lama tertidur. Sesekali ia mengerjapkan mata, tersugesti untuk menajamkan pengli
aku tidur
banyakan tidur malah terasa capek. Akibat tidak ada kegiatan sama sekali selama tiga hari ini membuatn
dikit kaget. "Pangeran tidur akhirnya ters
k Ai nggak
bangunin. Lagian nggak a
g?" Hinra mencari soso
g saja Handari menemaninya, karena Saliha dan Amir sibuk ke sana-kemari menyelesaikan segala urusa
satu. Tapi langsung pergi lagi. Katanya
uk dimintai keterangan dan kesaksian. Sementara Bang Amir bolak-balik ke sekolahnya, mungkin mengurus surat pindah. Mereka juga pasti pergi ke kantor
. Nasi bungkus punya kamu udah ngembang kayaknya kena kuah." Handari meng
kursi. Perutnya memang sudah lapar. Dia terbangun tadi j
gung mulai berkurang. Terutama dengan Handari. Kakaknya yang satu itu memang l
dan membahas segala sesuatu tentang alasan kenapa sekarang ia b
lungnya yang bernama Aily, yang kini sudah tiada. Saat Kak Aily meninggal dun
paling dalam ia juga sangat merindukan Bang Almann. Tapi ia tidak berani mengutarakan, karena
g terlihat memandang lama nasi bungkus yang telah dibuk
er digoreng, Hinra bilang ia tidak bisa memakannya. Hinra hanya mau makan ayam kampung atau ayam
langnya. Dulu aku pernah ketulangan ikan. Jadi aku takut makan ikan langsun
endekat dan dengan telaten memisahkan tulang da
asih
dipaksakan. "Jadi tiap mau makan ikan, Bang
mbil menjawab dengan bergumam.
lmann benar-benar memperlakukan Hinra dengan sangat baik. Sepe
. Masa' nggak bisa misahi
angan aku yang tercucuk tulang. Jadi sampai sekarang aku nggak berani." Hi
surat sama kantong plastik. Katanya titipan da
ksud. Mia... Hanya dia yang akrab dengannya, karena mereka bert
tadi ke sek
uat ambil surat pindah, sekalian pamit sama Guru dan te
a. Terasa ada suatu luka menganga yang membuat perih. Mata dan hidungnya terasa mengembang. Meski tangan tetap menyuap makana
, titipan
k berikan." Handari menjawab tegas.
*
r sebelah. Sebuah toples plastik kecil yang juga dititipkan tadi ia letakkan di atas meja. Benar dugaannya
Hinra
Kenapa udah dua hari kamu nggak ada ka
atanya kamu mau pindah sekolah. Benar
nn di rumahmu. Rumahmu selalu gelap sejak
ji kalau kamu nggak jadi pindah aku akan baik sama kamu... Nggak m
bang ini, yang jelas aku melihat dia yang kemarin jemput kamu ke seko
at pulang
...
ia. Hatinya sedih membaca surat dari teman sejak kecilnya itu. Bisa i
ak yang belum kulakukan untukmu... Apakah ada kesempatan untuk kita di masa depan? Apakah aku harus mulai merelakanmu mulai dari
aca surat dari Mia, berulang kali. Sesekali pandangannya tertuju pada emping melinjo
kembali semua hal yang telah ia lewati bersama Mia. Hal