g remuk di sana-sini. Vince me
tatapan Vin di atasnya. "V-Vin?" Wajah seketika me
ince menyeringai, kemud
uat apapun saat dua kakinya dibuka dan lidah Vi
Vince menghisap di sana, disebut erangan Ruby.
uby menggunakan lidah agresifnya. Ruby sibuk kelojotan, geli
n libido dari Vince. Begitu kuatnya hingga Ruby m
hendak bangkit, namun apa daya, Vince kembali menjajah area intimnya. Ba
elas karena lidah Vince meliuk beringas di klitoris sembari
h titik yang berikan sensasi luar biasa bagi Ruby. Tak pelak, ca
anita menakjubkan, Ru. T
? Ar
ditenggelamkan ke vagina. Keduanya saling berpacu dalam berahi dan l
ggkk
lelaki seperti Vince. Padahal dia selalu menjadi pihak yang akan membente
y menyerah pada kemauan si lelaki hanya karena dirinya sudah distimulasi
engahan tiga puluhan itu membiarkan Vinc
ginanya tanpa jeda saat Vince memberikan kehormata pada Ruby untuk berada di atas
lur yang dia inginkan. Pria itu tetap bertindak sebagai
erak agresif menyodokkan penisnya ku
y dengan beberapa gaya vulgar yang takkan pernah ad
ia baru, aroma baru akan kehidupan se
enyerap segala pelajaran intim dari Vince yang tak kena
laki yang sudah sangat berpengalaman jika itu meng
dali penuh Vince, keduanya mencapai puncak pelepasan nyaris bersa
njang dengan nafas teren
iapkan sarapan. Eh, atau ini harus dikatakan... m
Ruby tidak gesit melesat ke kamar mandi
Gila sekali. Ough... sungguh gila. Ini... nyata-nyata gila!" Ia terus mengulang kata 'gil
butnya menggunakan tangan, bersiap untuk membersihkan diri, mandi dengan s
h area bawah karena terasa perih bila terkena air. Dia seolah kembali jadi perawan. Beda
hun dia tidak d
buatan dia sendiri. Betapa dia tak bisa mengendalikan diri, berger
ar biasa. Seluruh sendi dan syaraf miliknya seakan terbangkitkan akibat sentuhan-se
h menuju dapur, bermaksud membuat makan siang. Untunglah Vince
n memakai celemek. Yang membuat Ruby nyaris menjatuhkan dua bola matanya
sambil tak tau harus berbuat apa
sapa Vince begitu Ruby muncul. Harum
rsi. Menghirup sekejap bau pancake yang baru matang, lalu terse
ke Ruby. "Jangan buru-buru memu
kecil-kecil kemudian masukkan ke mulut, k
uatir. "Apa terlalu as
lak sambil menggel
enampakkan wajah kuatir dan bertanya-tanya. Ia tak berharap
kura
ang
banyak,
kerjai Ruby. Ia gemas, hampiri Ruby da
in
.." Vince sudah berbisik sed
kelakuan Vince ini. Namun, apa daya yang dipunyai Ruby? Ia hanya ta
sam