▬▬▬
Kets Ci
▬▬▬
an langit yang masih terbias cahaya matahari sore ketika dua remaja laki-laki tengah sibuk be
bertubrukan dengan angin. Namun, Gerhan memang tidak bisa dianggap remeh. Laki-laki itu kembali mengejar Beryl, berusaha merebut bola di tengah keprotektifan seorang Beryl dalam mempertahankan bola. Aksi kejar-kejaran terjadi selama beberapa
Plester di sudut bibirnya entah kenapa justru memb
mehkan. Tangannya masih berusaha menggap
gannya melewati pertahanan Gerhan. Kaki-kakinya kian melangkah cepat, membuat Gerhan kesulitan mengejar gerak lihainya. Beryl melompat, melakukan
emenangan pada Gerhan, yang langs
ng tangan, Beryl lantas berujar di tengah deru nap
mana kemampuan Beryl dalam bermain basket. Bisa dibilang jika Beryl merupakan salah satu pemain basket terbaik sekolah, sehingga kemampuannya
nggak mau banget nga
gkai kakinya lantas membawa laki-laki itu mendekati
ki-laki itu berbalik dan mendapati Xylo tengah duduk dengan kaki yang diselonjorkan di pinggir lapangan
nya, kerikil yang Xylo lemparkan memang tidak bisa dibilang kecil. Mana Xylo melemparnya sekuat t
u gue lagi nggak bisa main,
s kembali menghadap pada Gerhan. "Yok, Han, l
ngs
ia itu tanpa minat sebelum kembali melanjutkan permainannya seorang
ryl justru bertanya menyebalkan. "Asli kagak, tuh, luka lo? Jangan-jangan palsu lagi." Tentu saja itu hanya
kekesalan yang tersemat di dalamnya. Jelas saja. Memang orang waras mana yang tidak akan kesal jika telah dicurangi sampai seperti itu? "Ah, bangsat emang anak Cendana! Liat aja, setelah kaki
luarnya doang laki, mentalnya, s
t-ikutan tertawa. "Su
ya. Laki-laki itu tampak asyik sendiri, dan tidak ada tanda-tanda jika ia akan segera menghentikan perma
k Beryl hingga membuat laki-laki itu kembali tertawa. "L
igit bulldog ketau
begituan doang k
sempurna menembus pendengaran Xylo, membuat laki-laki itu kont
terasa pengang berkat teriakan tiba-tiba perempuan di sampingny
n." Beryl menyambung
ot galak. "Enak aja ngatain gue
kasar, "Lo bisa nggak, sih, ngomong nggak
g juga kuping lo
tolong kandangin. Pusing gue
u tidak memedulikannya. Keningnya justru mengerut begitu netra gelap itu menemukan sesosok perempuan duduk di dekat t
da ceweknya aja langsung nyamperin.
elum p
i lengan Gerhan. Ia tampak tak peduli jika saat ini kondisi Gerhan penuh oleh keringat. "Abis rapat sama anak tea
angguk sead
ak serta menyusut keringat di wajah Gerhan dengan tisu, Beryl justru beranjak. Membuat Xylo seketika bertanya panik. Oh
au nitip?" Begitulah balasan Beryl ketika
sono. Ntar balik gue nebeng, ye? Awas ka
bisa Beryl tuju. Letaknya berada di dekat gedung olahraga di sisi utara lapang basket outdoor, atau kalau tidak, ada di ujung lantai s
ak saja hal itu menghentikan langkahnya. Ia mengedarkan pandang, tetapi Beryl sama sekali tidak melihat siapa pun di sana. Mengangkat bahu tidak peduli, Beryl
l berdecak. Pikirannya lantas mengarah pada satu makhluk tak kasatmata yang kerap kali ditakuti orang-orang. Hant
aki-laki itu berjalan menuju salah satu pohon yang tepat berada di dekat tembok bela
bisa luka kayak
ang, dan tetap saja, ia tidak menemukan siapa pun di sana. Kemba
n, ya? Seb
apa, nih, yang ngelempar gue pake sepatu?!" ujarnya jengkel. Tanpa sengaja, mata laki-laki itu terarah ke atas pohon. Dan betapa terkejutnya Beryl kala melihat seorang perempuan berseragam s
akhirnya Beryl kembali menemukan l
tu gelagapa
aling
puan itu yang melebar.
run
li tak memiliki pilihan. Ia sudah bergeser ke sisi dahan yang dekat dengan batang pohon. Namun, sebelum ia melakukan
mata gue?"
eriak perempuan itu seraya meletakka
ki itu memalingkan wajah ke arah lain, sama sekali tak melihat bagaimana proses turunnya perempuan itu dari atas pohon. Setelah mendengar bu
yang lain memeluk seekor kucing cokelat pucat. Kepala perempuan itu menunduk, tak berani menatap Bery
hadapannya, Beryl lebih tertarik menyanyakan hal lain. "Lo ngapain naik-naik ke atas poh
ke kanan dan ke kiri secara cepat, sebuah gesture menampik. "Eng-enggak! Aku ngga
, terus ngapain lo nai
kucing ini. Kasian d
ampak lemas, dilihat dari kepalanya yang menyandar tanpa tenaga pada lengan si perempuan. Sesekali ia memejamkan mata atau mengeong pelan.
t kabur. Sayangnya sebelum sempat melarikan di
ue belum
nnya terlalu cepat dan kasar hingga ia sendiri kaget deng
dengan itu. Dia malah memicing penuh s
g diberikan perempuan itu. Ia ma
n keningnya sampai mengernyit. Ditatapnya perempuan itu intens, mencoba menggal
but, perempuan itu lantas menjauh tanpa menunggu balasan dari Beryl. Langkahnya tampak tergesa-gesa, kentara sekali jika ia tengah menghindari Beryl. Ingin m
ipta gelombang samar kala melihat sebuah sepatu kets hitam dengan bagi
patu ini, dan dia juga tidak mengerti kenapa p
u mengembangkan senyum. Ah~ sepertinya dia memil
u cepat. Sebab, belum lima detik kata itu terpikir di dalam kepala, s
epatu
yang tertinggal. Meskipun suaranya terdengar digalak-gal
king tergesanya, perempuan itu sampai tidak memakai satu sepatunya terlebih dahulu. Ia hanya menjinjing sepatu itu di tangan kiri. Sama
an itu. Matanya tak lepas dari punggung t
na
▬▬ to be