s dengan nama si pemanggil bergema di ruangan tersebut. Atensi Safira seketika t
lihat nama pria yang mengisi hatinya s
mbol hijau ke atas, lalu menempelkannya ke telinga. "Halo, Mas?" Dia menyap
Udah tidur?"
a meraih guling dan memelukn
telinga Safira. Sampai beberapa detik berlalu, Arka
negak. "Mas Arkana habis dari apartemennya Kai?" Seolah Safira
a,
n pria itu. "Mas baik-baik aja?" tanyanya, karena Arkana akan
," sahut Arkana, di
erulang. Safira sudah tidak kaget l
, Fir. Dan gak pern
anyak tahu. Yang pernah dia dengar jika Kai dan pa
'kan, keras kepala
an dengan papinya. Namun anehnya, Kai masih peduli dengan keluarganya meski hubungan mereka ada sedikit masalah. Bu
au pulang ke rumah," ucap Safira sekadar memberi s
rah. "Maaf, udah ganggu kamu malem-malem.
ur mereda. Dia pun merebahkan badan dengan posisi terlentang, menatap plafon
lama ini hanya tentang soal usaha keluarga yang diwariskan secara turun temurun. Anak pertama memikul beban yang
mulut pemuda itu, jika Kai tidak pernah tertarik untuk menjadi pewaris. Karena Kai sadar akan posisinya yang lahir dari istri kedua.
mu," ucap Arkana setelah pembi
berbohong. Nyatanya dia tidak menggantikan posisi
tirahat. Besok d
miringkan posisinya, sambil memeluk guling, pon
kalo sempet
ktu untuk mengantar mau pun Safira. Bahkan tidak pernah sekali pun.
berakhir dan sama-s
depan, selalu menyempatkan waktu untuk pergi ke apartment Kai di pagi hari. Karen
itu setiap hari kecuali hari libur. Pekerjaan yang dilakukan secara cuma-cuma, dan tentun
kondisi apartment itu bersih dan tidak bau. Kondisinya rapi sam
itu terlintas di ingatan. Kepergok sedang berciuman s
tang pada saat itu, entah apa yang akan terjadi selanjutnya. Mungki
ya datang ke tempat ini. "Selesai beres-beres mending kamu langsung pulang. Sukur-sukur gak
k terima memergoki pacarnya berciuman dengan perempuan lain, langsung me
lesai membersihkan debu, dan mengepel lantai, Safira kemudian lanjut mencuci pakaia
. Gak ada warnanya ijo, pink, m
g selama ini menjejali kepalanya. Mengapa Kai sangat menyukai warna-warna gelap. Dari kese
cicit Safira sambil menggantung baju lengan panjan
sang pemilik unit belum juga keluar dari kamar. Rasa penasaran mendera Safira, yang tengah
itu. Selain itu, Kai juga tidak pernah meminta Safira untu
ng yang masuk," gumam Safira, terus menatap pintu
memang sangat menjengkelkan. Kai juga seperti sedang menyembunyikan sesuatu dari semua o
n mempunyai kehidupannya sendiri. Tak ada yang menyangka jika Kai adalah keturunan dari Barac
ata Kai yang sedikit sayu. Diam-diam Safira pun memerhatikan. Jika dilihat, Kai sepertinya baru selesai m
' batin Safira menyeru kesal, seraya beranj
ngkin, menghindar dari tatapan Kai yang sangat sulit dibaca. Sementara Kai menuju r
pergi. Keberadaan Kai malah membuatnya grogi. Sungguh menyebalkan!
erutkan kening, menaikkan sepasang alisnya,
dang sibuk membuatkan kopi, menoleh menatap w
ekap. Menimbang-nimbang perkataan yang akan dia lontarkan. "Elu
lekat di kerongkongan Safira. Rasanya saki