hadapanku. Dadanya yang tadi mengacung keras kini agak sedikit terkulai tapi tentu masi
ng yang bilang nudism itu bukanlah suatu karya seni, mungkin dia belum pernah melihat keindahan seperti yang sedang kulihat saat in
n tubuhnya sebagai penutup. Tapi sebelum itu aku masih penasaran dengan rasa air liur Nia yan
. Kupalingkan wajahnya yang tadinya mengarah kesamping agar mengahadap ke arah wajahku. Kedua mata Nia masih ter
nsasi itu. Jadi benar sudah anggapanku kalau Nia merasakan nikmatnya berciuman itu pertama kali ya d
ai langit-langit mulutnya terkada
a kini dibanjiri dengan air liur, sampai-sampai suara ciuman kami itu terdengar cukup keras dari ciuman yang sewajarnya. Ku pegan
kutarik celana pendeknya itu kebawah. Nia tidak mencegah sama sekali perbuatanku itu jadi dengan sekejap saja, tubuh Nia kini sud
ntuh bagian luar celana dalamnya, Nia langsung berontak seperti kesetrum. Waduh-waduh, se
dan kutusuk-tusuk dengan pelan ke arah lipatan bibir vaginanya. Walau hal ini kulakukan dari
sukan-tusukan yang kulakukan itu ku buat menjadi lebih intens. Jariku yg tadinya kering kini sudah mulai basah.
nya itu dengan tanganku. Kutarik celana dalamnya kebawah sampai akhirnya Nia bena
ini kembali kencang dan mencuat lalu vaginanya yang masih muda dan hanya ditumbuhi bu
pun jadi telanjang bulat sama sepertinya. Ku putar badanku sehingga waj
nan sehingga terlihat jelaslah surga
lunjukku agar aku bisa melihat dengan lebih jelas lagi. Oh my God, vaginanya begitu becek dengan cairan bening. Dinding dalam vagina Nia berwarna pink pucat,
wa ini. Tapi sebelum itu, adik kecilku yg kini bergantung bebas didepan wajah
etika Nia mulai memasukkannya kedalam mulutnya. Apalagi kondisi mulut
atang kemaluanku. "Mmmmmmmmmmmmmmm.... Enak banget Ni
ku sambil dua jarinya yang melingkar di batang kemaluanku di gerakinnya naik turun. Uaaahhhhh nikmatnya bukan mai
kena gigi berarti tidak nikmat??, bagiku sentuhan-sentuhan kecil giginya dibagian kepala dan batang kemaluanku malah ikut menamba
yang.." Pintaku memelas berharap ada kejutan-
, vagina Nia yang becek itu memang masih belum kugarap dari tadi karena kea
anya, seketika itu juga wangi khas me
becek itu. Namun karena rudalku yang sedang menegang sempurna dimulutnya suaranyapun menjadi terta
telunjukku kugunakan untuk menyibak bibir vaginanya dan lidahku dengan ganasnya menyapu setiap senti bagian itu dengan penuh
, ku cabut rudalku dari mulutnya dan kup
pelan-pelan kubebenamkan kearah vaginanya. Oooohhhhhhh fuuuuckkkk
tangannya spontan mendorong perutku menjauh. "Sakittttt Pakkkk!!! Jangannn!! Nia mohonnnn" teriaknya
uckkkkk!! Nia kembali menahan laju tubuhku dan kali ini tubuhnya dimundu
aknya lagi mengingatkanku. Aku jadi sedikit emosi mendengarnya, apalagi adik kecil
a kan saya beginiin!" tanpa menunggu jawabannya kutarik lagi pinggulnya mende
..." Nia kembali berteriak, tapi kal
sama Nia, Nia mohon, Nia jangan diginiin ya pak..." Pintany
ia itu sontak membuatku tersadar tentang perbuatan setan yang akan kulakukan saat itu. Ohhh
h aku nanti tidak dihujat dan dipermalukan habis-habisan kalau seandainya aku harus
r membuatku sadar seketika! Aku pun terd
anya dan aku pun merebahkan tubuhku disampingnya deng
osong. Aku berar-benar t
ang sedang dilakukannya. Mau memakai bajunya, atau lang
ya itu membuat hatiku merasa menjadi lebih tenang. Rasa bersalahkupun berangsur-angsur mu
ul-betul jatuh hati
mesra. "Nia, terimaksih ya kamu sudah bikin saya
pelukannya menjadi lebih kencang dan waj
*