sungkan di balik pintu yang baru saja ditutup, Safira belum berani duduk, masih memandang Bosnya yang bermata sipit dan berlesung
erjudi di tempat itu. Setiap satu Minggu sekali gajinya akan dipotong sesuai kesepak
bertanya pada Safira karena pekerjanya itu tak kunjung membuk
ke tempat ini bersama Kai. "Kok, Pak Danis tau kalo saya ke
fira yang dia kenal sejak setahun yang lalu. "Kamu lupa kalo ka
kursi dengan tangan berada di setiap sisi kursi. Dia lantas menyuruh Saf
beraroma maskulin itu sangat sejuk, dan Safira selalu betah berlama-lama di sana. Ditambah dengan adanya beberapa bingkai lukisan beruku
u, sebelum Danis memulai, Safira memilih untuk bertanya lebih dulu. "Hmm ... Maaf, Pak Danis
dak sepenuhnya dia telan mentah-mentah. Meskipun di dalam hatinya sangat berharap jika semua itu benar ad
Danis tersenyum dengan kalimat y
ira langsung menebaknya, "Jadi ... Itu beneran
ang bapak kamu udah lunas dua hari yang lalu." Senyumnya t
nda 'kan? Utang Bapak saya jumlahnya itu gak sedikit, loh? Mana ada orang yang dengan sukarela donasiin d
an ke Safira. "Ini cek dari orang yang sudah melunasi utang kamu ke saya. Ada namany
apkan kedua kelopak matanya dengan mulut terng
dalah Safira. Namun, pada saat tiba di tempat itu, perempuan yang dia suruh menunggu tidak berada di te
keluar dari tempat itu untuk mencari Safira. Namu
iknya, "Dari mana lu? Kan, gue udah bilang tunggu gue di sini, dan ja
atar tanpa ekspresi sama sekali, dan itu tentunya mengundang pertanyaan d
ap, berganti dengan rasa penasaran dengan pe
ke
anpa ekspresi. "Elu kenapa?" Akhirnya, pertanyaan tersebut terlontar d
lempang yang menjuntai di dadanya. "Ayo." Dia lebih
ra sendiri sudah lebih dari lima kali ke tempat tersebut semenjak dia terlibat dalam permainan adik Arkana itu. Dan
-benar membuat perut Safira bergejolak ingin muntah. Apalagi ada b
ual liat mereka," keluh Safira yang memilih berdiri di s
n izin orang-orang asing masuk ke ranah pribadi. Apalagi dengan
reka." Kai menunjuk pada pintu kamar yang tertutup rapat
enggang ke kamar yang dimaksud Kai tanpa sudi menatap empat orang laki-l
um jangan di sini! Ini tempatku, ngerti!" omelnya pada sepasang muda mudi
riakan, dan tahu-tahu sudah berada di b
menyahut, "Liat, tuh! Mereka mau mesum di si
i, kemudian segera menyuruh laki-laki dan peremp
hari bikin berantakan rumah orang!" sungutnya yang lantas masuk dan langsung membuka korden
mengganti seprai bekas pasangan tidak tahu malu itu dengan cekatan.
tau, gak! Mereka itu udah biasa di sini." Kai memperhatikan Safira yang sedang menyemprotk
ap. "Kalo kayak gitu itu artinya kamu ngumbar privasi ke orang lain, ck! Sama juga bohong, kalo kamu a
pernah suka bila ada yang i
a, ya, gak masalah!" Bahu Safira mengedik tak acuh. Kemudian lanjut membereskan kotak pengama
erdiri di tempatnya. Ini saatnya dia memint
g, Safira bertanya, "Kenapa kamu luna