ara tamu undangan tentu membuat Kia berkeringat. Karena rasa letih yang mendera, Kia tidak ingin berlama-lama menghabiskan waktu di dalam kamar mandi meskipun sebenarnya bathub yang tela
enggosok gigi. Setelah mematikan aliran shower Kia bergegas ke luar dari partisi shower. Na
ang mendadak terasa pusing karena kecerobohannya. Kia melupakan jika dirinya sedang tidak berada di
mata. Mana mungkin dirinya memakai ulang underwear yang sudah dipakainya sejak siang tadi. Jika sebelumnya dirinya terbiasa tidur tanpa mengenakan underwear tapi tidak mungkin untuk malam i
dak boleh terjadi!" Kesal K
s ranjang dengan memainkan ponselnya. Kia kembali menutup pintu dan bersandar di sana. Kepala Kia tertunduk, menelisik penampilan pol
ta tolong?" ucap K
h kamar mandi. Dari tempatnya berada Bimo hanya bisa melihat sebagian wa
seraya beranjak dari ranjang la
n dekat-dekat!" pekik Kia dengan p
napas panjang dengan kedua tang
embari merasakan wajahnya yang memanas.
suami istri jadi sah-sah aja kan klo aku lihat tubuh istriku sendiri," ja
Tukas memekik Kia dengan deb
lalu berpura-pura h
tersenyum. Sebenarnya Bimo masih ingin menggoda Kia tapi mengingat acara mereka berdua
u segera mengambilkan handuk ber
k mengulurkan handuk untuknya. "Tolong ambilkan underwear Kia di koper ya?" Setelah mengatakan
baran jantungnya yang sejak tadi menggila sedangkan Bimo terlihat dengan santai m
ik Kia yang tanpa sadar ia hidu aromanya. Aroma wangi nan lembut dari pengharum pakaian yang men
ak Kia dari celah daun pintu saat melihat Bimo
g seketika tersadar dari pikirannya
a yang begitu tenang sekaligus menyingkirkan pikirannya yang mulai rusuh. Tak seperti di kota Bandung dan Jakarta yang memang tidak pe
ir-pikir semuanya terasa lucu dan tak terduga. Dirinya pertama kali bertemu dan berkenalan dengan Azka saat masih menempuh pendidikan kedokteran di Jakarta. Saat itu mereka berkenalan saat masa ospek dan merasa cocok satu sama lain lantaran sama-sama bisa berk
pada Kia adik Azka saat acara pernikahan sahabatnya tersebut. Diam-diam Bimo memperhatikan Kia. Hanya itu yang selama ini bisa Bimo lakukan. Mengagumi diam-diam gadis irit bicara tersebut tanpa satupun orang yang tahu. Tak ada hal istimewa dari dirinya untuk mendapatkan ha
gera melaksanakan salat isya. Setelah salat Kia kembali menatap Bimo dari balik kaca. Laki-laki itu masih tampak asyik dengan lamunannya. Kia terdiam dal
akkan sisir yang baru saja digunakannya. Sejenak Kia mem
dak bisa benar-benar tidur. Pikirannya melalang buana pada sosok laki-laki yang saat ini masih berada di balkon. Kia kembali bangun, kedua orang tuanya tidak pernah mengajarkan dirinya bersikap kurang ajar p
ah selera. Mereka berdua tidak makan sejak tadi siang. Pagi pun mereka hanya s
uskan dengan kasar Kia bangkit. Kakinya mel
" ucap Kia tampak ragu-ragu. Seketika Bimo menatap Kia
dengan tersenyum yang menurut Ki
untuknya, Kia kembali masuk kamar ya
adi siang Mas belum makan," ucap Kia la
reng," balas Bimo seraya mengangkat t
ada Bimo dengan keras sembari memberontak i
ap Bimo menggantung setelah mendu
ihat Bimo hanya tersenyum membuat Kia kembali mempertegas keinginann
nya," goda Bimo dengan menyeringai lalu kembali berkata-kata, "kamu tenang
uangkan nasi sedangkan Kia hanya mampu terdiam sembari m
ikit," ucap Bimo sembari menyodor
itu ke luar dari kamar. Meletakkan di samping pintu kamar hotel begitu saja. Tak langsung tidur, Bimo memilih membaca majalah yang tersedia di nakas sampingnya sedangkan Kia lebih memilih membuka akun soal media untuk mengali
kamu istirahat dulu," ucap Bimo yang kini tengah mereba
ih asyik ini," balas Kia tak acuh sembari membalas s
ponsel di tangan Kia, meletakka
a sembari menatap Bimo tajam. Ingin rasanya Kia merebut kembali
asih nakal kita belah duren sekarang!" ancam Bimo yang sukses membu
nggak mau!" tolak Kia
an menahan senyuman. Sungguh ekspresi wajah Kia
ak dari ranjang, berjalan menuju pintu dengan menghentakkan kaki keras. Namun
kan waktu yang tepat baginya untuk mendapatkan tausiah panjang kali lebar dari kedua orang tua
gkah laku lucu istrinya. Lalu saat Kia
jang kosong di sisinya denga
angkah mendekati ranjang. Di tatapnya
!" tegas Kia sambil meletakkan sebuah gulin
balas Bimo lalu membalikkan ba
hati Kia berharap jika besok akan berjalan baik-baik saja seperti hari-hari biasa.