itu demam tinggi. Alhasil, setelah menimbang-nimbang keputusan cukup lama, Safira memilih mengesampingkan
ru pulang. Mana hapeku
ponselnya. Seingatnya, semalam dia tidak berada di kam
uang tamu. Aroma masakan langsung tercium di hidung Safira saat melewati area dapur. Maniknya hanya melir
engedikkan bahu tak acuh. Dia memilih berja
irnya saat melihat Safira tengah berada di ruang tamu. Dia lalu lekas meniriskan pasta yang telah matang, dan memasukkan ke p
sudah dipersiapkan. Kai menatanya dengan luwes, setelahnya membereskan meja k
i ke meja makan. Maniknya memerhatikan Safira yang terlihat k
i seraya menatap miris benda pipih pemberian Arkana yang ternyata kehabi
afira. Menyandarkan punggung serta kepalanya di s
mpiri Safi
tus, tanpa menatap Kai ya
oleh dia pandang. Tubuh Kai yang setengah telanjang dan terdapat beberapa ukir
dulu," ti
-dalam, dia lalu menyalahkan Kai atas apa yang terjadi pada dirin
ngkin dia tidak akan bisa berdiri dan terlihat sehat seperti sekarang. Waktu sadar Kai cukup terkejut ketika mendapati dirinya berbaring
biasa digunakan perempuan itu ketika sedang beberes di sini. K
harus pulang agar tidak terlambat berangkat bekerja. Jika tidak meng
t aneh saat nanti di perjalanan pulang. Mengabaikan Kai yang betah berdiri sambil melamun. Pemuda itu
nggu Safira selesai dengan urusannya di kamar mandi. Beberapa saat kem
edekap. Ketika akan melanjutkan langkahnya menuju ruang tamu, Ka
emaleman." Kai berbicara dengan san
Kai yang duduk dengan santai. Alih-alih menanggapi, Safira hanya mengerutkan kening serta
s, Kai lalu bangkit dan menghampiri Safira. "Elu
menyahut, "Denger, kok." Dia menyampirk
rus
ikan rambut yang sedikit berantakan. Dia melepas ikatan
eolah-olah Safira sengaja mengacuhkannya. "Elu gak nang
kembali. Dia pun berkata, "Emang udah seharusnya 'kan kamu bilang begitu. Aku
spontan mundur. Dari tatapannya terlihat jelas jika
nggalin gue. Terus, ngapain lu susah-susah ngurusin gue?" selidik Kai m
Bukankah seharusnya perempuan ini bisa langsung pergi saj
gan apa yang dilontarkan oleh pemuda bertindik itu. Belum juga ada satu menit Kai terlihat
uga pingsan di depanku. Aku juga bukan kamu yang gak punya rasa empati s
alah menahan
rnah bisa mengerti apa yang dia katakan. "Kakakmu nanti jemput aku, Kai. Kalo aku gak ada di rumah, nanti dia malah curiga. Cob
ekalian tau kalo
ra mulai geram. Dia berusaha menyingkirkan tangan Kai dari sikunya, tetapi
ah makan itu." Telunjuk Kai m
decak. "Ak
akan spaghetti itu atau elu tetep t
akin sama
sa coba
acun 'kan?" Manik S
arkas. "Gue gak pengen masuk penjara cu
kakmu cinta sama aku." Safira tak terima dengan ci
aan diri yang begitu tinggi. Tanpa babibu Kai langsung menyeret Safira ke dapur. "Be
ena Kai terus menyeretnya. "Kai! Ka