binti Sulaiman d-engan mas kawin tersebut d-dibayar
saksi, sah?" t
ya," jawab salah satu saksi yang duduk di belakang p
a diri. Rupanya, datang ke pesta pernikahan sahabatku bukanlah pilihan yang baik. Aku yang aw
ang dan membawa calon istri. Namun, bila dalam keadaan terdesak seperti ini, rasa hikmat dan kebahagiaan bahkan lenyap oleh
an yang berkeringat serta bergetar hebat kini kurasakan. Cucuran keringat pun menghiasi kening hingga jatu
mbali membaca ijab kabul, akhirnya aku bisa menyeles
at cantiknya Uswa dengan berbalut hijab putih serta riasan yang menarik, tapi sederhana, ada kebahagiaan terselip di hatiku.
_
s di samping yang sudah sah menjadi istriku, kucoba mengingat-ingat kejadian sebelum bisa duduk di pelaminan in
i atas meja sementara aku mengambil air di dapur. Perlahan, kubuka isi amplop setelah segelas ai
saat masa sekolah dulu. Mataku tertuju pada nama calon mempelai wanita. Uswatun Khasanah. Ia adalah teman dekatku pada saat kami masih sekolah di MAN dulu
_
mempelai wanita. Ilham dikabarkan tak sadarkan diri dan koma di r
ntaranya bahkan menangis histeris termasuk ibu mempelai wanita. Aku yang baru saja k
Terkejut bukan kepalang aku dibuatnya. Dal
a telingaku ini kemasukan kotoran hingga salah mendengar. Tanpa menjawab,
luar saja. Perlahan, Bang Adam membuka pintu kamar. Tampak di dalam ada seorang gadis tengah memegang tangan lelaki paruh baya yang
g, Zul. Beliau gak kuat denger
, aku sempat dekat dengan keluarga ini saat masa sekolah dulu. Rasa kekeluargaan masih kental terasa. Tib
sakit?" tanya Bang Adam saat kami bert
sih terisak. Hatiku semakin tak karuan rasanya. Di sini, aku bukan siapa
a bicara Bang Ad
li ia usap air mata yang
sekali kalian cerita soal penyakit Ilham." Bang Adam mengusap kening dengan
. Hal ini membuatku tak betah berlama-lama di kamar itu.
ncegah batalnya acara pernikahan hari ini. Semakin kalut aku dibuatnya. Meski bukan aku yan
ian sempit membuat kepala dan hatiku sama sekali tak bersatu. Selain itu, tamu yang berdatangan, menuntut diri ini harus cepat mengambil tindakan. Hingga otak ini sampai pada puncaknya, aku memutuskan untuk p
an sambil menunggu kemantapan hati sekaligus berdoa agar keputusan y
berdiri di ambang pintu. Salah satu sosok yang mirip Haji Sulaiman berjalan me
s begitu terasa di rongga dada. Mungkin memang inilah yang bisa aku lakukan. Semoga
ka, beberapa di antara mereka pun b
kuin ini. Lu emang baik." Bang Adam m
kamar miliknya. Dia pun mengambil toksedo yang cukup bagus dan memberikannya pad
tanganku berulang kali berkeringat sedang
kering." Juru rias menghampiriku. Aku diam sejen
ap. Tampak perias lainnya tengah memakaikan lipstik di bibirnya. Pandanganku sibuk mena
ku mengalihkan pandangan dengan cepat. Segera aku beranjak
. Jangankan tersenyum, meluhatku saja tidak. Sempat terpik
mbung