yan dulu ia tidak memiliki teman laki-laki yang akrab. Kia sengaja menjaga jarak dengan laki-laki yang bukan dari keluarganya. Bukan karena Kia sombong atau memiliki standard pribadi untuk perte
a Kia menyakini bahwa jodoh dan kematian adalah takdir yang tidak akan bisa berubah. Takdir yang sudah digari
hadapannya. Sembari menunggu proses laptop itu on Kia berdiri, melepaskan blazer
an jemari lentiknya mulai mencari folder
i ingin menemui Arfan pamannya. Dari pamannya itulah Kia banyak belajar tentang perusahaan. Bukan karena ayahnya tak cakap. Tapi ayahnya sekarang lebih fokus mengurus lembaga pendidikan dan lembaga sosial milik Alfariz
nya yang terasa kaku. Pun dengan kedua matanya yang terasa pedih karena terpapar sinar laptop yang sejak pag
izin kepada siapapun yang saat
y memasuki ruangan dengan sopan sembari
bag di tangan Roy yang menjadi pusat
mengantarkan paket untuk Ibu," terang Roy lalu
an barang itu untuknya. Mungkinkah Bimo sang suami?. Tapi itu
saya?" Tanya Kia tanpa ingin melih
jawab saat tiba-tiba ponsel milik Kia yang
capkan terima kasih. Setelah memastikan Roy ke luar barulah Kia menerima telepon dari Bimo sembari mena
apa Kia dengan nada y
tullohi wabarakaatuh," j
nghela napas dalam-dalam. Kia kira berada di kantor bisa membuat Kia terbebas dari Bimo
ak?" Tanya Kia yang sudah d
engar suara Bimo yang be
per bag berwarna maroon itu. Diraihn
menemani waktu lembur kamu
"Kamu nggak pingsan kan? Klo iya aku langsung sana ya?" imbuh Bimo semak
ong!" suara Bimo te
" balas Kia yang jelas-jelas tidak
emui Papi Arfan sebentar?" imbuh Kia
yang hanya ditanggapi Kia dengan jawaban iya. Lalu K
in membuatnya penasaran. Tapi Kia akan berusaha mencari tahu siapa
dikejutkan dengan i
tnya tersebut. Lebih aneh lagi, merk cokelat putih tersebut pun sama yang biasa dibelinya. Dan tidak disembarang tempat cokelat tersebut dijual karena harganya yang lumayan mahal. Kia lebih menyukai cokelat putih ketimbang cokelat pada umumnya karena dalam cokelat putih meng
sebut. Haruskah Kia menceritakan kepada suami dan orang tuanya tentang masalah ini atau ia m
a sembari membawa buku agenda miliknya berisi cat
laki itu. Mungkin lebih baik Kia menceritakan kepada sang suami terlebih dahulu untuk meminta solusi karena berbicara dengan Azka abangnya sama saja uji nyali. Abangnya itu memang baik hati tapi jika marah pun cukup menyeramkan. Siapapun itu akan dihajarnya hingg babak belur. Suda
i kantor sendirian. Mendadak Kia merasa takut saat dalam benaknya mengatakan jika pengagum rahasia itu berada di sekitarnya se
ft!" ucap salah satu laki-laki y
tersenyum kaku. "Om Jefri." Tak lupa Ki
Tanya Arfan sembari melangk
an yang lengkap dengan jas kerjanya. Papinya itu biasa datang ke perusahaan mengenakan pakaian kasual. Memakai jas hanya disa
oleh gadis itu. Jefri baru menyusul setelah Kia berjalan leb
hukuman Nathan usai. Tugas kalian berdua yang membimbing bocah nakal itu. Kalau Papi yang turun tangan langsung bisa kacau semuanya," terang Arfan sembari duduk di
Bimo juga ngajakin makan siang di luar kok si
Gara-gara kerja mulu sampai dua kali ditinggal nikah sama pacarnya," jawab Arfan lalu disusul derai tawa memen
i pada akhirnya karena tawa
yik!" senyuman Arf
ikan jika kista itu tidak lagi tumbuh. Arfan selalu merasa ketakutan jika terjadi apa-apa kepada Layla. Itulah yang membuat Arfan tidak ingin jauh-jauh berada dari Layla. Apalagi setiap kali sakit, Layla selalu membahas tentang usianya yang mungkin tak lagi lama di dunia. Arfan takut jika b
rusak gara-gara ucapan Jefri yang sebenarnya tidak ada salahny
ngan Arfan dengan manja. Setelah Arfan dan Kia ke
obi. Laki-laki berkemaja lengan panjang berwarna putih itu segera mendekat untuk menyapa Arfan. Beb
ucap Arfan sambil menepuk ba
ia tanpa sadar jika tangan Bimo ki
wan seketika membeku. Rahangnya mengeras bersamaan dengan kedu