ernama Hinra ke kantor sekara
eri perintah setelah sebelumnya memand
nang dan takut. Senang karena akan keluar sementara dari neraka kebosanan, tapi juga merasa takut, karena
suf?" suara anak perempuan di bel
sannya dipanggil Kepala Sekolah. Dengan berjalan gontai, i
erdengar suara
g yang ada di ruangan tersebut. Selain Kepala Sekolahnya Pak Yusuf, ada seo
yang sempat bengong. Sesaat matanya melirik
a pernah melihatnya. Yang lebih mengherankan lagi, mata
a. Mereka punya beberapa pertanyaan. Silakan Pak.." kat
i memulai sambil memilah semacam berkas di tangannya. "M
uk dengan jawaban yang
ama oran
Pak. Tapi udah men
ekarang tingga
g saya, Ba
nita yang terlihat mengeluarkan sapu tan
ah yang ber
ki muda yang berdiri bersama dua anak perempuan. Tangan lelaki itu terlihat merangkul pundak kedua anak perempuan d
tergagap karena merasa
, kamu masih punya seorang Ibu dan dua orang Kakak perempuan. Sedangkan orang yang kamu bilang Abang kamu itu, Saudara Almann, adalah
ak percaya dalam hatinya terhadap apa yang baru saja ia dengar. Badannya gemeta
punya pekerjaa
proyek." Suara Hinra bergetar. Dia hampir menangis. Ingin rasanya ia langsung be
Kakak kandung kamu." Polisi itu menunjuk wanita muda y
us bagaimana, harus melakukan apa. Mau bersalaman dengan orang yang
menahan diri untuk tak langsung memeluk adik yang telah lama dirindukannya. Adik yang
udian tertunduk lagi. Setelah itu dia sama sekali tidak mendengar apa yang
*
a Hinra pulang?" tanya Alma
nnya kan? Hinra itu milik kami sejak lama. Jadi memang udah seharusnya kembali
Abang. Abang yang jaga dia sampai
a 5 tahun, tapi kenapa sampai sekarang Abang nggak perna
gan dia. Kalau kamu bawa dia, sama a
rkaca. Terlihat air
g saatnya Abang merelakan dia. Tadi pagi
langsung menyadari sesuatu. Ref
rang udah nggak ada di sekolahnya. Ai ud
kahnya yang sudah hampir sampai di depan pintu. Sementara Saliha tetap
as meja untuk menjamunya. Ia menyesap tehnya perlahan. Sudah dingin
ng dalam perjalanan membawa Hinra dan Handari menuju ke p
an kembali duduk
dar mengucapkan kata perpisahan," suara Almann terdengar pilu. Terlihat lelehan
Kalau kami beri kesempatan itu,
ng Li
nggalkan secarik surat untuk Mama. Abang pergi di saat kami sedang berduka karena kepergian Kak Aily, di saat yang bersamaan kami juga harus kehil
tolong jangan pisahkan
rena pernah bekerja bersama Kak Aily. Lupakan Hinra. Lupakan kalau kita pernah saling mengenal. La
Mana mungkin semudah itu ia melupakan Hinra dan mengakhiri semuanya. Setelah sem
an melihat keluar. Dua orang berseragam Polisi datang. Alm
ni rumah Sau
Pak. Saya
untuk dimintai keterangan terkait
. Sampai hati Saliha melibatk
liha terdengar pelan. Perlahan ia berdiri. "Tol