Rubby sudah merasakan berbagai jenis cinta, sekaligus berbagai jenis ranjang dan desahan, namun akhirnya dia tersudut pada sebuah cinta buta dan tuli yang menjungkir balikkan kewarasan dia, meski itu artinya... TABU, karena seseorang yang dia cintai, adalah sesorang yang tidak seharusnya dia kejar. Ruby hanyalah gadis di pertengahan tiga puluh tahun. Meski begitu, tubuhnya masih terawat dengan baik. Pinggangnya masih ramping tersambung oleh lengkungan indah pinggul yang tidak berlebihan meski kentara jelas.
If love is blind... I'll find my way with you...Cause I can see myself, not in love with you...
Suara mendayu manja melantunkan lagu dari Tiffany terus saja membelai pendengaran semua orang di ruangan seluas 20 x 30 meter berpenerangan remang-remang. Hanya bagian panggung saja yang terang benderang.
Memang itu di sebuah kafe yang mengusung live music di setiap penghujung minggu. Jum'at, Sabtu, dan Minggu adalah jadwal tetap bagi para penyanyi lokal.
Sabtu malam ini telah tampil biduanita ternama kafe tersebut. Dia biasa mengisi jadwal malam Minggu, momen paling ramai di kafe itu.
"Ruby! Ayo, nyanyikan yang lebih hot!" teriak salah satu pengunjung sembari acungkan gelas bir di tangan kanan ke arah panggung.
Biduan bernama Ruby pun tersenyum usai menuntaskan lagu mellow tadi. "Baiklah, saya akan coba bawakan lagu apik yang saya harap disuka semua di sini."
Ruby berbisik sebentar ke pianis di dekatnya. Sang pianis mengangguk, lalu main mata memberi kode pada pemain drum di belakang, tak jauh darinya.
Tak lama lagu Toxic milik Britney Spears mulai dibawakan mengambil versi jazz. Suara Ruby terdengar manja merayu. Para pria bertepuk dan bersorak senang.
Apalagi ketika tubuh ramping Ruby bergerak menggeliat menawan, terkadang memamerkan paha indah dia di balik gaun terusan warna merah yang berbelahan paha tinggi.
Gadis itu bernama panggung Ruby. Tak ada seorangpun yang mengetahui nama aslinya, pun pemilik kafe atau bahkan para pemain musik yang kerap mengiringi dia di panggung.
Tidak, kalian tidak perlu meliarkan imajinasi kalian membayangkan Ruby adalah gadis muda berumur awal dua puluh, bertubuh sangat sintal dengan payudara memenuhi pakaiannya.
Tidak, jauhkan angan-angan mesum kalian,
Ruby hanyalah gadis di pertengahan tiga puluh tahun. Meski begitu, tubuhnya masih terawat dengan baik. Pinggangnya masih ramping tersambung oleh lengkungan indah pinggul yang tidak berlebihan meski kentara jelas.
Ukuran dada? Dia bukan wanita yang menyimpan melon atau semangka di kantung dadanya. Payudara dia berukuran normal dan tidak berlebihan. Walaupun begitu, takkan ada yang tega dan keji mengatakan payudara Ruby tidak menarik.
Tentu saja masih menarik meski bukan seukuran semangka. Dadanya masih mencuat kencang dan pasti akan terasa pas jika ditangkup oleh telapak tangan.
Urusan kecantikan, kalian bisa membayangkan siapapun yang kalian anggap cantik, karena memang dia rupawan serta mempesona dengan segenap garis wajah yang ia miliki. Tak mungkin ada orang mengatakan dia wanita berwajah buruk kecuali kalian dengki atau buta.
Ruby adalah wanita yang ingin kalian ajak mengobrol akrab sembari berpautan tangan di atas ranjang. Dia menyenangkan, sekaligus menggairahkan dalam aspek yang unik.
Keindahan Ruby menjadikan dia sebagai biduanita paling dinanti-nanti penampilannya di kafe tersebut.
Malam ini pun demikian adanya. Kafe sudah berjejal dipenuhi para pengunjung yang sebagian besar adalah lelaki yang datang dan terkadang rela berdiri hanya untuk menatap Ruby saja, persetan seperti apa suara dia.
Sungguh amat beruntung bahwa disamping penampilan aduhai dari sang biduanita, suara Ruby juga bersaing indah dengan performa dia sendiri.
Ia fasih membawakan lagu-lagu berjenis pop dan jazz. Ia cukup meliukkan sedikit pinggulnya, maka para penonton pria akan mengerang meski itu ada di sudut-sudut gelap kafe yang dipenuhi asap rokok hingga kita akan bergumam, ini kafe atau lembah mistis berkabut?
Semua karena Ruby. Itu gara-gara dia. Anggap saja itu dosa dia jika para pengunjung terancam akan memiliki penyakit paru-paru pada dekade mendatang.
Tak terasa jam sudah hampir menunjuk ke jarum 2. Waktunya pertunjukan disudahi. Pemilik kafe memang tegas agar kafe selesai jam 2 pagi setelah buka dari jam 8 malam.
Ruby sudah merampungkan 10 lagu. Sebelum dia naik panggung, ada band anak muda terlebih dahulu yang mengisi acara. Kemudian sang biduanita naik panggung mulai jam 10.
Di panggung, biasanya Ruby beramah-tamah dengan pengunjung. Mengobrol disela-sela lagu. Hingga terkadang maksimal ada 20 lagu dia dendangkan secara santai diiringi piano, petikan gitar, serta drum yang dimainkan ala jazz pop.
Jam 1 malam biasanya pihak kafe sudah mulai berbenah. Pengunjung paham dan berangsur pulang.
"Ruby, sepertinya kau punya fans baru." Manajer kafe setengah berbisik padanya sambil dagu menunjuk ke sebuah meja. Mereka sedang berkumpul di meja bartender. Lampu kafe juga mulai dinyalakan walau tidak semuanya.
Sang biduan turutkan pandangan ke meja tersebut. Mata besarnya mendapati sesosok pria yang duduk tenang menikmati bir yang hampir habis.
"Jangan beri nomerku lagi, Bos." Ruby menyentuh punggung tangan bosnya. "Yang dulu sudah cukup merepotkan hingga aku musti berganti kontrakan 2 kali."
Si Bos terkekeh. "Iya, maaf. Aku terlalu teledor waktu itu. Baiklah, tenang saja. Identitas dan alamatmu aman."
"Oke, aku pulang dulu, Bos." Ruby menepuk bahu bosnya, dan berpamitan pada musisi pengiringnya. Ia sempatkan melirik lelaki di meja tak jauh dari bartender. Tersenyum sekilas, kemudian melenggang pergi.
Ia keluar dari kafe lewat jalan belakang dimana mobilnya terparkir. Riasan sudah dihapus, sehingga dia bisa sedikit menyamar agar tidak dikuntit penggemar.
Tak perlu terheran akan kebiasaan para penggemar yang terkadang tidak rasional dan berbuat di luar harapan para idolanya.
Dulu, di awal-awal Ruby mulai menjadi biduanita, banyak lelaki yang bertingkah bagaikan anak sekolah baru mengenal cinta. Menguntit, menempel, serba ingin tau, dan bahkan mengintip Ruby dengan berbagai metode yang memalukan.
Namun, itu semua sudah menjadi sejarah yang akan membuat wanita pertengahan tiga puluh itu akan tergelak kecil jika mengingatnya.
Bisa dikatakan, akhir-akhir ini para penggemarnya sudah lebih tertib dan menghargai privasi Ruby jika di luar kafe. Wanita lajang itu sekarang bisa lebih nyaman menjalani hari-hari dibanding tahun lalu.
Sesampai di apartemen sederhana, ia hempaskan tubuh ke sofa sebelum beranjak ke kamar nantinya.
Membuka tas kecil, mengeluarkan dompet, dan menghitung lembaran uang yang menjejali di sana sebagai bayaran hari ini, Ruby tersenyum puas. Bos kafe selalu baik, melebihkan bayarannya jika kafe penuh sesak.
Hampir 2 tahun dia menggantungkan hidup dari kafe tersebut. Tadinya dia menyanyi di kafe lain yang lebih kecil, namun dia merasa seperti sapi perah saja, seminggu 4 kali, namun bayaran minim. Untung saja dia bertemu dengan pemilik kafe yang sekarang yang menawarinya penghasilan lebih banyak dengan jam lebih sedikit.
Setelah memasukkan kembali dompet ke tas kecil, dia teringat pria tampan yang tadi duduk sendiri di meja depan panggung. Dia sadar pria itu mengaguminya meski tak banyak bicara. Tapi dari tatapannya yang lekat memandangi Ruby, ia tau pria itu terpesona.
Tergelak kecil, Ruby pun bangkit dari sofa untuk berjalan ke kamarnya. Ia ingin bermalas-malasan di hari Minggu seperti biasanya.
Bersambung
Istriku yang nampak lelah namun tetap menggairahkan segera meraih penisku. Mengocok- penisku pelan namun pasti. Penis itu nampak tak cukup dalam genggaman tangan Revi istriku. Sambil rebahan di ranjang ku biarkan istriku berbuat sesukanya. Ku rasakan kepala penisku hangat serasa lembab dan basah. Rupanya kulihat istriku sedang berusaha memasukkan penisku ke dalam mulutnya. Namun jelas dia kesulitan karena mulut istriku terlalu mungil untuk menerima penis besarku. Tapi dapat tetap ku rasakan sensasinya. Ah.... Ma lebih dalam lagi ma... ah.... desahku menikmati blowjob istriku.
Memang benar perkataan adrian tentang dirinya, dia wanita yang sangat cantik nan rupawan, aroma tubuhnya sampai tercium meskipun jarak di antara kita cukup jauh. tubuhnya juga sangat terawat, pantatnya yang besar dan nampak sekel, dan lagi payudara miliknya nampak begitu bulat berisi. "Ehmm... dia itu yaa wanita yang mendapat IP tertinggi sekampus ini !", gumamku. "Cantik, kaya dan pintar.. dia seperti mutiara di kampus ini !", lanjut gumamku.
Ujang menatap tajam ke lawannya tersebut "Datok lo harus tau seberapa greget nya gue?!" "Gue baru 20 tahun, terus kontol gue cuman dipake kencing doang" "Tisu Magic mode", Ujang bersiap kembali kali ini semua badannya sudah berlapis baja , ilmu pamungkas pun sudah diaktivkan, "TELO RASA MEKi" sang datok pun bersiap dengan ilmu pamungkasnya terlihat semua badannya mengeluarkan uap panas Dan keduanya bagai petir melesat dengan kecepatan tak kasat mata mengeluarkan ajian pamungkasss "BOOOOOMMMMMMMMMM"
Ava menarik nafas panjang sebelum melepas penutup terakhir tubuhnya. Dan kali ini, yang hadir hanyalah ketelanjangan yang membebaskan, ketelanjangan yang membebaskannya dari pakaian kepalsuan yang menutupinya selama ini. Ava memejamkan mata, menikmati udara sore dan dingin air yang mengalir membasahi tubuhnya. Sore itu ia merasa menyatu dengan alam.
Kupejamkan mataku, dan kukecup bibirnya dengan lembut, dia menyambutnya. Bibir kami saling terpaut, saling mengecup. Pelan dan lembut, aku tidak ingin terburu-buru. Sejenak hatiku berkecamuk, shit! She got a boyfriend! Tapi sepertinya pikiranku mulai buyar, semakin larut dalam ciuman ini, malah dalam pikiranku, hanya ada Nita. My logic kick in, ku hentikan ciuman itu, kutarik bibirku mejauh darinya. Mata Nita terpejam, menikmati setiap detik ciuman kami, bibir merahnya begitu menggoda, begitu indah. Fu*k the logic, kusambar lagi bibir yang terpampang di depanku itu. Kejadian ini jelas akan mengubah hubungan kami, yang seharusnya hanya sebatas kerjaan, menjadi lebih dari kerjaan, sebatas teman dan lebih dari teman.
"Jang, kamu sudah gak sabar ya?." tanya Mbak Wati setelah mantra selesai kami ucapkan dan melihat mataku yang tidak berkedip. Mbak Wati tiba tiba mendorongku jatuh terlentang. Jantungku berdegup sangat kencang, inilah saat yang aku tunggu, detik detik keperjakaanku menjadi tumbal Ritual di Gunung Keramat. Tumbal yang tidak akan pernah kusesali. Tumbal kenikmatan yang akan membuka pintu surga dunia. Mbak Wati tersenyum menggodaku yang sangat tegang menanti apa yang akan dilakukannya. Seperti seorang wanita nakal, Mbak Wati merangkak di atas tubuhku...
Joelle mengira dia bisa mengubah hati Adrian setelah tiga tahun menikah, tetapi dia terlambat menyadari bahwa hati itu sudah menjadi milik wanita lain. "Beri aku seorang bayi, dan aku akan membebaskanmu." Pada hari Joelle melahirkan, Adrian bepergian dengan wanita simpanannya dengan jet pribadi. "Aku tidak peduli siapa yang kamu cintai. Utangku sudah terbayar. Mulai sekarang, kita tidak ada hubungannya satu sama lain." Tidak lama setelah Joelle pergi, Adrian mendapati dirinya berlutut memohon. "Tolong, kembalilah padaku."
Nafas Dokter Mirza kian memburu saat aku mulai memainkan bagian bawah. Ya, aku sudah berhasil melepaskan rok sekalian dengan celana dalam yang juga berwarna hitam itu. Aku sedikit tak menyangka dengan bentuk vaginanya. Tembem dan dipenuhi bulu yang cukup lebat, meski tertata rapi. Seringkali aku berhasil membuat istriku orgasme dengan keahlihanku memainkan vaginanya. Semoga saja ini juga berhasil pada Dokter Mirza. Vagina ini basah sekali. Aku memainkan lidahku dengan hati-hati, mencari di mana letak klitorisnya. Karena bentuknya tadi, aku cukup kesulitan. Dan, ah. Aku berhasil. Ia mengerang saat kusentuh bagian itu. "Ahhhh..." Suara erangan yang cukup panjang. Ia mulai membekap kepalaku makin dalam. Parahnya, aku akan kesulitan bernafas dengan posisi seperti ini. Kalau ini kuhentikan atau mengubah posisi akan mengganggu kenikmatan yang Ia dapatkan. Maka pilihannya adalah segera selesaikan. Kupacu kecepatan lidahku dalam memainkan klitorisnya. Jilat ke atas, sapu ke bawah, lalu putar. Dan aku mulai memainkan jari-jariku untuk mengerjai vaginanya. Cara ini cukup efektif. Ia makin meronta, bukan mendesah lagi. "Mas Bayuu, oh,"
Arga adalah seorang dokter muda yang menikahi istrinya yang juga merupakan seorang dokter. Mereka berdua sudah berpacaran sejak masih mahasiswa kedokteran dan akhirnya menikah dan bekerja di rumah sakit yang sama. Namun, tiba-tiba Arga mulai merasa jenuh dan bosan dengan istrinya yang sudah lama dikenalnya. Ketika berhubungan badan, dia seperti merasa tidak ada rasa dan tidak bisa memuaskan istrinya itu. Di saat Arga merasa frustrasi, dia tiba-tiba menemukan rangsangan yang bisa membangkitkan gairahnya, yaitu dengan tukar pasangan. Yang menjadi masalahnya, apakah istrinya, yang merupakan seorang dokter, wanita terpandang, dan memiliki harga diri yang tinggi, mau melakukan kegiatan itu?
Setelah tiga tahun menikah, Becky akhirnya bercerai dengan suaminya, Rory Arsenio. Pria itu tidak pernah mencintainya. Dia mencintai wanita lain dan wanita itu adalah kakak iparnya, Berline. Suatu hari, sebuah kecelakaan terjadi dan Becky dituduh bertanggung jawab atas keguguran Berline. Seluruh keluarga Arsenio menolak untuk mendengarkan penjelasannya, dan mengutuknya sebagai wanita yang kejam dan jahat hati. Rory bahkan memaksanya untuk membuat pilihan: berlutut di depan Berline untuk meminta maaf, atau menceraikannya. Yang mengejutkan semua orang, Becky memilih yang terakhir. Setelah perceraian itu, Keluarga Arsenio baru mengetahui bahwa wanita yang mereka anggap kejam dan materialistis itu sebenarnya adalah pewaris keluarga super kaya. Rory juga menyadari bahwa mantan istrinya sebenarnya menawan, cantik, dan percaya diri dan dia jatuh cinta padanya. Tapi semuanya sudah terlambat, mantan istrinya tidak mencintainya lagi .... Namun, Rory tidak menyerah dan tetap berusaha memenangkan hati Becky. Apakah Becky akan goyah dan kembali ke sisinya? Atau akankah pria lain masuk ke dalam hatinya?
BERISI ADEGAN HOT++ Leo pria tampan dihadapan dengan situasi sulit, calon mertuanya yang merupakan janda meminta syarat agar Leo memberikan kenikmatan untuknya. Begitu juga dengan Dinda, tanpa sepengetahuan Leo, ternyata ayahnya memberikan persyaratan yang membuat Dinda kaget. Pak Bram yang juga seorang duda merasa tergoda dengan Dinda calon menantunya. Lantas, bagaimana dengan mereka berdua? Apakah mereka akan menerima semua itu, hidup saling mengkhianati di belakang? Atau bagaimana? CERITA INI SERU BANGET... WAJIB KAMU KOLEKSI DAN MEMBACANYA SAMPAI SELESAI !!