/0/16992/coverbig.jpg?v=6cbd7ab686d9de65ae61301b4be35359)
Memang benar perkataan adrian tentang dirinya, dia wanita yang sangat cantik nan rupawan, aroma tubuhnya sampai tercium meskipun jarak di antara kita cukup jauh. tubuhnya juga sangat terawat, pantatnya yang besar dan nampak sekel, dan lagi payudara miliknya nampak begitu bulat berisi. "Ehmm... dia itu yaa wanita yang mendapat IP tertinggi sekampus ini !", gumamku. "Cantik, kaya dan pintar.. dia seperti mutiara di kampus ini !", lanjut gumamku.
Gerimis seharian ini membuat cuaca terasa begitu memanjakan rasa malasku, sangat berat tubuh ini untuk melakukan aktifitas, disaat gue sedang berteduh pada sebuah halte depan kampusku kumelihat seseorang yang sangat gue kenal, dengan cepat gue pun berlari mendekati seseorang yang sangat aku kenal itu, walau tanah sedikit agak becek gue tidak mempedulikannya dan terus berlari menghampirinya, lalu gue pun menepuk pundaknya untuk menegurnya.
"Hai.. kemana aja lu ?", tegurku dari belakang pada seorang teman.
"Ooiii... !", ucapnya terkaget.
"Asuuuu.. mbok'ne ancuk'an ancen arek iki !", ucapnya kesal kepadaku.
(Anjing... emaknya dancok emang nih anak).
"Wes toh.. jangan ngamuk terus !", sautku menenangkannya.
(udahlah..).
"Ehh... udah dapet kabar kapan nilai semester keluar ?", tanyaku padanya.
"Belum nath... serem gue kalau IP gue jeblok !", jawabnya dengan melas.
"Hahaha... seorang adrian takut nilainya jeblok, nih dah mau masuk semester 4.. kemarin-kemarin lu kemana aje mas, kok baru mikirnya sekarang !", ejekku pada adrian.
Dia adalah teman baikku di kampus namanya Adrian Matuhusein, dari namanya saja mungkin udah bisa di tebak asalnya, ayah dari indonesia timur sedangkan ibunya dari jawab barat yaitu tasikmalaya, cewek sunda. dia lebih tua dariku satu tahun dan dia satu fakultas denganku juga di fakultas hukum, saat ini kita akan memasuki semester empat dan masih butuh waktu 2,5 tahun lagi untuk lulus dari universitas Airlangga Surabaya.
Gue bukanlah nathael yang dulu kalian kenal karena nathael yang sekarang bukan lagi anak dari keluarga yang kaya raya dan terpandang di kota ini, aku yang sekarang adalah anak yang sedang berjuang untuk meraih impian dengan menggunakan tangannya sendiri, hidupku berubah total setelah peristiwa di jakarta, semuanya lenyap seketika bagai ditelan bumi, tak ada lagi gelimang harta atau anggota keluarga yang sudi membantu, mereka seperti orang yang tidak mengenalku lebih tepatnya tidak sudi lagi mengakuiku sebagai anggota keluarganya.
Gue hidup sendiri, cari makan sendiri, beli pakaian sendiri dan biaya kuliah juga sendiri. untuk saja Tuhan Yang Maha Esa memberiku sebuah otak yang sangat jenius sehingga gue bisa menggunakannya untuk mendapatkan uang, thanks God !.
Gue kuliah di hari senin sampai dengan jumat, pulang kuliah gue pun menghabiskan waktuku dengan bekerja di sebuah caffe sebagai barista atau peracik kopi, dalam satu minggu gue di beri kesempatan untuk libur satu hari, gue juga menyambi sebagai guru privat yang datang ke rumah-rumah untuk memberikan bimbingan kepada mereka yang membutuhkan bantuanku.
"Nath.. ke lapangan basket yuk, ada turnamen basket !", ucap adrian.
"Yuukk.. !", sautku.
Kita berdua segera menuju ke lapangan basket untuk melihat turnamen basket antar kampus di surabaya, ternyata peminat olahraga basket di kampus ini sangat banyak juga sampai-sampai penontonnya terlihat penuh mengelilingi lapangan basket tersebut. dengan berdesak-desakan gue pun menyelinap masuk di antara para penonton untuk bisa menyaksikan pertandingan basket ini, akhirnya aku berada di tengah-tengah para penonton dan gue bisa dengan leluasa menyaksikan pertandingan basket ini.
"Hei, nath... coba perhati'in nomor 6 !", berbisik lirih adrian di telingaku.
"Kenapa ?", tanyaku dengan memperhatikan seseorang bernomor punggung 6.
"Hehehe... susu'ne gedimbal-gedimbul cok, mentolo nguntal ae.. !", lagi-lagi adrian berbisik pelan pada telingaku.
(Hehehe... payudaranya membal-membal cok, pingin nelan aja).
"Raimu cok.. !", sautku pelan.
(Mukamu cok).
"Di emprut uenak tenan iku bro... !", ucapnya lagi dengan berbisik.
(Di entot/ewek enak banget itu bro..).
"Males banget gue ngeladenin lu.. gue ke kantin aja dah !", ucapku dengan acuh kepada adrian.
Belum ada 10 menit gue dah memutuskan untuk pergi dari kerumunan manusia yang sedang menyaksikan pertandingan basket tersebut, dan adrian pun mengikutiku dari belakang. kita berdua pun menuju ke kantin untuk membeli minuman ringan karena kehausan setelah capek berjalan, dan sesampainya di kantin.
"Porek koe.. !", ucap adrian padaku.
(Ngambek kamu..).
"Kagak... gue cuma males aja dengarin omongan mesum lu !, ucapku pada adrian yang duduk di depanku.
"Eehh.. tapi tuh cewek primadonanya kampus sini lho !", ujar adrian.
"Udah cantik, tinggi, putih, mulus, bokong ama teteknya gemesin, dan anak orang kaya lagi... rasa'ne pingin ngelon'i ae cok !", sambung adrian.
(Rasanya ingin berhubungan intim).
"Kebanyakan cewek-cewek kayak gitu otaknya gak kepakai !", ucapku
"Buset.. lu tau gak siapa yang menyandang IP tertinggi di kampus ini ?", tanya adrian padaku.
"Anggun Wijayanata !", jawabku singkat.
"Naaahh... Anggun Wijayanata tuh dia, cewek yang lu omongin otaknya gak kepakai !", ucap adrian.
"Heboh amat lu... !", ucapku acuh.
"Gue aku'in lu pinter tapi lu kalah ama dia, dia peringkat satu lah lu ada di peringkat dua !", papar lagi adrian dengan meyakinkanku.
"Biasa aja ahh... !", ucap sangat cuek.
"Pantes aja lu gak punya cewek, sikap lu aja kayak gini... jangankan cewek, temen aja cuma satu, gue doank !", ucapnya menyindirku.
"Berisik lu.. !", ucapku dengan meninggalkannya.
Uang lima ribu rupiah gue taruh di meja dan setelah itu gue pergi meninggalkan adrian di kantin sendiri, yaa... seperti itulah sikap adrian sangat maniak terhadap wanita cantik dan seksi, mulut sering kali mengucapkan hal-hal mesum yang membuatku sangat risih.
"Woi.. kemana lu nath ?", tanya adrian sesaat aku pergi.
"Toilet bentar !", jawabku.
"Ojok suweh-suweh, cok... !", teriak adrian.
(Jangan lama-lama, cok... ).
Kulambaikan tanganku kebelakang bertanda it's ok, langkah demi langkah menuju toilet yang berada di ujung kantin. suasana nampak lengang dan gue pun menelusuri dinding-dinding kantin yang sudah mulai usang, setibanya gue di toilet gue pun mencari ruangan yang kosong untuk ku masuki, tak ku sangka sampai di ujung pun tidak ada satu pun ruangan toilet yang terbuka alias kosong. kemudian aku pun menunggu di toilet paling ujung dan berada tepat di depan pintu toilet gue berdiri.
15 menit kemudian
"Kraaaaaaakkkkk... ", suara pintu toilet terbuka, pandanganku pun berpaling ke arah belakang tepat ke arah pintu tersebut terbuka, terlihat sosok wanita dengan paras cantiknya yang seperti amoy atau wajah-wajah chinesse, dengan menggunakan baju basket warna biru muda dan rambut hitam panjang terikat sempurna ke belakang, keringatnya pun nampak jelas mengalir di wajah cantiknya, turun membasahi leher putihnya dan kuperhatikan bahunya yang tak terbalut secuil kainpun, rongga-rongga kecil di antara ketiaknya juga terbanjir oleh keringatnya. bukannya jijik melihat hal ini tapi aku malah semakin bergairah, sepertinya penyakit lamaku sudah kambuh.
"udah selesai.. ?", tanyaku.
"udah !", ucapnya singkat.
Dan setelah satu kata yang terlantun dia pun pergi begitu saja, terkesan sangat angkuh dan sombong sekali cewek ini. gue pun berpikir bahwa hal tersebut lumrah terjadi pada seorang wanita yang memiliki paras cantik, pintar dan kaya, mereka pasti akan lebih berhati-hati dalam menjalin hubungan dengan seseorang. mungkin gue ini di anggap orang yang mencurigakan baginya karena seorang diri berdiri di depan toilet yang sedang dia masuki.
Memang benar perkataan adrian tentang dirinya, dia wanita yang sangat cantik nan rupawan, aroma tubuhnya sampai tercium meskipun jarak di antara kita cukup jauh. tubuhnya juga sangat terawat, pantatnya yang besar dan nampak sekel, dan lagi payudara miliknya nampak begitu bulat berisi.
"Ehmm... dia itu yaa wanita yang mendapat IP tertinggi sekampus ini !", gumamku.
"Cantik, kaya dan pintar.. dia seperti mutiara di kampus ini !", lanjut gumamku.
Bersambung
Kepala ku mulai naik turun mengoral penis nya yang membuatku selalu terbayang. Sementara tangan kiri ku ikut mengocok naik turun. "Oooohhhh.... Cinta Stop...! Nanti keluaarrr! Aaaahhhh.....", lenguh Robi meminta ku berhenti mengoral penisnya. Aku berhenti dan kemudian berbalik badan, kami kembali saling pandang tanpa bicara satu kata pun. Lalu tiba-tiba tubuhku dipeluknya dan segera dibaliknya hingga kini posisi kami berganti menjadi Robi diatas tubuh ku dalam posisi missionary. Robi memandang tajam mata ku bebrapa saat seakan meminta ijin pada ku, aku hanya mengangguk dan berkata. "Pelan-pelan, ya!". Robi membelai pipi ku dan sesaat kemudian ia mencium kembali bibir ku agak lama dan setelah itu ia bicara dengan suara bergetar. "Jika sakit ngomong, ya. Ini juga yang pertama bagi ku, yang!". Aku hanya memejamkan mata saat kurasakan penisnya sudah berada di depan bibir vagina ku, di gesek-gesekannya sejenak supaya aku kembali bisa mengeluarkan cairan lubrikasi ku. Sambil terus menggesekkan penisnya di bibir vaginaku, Robi kemudian menggenggam penis nya dan mengarahkan serta menuntunnya ke bibir vagina ku. "Aawww....", pekik ku sambil meringis kesakitan saat kepala penis nya mulai membuka jalan, menuju vagina ku, 1/4 batangnya sudah memenuhi vagina ku yang kurasakan sesak dan penuh. "Sakit, Rob!", keluh ku. Robi yang melihatku meringis kesakitan kemudian ia mendiamkan sejenak sambil ia mengelus rambut dan mendaratkan ciumannya ke kening ku. Aku seperti merasa nyaman dengan perlakuannya barusan, sambil tersenyum aku berbisik pada nya. "Ambillah sayang, aku ikhlas menyerahkan untuk mu". Aku kembali memejamkan mata dan berusaha pasrah dan rileks, aku tahu ini bakalan sangat sakit dan merupakan kebanggan bagi kaum perempuan tapi rasa sayang ku menutup kesadaran ku saat itu, aku menanti dengan berdebar menyerahkan kehormatan ku pada lelaki yang sudah menaklukan hati ku. Melihat aku dengan pasrah di bawah membuat Robi mantap untuk memasukkan penis nya lebih dalam lagi hingga bisa merobek selaput darah ku. Lalu ia menghentakkan pinggulnya dengan keras sehingga membuat ku menjerit kembali. "Aaaaaawwwww..... Aduh.....! Aaaaaahhhhkkkk....".
"Ada apa?" tanya Thalib. "Sepertinya suamiku tahu kita selingkuh," jawab Jannah yang saat itu sudah berada di guyuran shower. "Ya bagus dong." "Bagus bagaimana? Dia tahu kita selingkuh!" "Artinya dia sudah tidak mempedulikanmu. Kalau dia tahu kita selingkuh, kenapa dia tidak memperjuangkanmu? Kenapa dia diam saja seolah-olah membiarkan istri yang dicintainya ini dimiliki oleh orang lain?" Jannah memijat kepalanya. Thalib pun mendekati perempuan itu, lalu menaikkan dagunya. Mereka berciuman di bawah guyuran shower. "Mas, kita harus mikirin masalah ini," ucap Jannah. "Tak usah khawatir. Apa yang kau inginkan selama ini akan aku beri. Apapun. Kau tak perlu memikirkan suamimu yang tidak berguna itu," kata Thalib sambil kembali memagut Jannah. Tangan kasarnya kembali meremas payudara Jannah dengan lembut. Jannah pun akhirnya terbuai birahi saat bibir Thalib mulai mengecupi leher. "Ohhh... jangan Mas ustadz...ahh...!" desah Jannah lirih. Terlambat, kaki Jannah telah dinaikkan, lalu batang besar berurat mulai menyeruak masuk lagi ke dalam liang surgawinya. Jannah tersentak lalu memeluk leher ustadz tersebut. Mereka pun berciuman sambil bergoyang di bawah guyuran shower. Sekali lagi desirah nafsu terlarang pun direngkuh dua insan ini lagi. Jannah sudah hilang pikiran, dia tak tahu lagi harus bagaimana dengan keadaan ini. Memang ada benarnya apa yang dikatakan ustadz Thalib. Kalau memang Arief mencintainya setidaknya akan memperjuangkan dirinya, bukan malah membiarkan. Arief sudah tidak mencintainya lagi. Kedua insan lain jenis ini kembali merengkuh letupan-letupan birahi, berpacu untuk bisa merengkuh tetesan-tetesan kenikmatan. Thalib memeluk erat istri orang ini dengan pinggulnya yang terus menusuk dengan kecepatan tinggi. Sungguh tidak ada yang bisa lebih memabukkan selain tubuh Jannah. Tubuh perempuan yang sudah dia idam-idamkan semenjak kuliah dulu.
Istriku yang nampak lelah namun tetap menggairahkan segera meraih penisku. Mengocok- penisku pelan namun pasti. Penis itu nampak tak cukup dalam genggaman tangan Revi istriku. Sambil rebahan di ranjang ku biarkan istriku berbuat sesukanya. Ku rasakan kepala penisku hangat serasa lembab dan basah. Rupanya kulihat istriku sedang berusaha memasukkan penisku ke dalam mulutnya. Namun jelas dia kesulitan karena mulut istriku terlalu mungil untuk menerima penis besarku. Tapi dapat tetap ku rasakan sensasinya. Ah.... Ma lebih dalam lagi ma... ah.... desahku menikmati blowjob istriku.
Ujang menatap tajam ke lawannya tersebut "Datok lo harus tau seberapa greget nya gue?!" "Gue baru 20 tahun, terus kontol gue cuman dipake kencing doang" "Tisu Magic mode", Ujang bersiap kembali kali ini semua badannya sudah berlapis baja , ilmu pamungkas pun sudah diaktivkan, "TELO RASA MEKi" sang datok pun bersiap dengan ilmu pamungkasnya terlihat semua badannya mengeluarkan uap panas Dan keduanya bagai petir melesat dengan kecepatan tak kasat mata mengeluarkan ajian pamungkasss "BOOOOOMMMMMMMMMM"
Ava menarik nafas panjang sebelum melepas penutup terakhir tubuhnya. Dan kali ini, yang hadir hanyalah ketelanjangan yang membebaskan, ketelanjangan yang membebaskannya dari pakaian kepalsuan yang menutupinya selama ini. Ava memejamkan mata, menikmati udara sore dan dingin air yang mengalir membasahi tubuhnya. Sore itu ia merasa menyatu dengan alam.
Kupejamkan mataku, dan kukecup bibirnya dengan lembut, dia menyambutnya. Bibir kami saling terpaut, saling mengecup. Pelan dan lembut, aku tidak ingin terburu-buru. Sejenak hatiku berkecamuk, shit! She got a boyfriend! Tapi sepertinya pikiranku mulai buyar, semakin larut dalam ciuman ini, malah dalam pikiranku, hanya ada Nita. My logic kick in, ku hentikan ciuman itu, kutarik bibirku mejauh darinya. Mata Nita terpejam, menikmati setiap detik ciuman kami, bibir merahnya begitu menggoda, begitu indah. Fu*k the logic, kusambar lagi bibir yang terpampang di depanku itu. Kejadian ini jelas akan mengubah hubungan kami, yang seharusnya hanya sebatas kerjaan, menjadi lebih dari kerjaan, sebatas teman dan lebih dari teman.
Kehidupan Leanna penuh dengan kesulitan sampai Paman Nate-nya, yang tidak memiliki hubungan kerabat dengannya, menawarinya sebuah tempat tinggal. Dia sangat jatuh cinta pada Nate, tetapi karena Nate akan menikah, pria itu dengan kejam mengirimnya ke luar negeri. Sebagai tanggapan, Leanna membenamkan dirinya dalam studi andrologi. Ketika dia kembali, dia terkenal karena karyanya dalam memecahkan masalah seperti impotensi, ejakulasi dini, dan infertilitas. Suatu hari, Nate menjebaknya di kamar tidurnya. "Melihat berbagai pria setiap hari, ya? Bagaimana kalau kamu memeriksaku dan melihat apakah aku memiliki masalah?" Leanna tertawa licik dan dengan cepat melepaskan ikat pinggangnya. "Itukah sebabnya kamu bertunangan tapi belum menikah? Mengalami masalah di kamar tidur?" "Ingin mencobanya sendiri?" "Tidak, terima kasih. Aku tidak tertarik bereksperimen denganmu."
Dua tahun lalu, Regan mendapati dirinya dipaksa menikahi Ella untuk melindungi wanita yang dia sayangi. Dari sudut pandang Regan, Ella tercela, menggunakan rencana licik untuk memastikan pernikahan mereka. Dia mempertahankan sikap jauh dan dingin terhadap wanita itu, menyimpan kehangatannya untuk yang lain. Namun, Ella tetap berdedikasi sepenuh hati untuk Regan selama lebih dari sepuluh tahun. Saat dia menjadi lelah dan mempertimbangkan untuk melepaskan usahanya, Regan tiba-tiba merasa ketakutan. Hanya ketika nyawa Ella berada di tepi kematian, hamil anak Regan, dia menyadari, cinta dalam hidupnya selalu Ella.
Pernikahan itu seharusnya dilakukan demi kenyamanan, tapi Carrie melakukan kesalahan dengan jatuh cinta pada Kristopher. Ketika tiba saatnya dia sangat membutuhkannya, suaminya itu menemani wanita lain. Cukup sudah. Carrie memilih menceraikan Kristopher dan melanjutkan hidupnya. Hanya ketika dia pergi barulah Kristopher menyadari betapa pentingnya wanita itu baginya. Di hadapan para pengagum mantan istrinya yang tak terhitung jumlahnya, Kristopher menawarinya 40 miliar rupiah dan mengusulkan kesepakatan baru. "Ayo menikah lagi."
Pada hari ulang tahun pernikahan mereka, simpanan Jordan membius Alisha, dan dia berakhir di ranjang orang asing. Dalam satu malam, Alisha kehilangan kepolosannya, sementara wanita simpanan itu hamil. Patah hati dan terhina, Alisha menuntut cerai, tapi Jordan melihatnya sebagai amukan lain. Ketika mereka akhirnya berpisah, Alisha kemudian menjadi artis terkenal, dicari dan dikagumi oleh semua orang. Karena penuh penyesalan, Jordan menghampirinya dengan harapan akan rujuk, tetapi dia justru mendapati wanita itu berada di pelukan seorang taipan yang berkuasa. "Ayo, sapa kakak iparmu."
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Ketika istrinya tak lagi mampu mengimbangi hasratnya yang membara, Valdi terjerumus dalam kehampaan dan kesendirian yang menyiksa. Setelah perceraian merenggut segalanya, hidupnya terasa kosong-hingga Mayang, gadis muda yang polos dan lugu, hadir dalam kehidupannya. Mayang, yang baru kehilangan ibunya-pembantu setia yang telah lama bekerja di rumah Valdi-tak pernah menduga bahwa kepolosannya akan menjadi alat bagi Valdi untuk memenuhi keinginan terpendamnya. Gadis yang masih hijau dalam dunia dewasa ini tanpa sadar masuk ke dalam permainan Valdi yang penuh tipu daya. Bisakah Mayang, dengan keluguannya, bertahan dari manipulasi pria yang jauh lebih berpengalaman? Ataukah ia akan terjerat dalam permainan berbahaya yang berada di luar kendalinya?