jar Bimo saat melihat Kia yang tampak
gan panggilan sayang dari laki-laki lain kecuali ayahnya. Memang Bi
atang ke rumah makan seperti ini," imbuh Bimo merasa bersalah kare
b Kia sembari memegang tangan Bimo yang
Bimo barulah Kia berterus terang dengan ketidaknyamanan yang dirasakannya. "Jangan panggil aku sayang
kebersihannya. Hal itu sudah Bimo ketahui sejak tinggal di rumah kontrakan di Jakarta bersama Azka dulu. Azka tumbuh menjadi seorang laki-laki yang religius dan sederhana. Semua itu tentu dari didikan kedua orang tuanya. Bimo sangat yakin akan hal itu. Dan bodohnya Bimo baru mengetahui bahwa sahabatnya tersebut berasa
manggil sayang itu juga karena memang itu yang kurasakan padamu," ju
ngan acuh meskipun kalimat yang diucapkan Bimo
erlihat begitu menggugah selera. Untuk beberapa menit mereka saling diam hingga makanan di piring merek
m lagi mereka harus kembali ke tempat kerja masi
mo seraya mengalihkan tatapannya
ambil tas di kantor dulu lalu pulang?" ucap K
imo menyentuh kening Kia un
ang aja," sambung Kia sambil menyin
mo lantas beranjak setelah menyetujui permin
ung bersuamikan Bimo yang begitu sabar meskipun dirinya seringkali berbicara ketus. Sampai kini pun Bimo tidak pernah meminta haknya sebagai seorang suami. Dalam hati tentu Kia merasa berdosa. Tapi hatinya pun menolak dengan keras melakukan hubungan suami istri tanpa rasa penerimaan. Kia tidak ingin memberikan harta paling berharga mil
berumur kurang dari dua minggu tersebut. Bimo mengulas senyuman sembari menatap wajah Kia dari balik kaca spion motor. Tiba-tiba seringai jahil membias di waja
ku cepet kok," ujar Kia yang hanya me
o satpam yang berjaga di sana
k. Tentu saja memarkirkan kendaraan di depan lobi perus
las satpam berusia paruh b
nerima ajakan Kia. Ini adalah kali pertama Bimo masuk ke dalam gedung perusahaan milik keluarga Alfarizi tersebut. Di dalam lift Bimo bisa merasakan kegelisahan Kia. Bimo sangat yakin ada sesuatu yang sedang disembunyikan oleh istrinya. Bimo
utupi kekagumannya pada setiap detail tempat yang mereka lewati. Para karyawan yang kebetulan berpapasa
tampilan di samping meja kerja Kia menghadap langsung ke luar gedung. Lebih tepatnya dari tempat mereka saat in
ebut Kia bergegas mengambil paper bag yang berhasil membuatnya was-was dan meletakkan ke dalam laci di bagian bawah mejanya. Untuk sementara wakt
. Sebenarnya Kia bekerja keras selama ini hanya untuk menyibukkan diri agar tidak lagi m
n perhatian Bimo. "Ayo pulang Mas, udah jam 1, kita juga belum sholat," imbuh Kia kemud
mpurna baik fisik maupun kehidupannya. Keluarga Kia sempurna. Lalu maksud dari perkataan Kia tadi apa
alunya. Karena seharusnya pasangan suami istri itu harus saling terbuka satu sama lain. Bukan berarti Bimo ingin mengusik masa lalu Kia yang mungkin ingin sekali dilupakan oleh perempuan it
at berhenti di perempatan lampu merah. Langit memang cerah tadi. Tapi mendadak sa
t Kia yang mendadak in
i mengajaknya bermain hujan. Jangankan kehujanan, terpapar terik mentari saja rasanya tidak mungkin karena
ar segera menjalankan motor saat rambu-ra
lain lagi dengan apa yang sedang dirasakan oleh Kia. Hujan terlalu banyak memberinya kenangan manis bersama Zyan. Laki-laki yang telah dipacarinya hampir dua tahun lamanya. Dan ternyata hari berganti bulan. Bulan berganti tahun
Bimo karena Kia tak juga melepaskan pelukan di tubuhny
ukannya dari tubuh Bimo dengan pipi merona. Mengabaikan rasa dingin yan
n Bimo hanya tersenyum mengekor di belakangnya. Kia meletakkan tas di atas meja makan yang memang berada satu ruangan dengan dapur lalu masuk ke dalam kamar mandi sedangkan Bimo menuju sudut
merebus air panas. Secangkir kopi tentu satu-satu minuma
h daun pintu kamar mandi. Rambut panjangnya yang basah
b Bimo yang terlihat m
merasakan panas di wajahnya. Sudah dua kali ia mem
las di wajahnya yang masih basah oleh air hujan. Gegas Bimo menuang air panas yang
rbeliak kaget apalagi otaknya otomatis ber-travelling. Tawaran yang sebenarnya sangat menarik jika Kia berkenan. T
n debaran jantungnya yang mulai bekerja ek
yang hampir meledak saat melihat ekspresi ngeri Kia. Bimo yakin pasti dalam benak Kia telah mem
alu menutup pintu kamar mandi dan menguncinya. Saat bers
u Kia ke luar dari sana. Dalam hati Bimo mulai berhitung satu sampai tiga, menyiapkan diri dengan s
engan keras. Untung saja dirinya tidak memiliki riwayat j
gi dadanya. Berpura-pura sak
imo dengan perasaan menyesal. Gerakan tubuh untuk melindungi dirinya benar-benar refleks keti
saling bertabrakan. "Mas lepasin!" pinta Kia dengan kesal. Mencoba membebaskan diri. Sekuat
li ini Bimo memang sedang tidak bercanda. Tapi itu untuk sementara. Bimo hanya ingin menguji seberapa be
tenggang waktu untuk beradaptasi Mas," imbuh Kia menjelaskan. Jangan sampai suaminya salah m
u minta hakk