▬▬▬
Berant
▬▬▬
masih terbungkus kaus kaki putih. Ada darah yang merembes dari ujung ibu jari kaki kiri hingga membuat kaus k
kanya. Luka itu terdapat di ujung kukunya, terbuka dan memanjang hingga membuat Simfoni dapat melihat darah yang m
nya tidak kecil. Pantas saja Simfoni
seorang laki-laki. Tentu saja Simfoni kaget. Pasalnya ia benar-benar tidak menduga jika sepatunya akan jatuh hingga
-burunya, Simfoni sampai lupa kalau sepatunya tertinggal. Dengan terpaksa ia berbalik untuk mengambil satu sepatunya
mfoni, berkat ketergesa-gesaannya, kaki perempuan itu sampai terantuk batu yang lumayan tajam. Tentu saja hal itu menimbulkan e
t darah merembes dari ujung kaki. Ia buru-buru memakai sep
oni, baru berani mel
u menimbulkan rasa perih pekat. Setelah kakinya bersih dari noda darah dan hanya sedikit darah yang kembali keluar, Simfoni kembali membawa tubuhnya menjauh dari ka
g tadi terluka. Senyum tipis Simfoni terkembang kala mendapati kucing itu tertidur pulas. Ia tampak nyaman meringkuk di atas karpet. Di dekatnya
sembuh,
ran terakh
di beberapa titik. Ada yang bernyanyi tidak jelas, bergosip, main games, nonton, tidur, dan lain sebagainya. Namun, meskipun suasana benar-benar gaduh, Simfoni sama sekali tak terlihat terganggu. Perempuan it
ebangku Simfoni, sedang mengobrol dengan teman di
ung menoleh, memberi
ukunya aku taruh di sini." Simfoni menyentuh buku b
e!" ujarnya. "Tapi gu
ada yang menanyakan kepergian Simfoni, mereka sibuk dengan kegiatan masing-masing. Simfoni memang
u sekarang merupakan waktu-waktu krusial, waktu di mana otak bekerja lebih keras dari jam-jam sebelumnya. Saat ini, rasa lelah, baik otak maupun tub
n perempuan itu tidak menimbulkan suara sedikit pun dari langkah ka
at luka di kakinya. Luka itu masih meninggalk
ngga berhasil menabrak Simfoni. Bagus jika hanya menabrak, karena hal itu tidak akan memberikan efek apa-apa selain-mungkin-membuat Simfoni terhuyung. Na
, bahkan kali ini lebih parah dari sebelumnya. Simfoni bahkan
braknya. Ia berbalik, lantas ikut berjongkok s
ng sudah menabrak Simfoni adalah Cyrin, teman sekelasnya saat kelas sepuluh dulu. Mereka tidak terlalu dekat, tetapi
in. "Sori-sori, Fo. Gue bener-bener nggak liat l
-apa, tapi rasa sakit di kakinya benar-benar tak b
ginjek lo pasti kekencenga
k apa-apa
pada kenyataanya lo sampe meringis gini! Gue ta
u UKS. Kebetulan letak UKS tak begitu jauh dari tempat Simfoni dan Cyrin berada sekarang,
da di sana. Hal itu membuat Cyrin berdecak, dan ia harus bersu
ya. Hal itu dilakukan berbarengan dengan tangan Cyrin yang ikut menaikan kaki Simfoni. "Sekarang buka sepatu lo
u bisa sendiri." Simfo
mari, Cyrin membalas, "Udah, deh, nggak us
-ta
mbali berdiri di samping brankar yang ia t
in,
Apa perlu gue
a sepatunya, buru-buru Simfoni menahan tangan p
yrin melipat tangan di depan dada. Mata perempuan itu yang dihiasi
ihat pertama kali begitu sepatu Simfoni terlepas, menempel pada selapis kain bernama kaus kaki. Bertepatan dengan itu, suara benda-benda yang jatuh membentur keramik terdengar. Simfrin sudah lebih dulu berlari keluar. "Cyrin! Kamu kenapa?" Simfoni ingin mengejar, tapi kakinya tidak memungkink
dari pandangan Simfoni, kini kembali terbuka. Kali ini bukan sosok Cyrin yang
idak, tidak, ini bukan karena tampang rupawan laki-laki itu, melainkan karena ...
itu sudah terlebih dahulu mendekat. Sontak, Simfoni langsun
t melihat sikap defensi
u. Ia justru menunduk seraya meremas rok. Tak
u obatin
ntuh kakinya, Simfoni buru-buru menariknya. "E
sama sekali tidak dikenalnya, tapi langsung mengajukan diri untuk mengobati Simfoni. Simfoni sama sekali tidak bi
tuin lo!" Suara laki-laki itu sed
uat Simfoni takut. "A-a
itu, tetapi Simfoni tak memedulikannya.
, mengindikasikan jika laki-laki itu p
rang perempuan yang menyembunyikan wajahnya pada dada laki-laki itu. Sontak hal itu membuat jantung Simfoni ber
. "Gue nggak akan ngelakuin hal aneh-aneh di sini." Meskipun berkata seperti itu, tetapi kontras sekali dengan sikapnya. Ia
imfoni mencipta k
panjangnya sedikit di atas lutut, meskipun banyak siswi yang memakai rok seperti itu, tapi jelas hanya sedikit yang memakai rimpel, Cyrin salah satu
ki yang masih memeluk Cyrin itu. "Jadi lo nggak usah mikir yang aneh-ane
ak seperti itu. Simfoni tidak sengaja melihat tangan Cyrin yang mencengkera
a dapat dilihat Simfoni, sebab Cyrin ma
tidak bisa mengobati Simfoni, Simfoni tidak apa-apa. Dia bisa mengobati lukany
kembali terdengar. Masih dengan su
nggak. Nggak usah! Aku bi
akal ngerasa bersalah banget." Cyrin berkata seperti itu masih tanpa meli
lo dulu." Lalu Gerhan melepaskan pelukannya. Cyrin masih enggan menat
palagi saat ia melangkah mendekat. "Siniin kaki lo, biar gue oba
anpa sadar hampir menjerit. Tindakan tiba
? Kok nyolot? Gue mau bantuin lo, nggak usa
menarik kakinya yang kali ini dicengkeram Ger
i belakangnya, Cyrin membuka suara. Perempua
. Cewek ini aja yang aneh!" tunjuknya pada Simfoni.
lukanya. Dia tidak berani menolak jika Gerhan sudah memberikan tatapan super tajam diiri
nunduk. Diam-diam perempuan itu juga menahan tang
▬▬ to be