uanku saat masuk kedalam tubuh Neng Shinta amat membuatku lupa diri. Perlahan-lahan kutarik pantatku hingga batan
ng otomatis batang kontolku melesak d
saat ujung kepala kontolku seperti menumbuk
ulai ikut mengimbangi gerakanku. Secara perlahan pantatnya bergerak memutar mengikuti irama ayunan pantatk
dih yang ditandai dengan melelehnya air matanya seakan-a
yergap bibirnya yang setengah terbuka dan menyusupkan lidahku ke dalam mulutnya. Lidahku meng
mangat menggenjot pantatku menghunjamkan batang kontolku ke dalam lubang kemaluannya. Gerakan pantat
a sadar dan tidak Neng Shinta merintih-
tetapi apalah artinya bagiku dibanding keberhasilanku menggauli dan menikmati kemolekan tubuh anak majikanku itu. Lidahku yang
tuk mengambil bantal dan mengganjal pantat Neng Shinta agar lebih tinggi. Dengan posisi terganjal bantal, batang kont
bawah kedua bongkahan pantat Neng Shinta dan meremas-remasnya sambil terus mengayunkan pantatku naik turun. Aku merasa betapa d
h.. Ter.. Ruhhsshh
nya kencang-kencang. Neng Shinta pun rupanya sudah hampir mencapai orgasmenya. Gerakan pan
uchh.. Shh
danya terguncang hebat menandakan ia sudah tidak mampu menahan orgasmenya. Kurasakan betapa batang kontolku terjepit k
h.. Neenghh
Cratt.. Crrt.. Crrtt..!! Akhirnya tanpa dapat kutahan lagi batang kontolku menyemburkan air maniku yang sangat
ma berpuasa dan hanya onani. Tubuhku berkejat-kejat di atas
tik dan menawan jika ia telah berada di bawah tubuh laki-laki saat kemaluannya di masuki kemaluan pria. Keringat kami pun akhirnya menyatu dan kain
ku yang cantik ini. Neng Shinta rupanya terlalu capai hingga ia membiarkan saja tub
karena AC membuat tubuhku menggigil soalnya aku tidak terbiasa tidur dengan AC. Apalagi saat itu aku
rti itu. Wajahnya kelihatan begitu damai dalam tidurnya. Aku
i tubuhnya yang mulus, gairah kelelakianku kembali bangkit. Batang kontolku mulai m
aik seiring dengan napasnya yang begitu teratur. Tanpa dapat menahan diri lagi tanganku segera mengelus kedua buah dada
dari mulut Neng Shinta saat tanganku sib
ku mulai mengulum kedua puting payudara Neng Shinta secara bergantian. Tanganku secara otomatis bergerak turun ke ar
an Neng Shinta. Kembali lidahku menyeruak masuk ke dalam gundukan bukit kemaluan Neng Shinta. Kedua pahanya semakin terbuka lebar seolah me
ng peristiwa malam itu. Tampaknya Neng Shinta memang merahasiakannya. Aku tahu diri dan tidak berupaya memperlihatkan kepada Neng Shinta
pendam saja. Dan sebagai pelampiasannya, aku terus mengintip Neng Shinta bersebadan dengan suami
hinta biasa biasa saja. Ia tidak memberikan tanggapan apa pun saat itu. Dan malam sa
nikmati kehangatan tubuhnya di kamarnya. Neng Shinta pun semakin larut olehku. Ini terlihat saat suatu mal
yang mungkin tidak ia dapati dari suaminya. Aku pun setelah menikmati kemulusan dan kehangatan