nra. Semoga kelak kamu aka
a. Namun ia tahan, karena tak ingin terlihat cengeng. Ia malu pada Handari yang ki
au berpamitan dengan teman-temannya." Handari m
u perlu, mari saya antar." Kata Bu
berpapasan dengan dua orang teman sekelas
dri, saat melihat Hinra tak mengenakan serag
n." Bu Hidayati menghalau kedua anak itu. Yang man
pai di kelas, mendadak Hinra berhe
andari pada adiknya ya
menggeleng b
ya, saat ia merasa dua orang
a kamu nggak mau berpamitan den
ai dengan isak yang tertahan. Handari dapat melihat bahwa beberapa bulir ben
ak mau pamit sama mereka? Nggak mau ngucapin salam perpisahan? Atau seenggak
menahan tangis. Kalau saja Cuma berpamitan biasa, mungkin tak akan sesedih ini. Tapi, ada se
a?" tanya B
untuk berpamitan. Tolong nanti sampa
gitu. Saya juga n
gi ya Bu." Ujar
hati
ahu, ini pasti berat untuk Hinra. Mendapatkan kenyataan yang tak disangka secara tiba-tiba tentang si
i kelas dengan mengatakan kalau Hinra akan berpamitan. Mia yang sedang menel
am kelas, terlihat jelas raut
a, Bu?" ta
pkan terima kasih untuk kebaikan kalian selama ini. Ibu tahu ada beberapa orang yang sedih, tapi kita Cuma bisa mendukung dan men
gi?" tanya beberapa
ja naik mobil sa
Mia tampak berdiri dan berlari keluar kelas. Bag
membawa Hinra berjalan pelan dan bergoyang-goyang, karen
tak mau berpisah begitu saja. Ia tetap berteriak, meski suaranya hampir h
kaca spion mobil. Dan dengan tiba-
i?" tanya S
de pada Saliha dan Handari dengan menunju
a." Ujar Amir, membuat Hinra yang tadinya s
Hinra jadi berubah piki
tap ikut kita." Kata Amir menenangkan
auh-jauh capek berlari sampai ke sini, Cum
ahan ia keluar dengan membawa tas ransel di punggungnya. Mendekati Mi
a..
pa nggak bilang? Kenapa ngga
kalau aku berpamitan dengan kalian semua terutama kamu, nanti a
padaku. Kamu egois, nggak mikirin perasaan aku." Mia makin kuat me
dan hari yang mulai gelap membuat Hinra khawatir kalau nanti Mia kedinginan. Mia
udah menjadi teman baikku selama ini. Ada yang ingin aku katakan padamu, tapi aku nggak tahu, apa kalimat itu sudah pantas diucapk
manggil Hinra. Entah sejak kapan dia su
Mia. Oh iya, ada s
rkan sebuah buku harian berwarna biru ge
ini ka
elama ini selalu di bawa ke mana-mana di dalam tas sekolahnya. Selama ini jangankan memb
uberikan ke kamu. Aku belum selesai nulis, tapi sepertin
terus mengalirkan ai
pergi
badan, urung karena tiba-tiba saja Mia
terpaksa harus terpisah s