di depannya. Untung saja dia tidak menjerit keras, karena b
ng kamar Nurdin dan melangkah mendekati Fatria. "Ada apa denga
!" Fatria menjawab
jarak dua kamar dari kamar Nurdin. Dia bergabung
gung, sambil mengerjap-ngerjapkan mata ngantuknya kar
a sih dia ngedenger suara cewek yang manggil-manggil nam
ena heran. Tanganya menggaruk-garuk pinggangnya sambil masih
sini?" duga Denny. "Kalau ketahuan Pak Boss,
ahi dengan pencuri?" rimpal
ambil memberanikan diri me
dah lewat tengah malam, Bro. Jangan
nya jawaban dalam bentuk geram-geram tak je
n curiga. Yang menambah mereka cemas, terdeng
AAAAH." Teriakan histeris Nurdin
pada Fatria dan Yudi yang sedang berusa
iri. Gua nyium bau yang enak ban
banget nih!" sambung Yudi samb
pali, dan aroma parfum yang sangat harum itu yang membuat Yudi dan Denny sedikit ragu-ragu untuk masuk. Takutnya malah
ia pada kedua temannya sambil kembali mengg
api enak, kaya punya cewek. Asli ini harusnya cewek yang pakai." Deenny yang juga tidak t
bahkan menginat-ingat mimpinya tadi yang dia rasakan justru parfu
kelanjutan suara-suara gaduh itu. ketiga sama-sama menahan napas agar tidak ketinggalan
liki nyawa tersendiri. Dia tak terdengar suaranya lagi karena sudah kehabisan suara, menjerit dan beteriak namun hanya dia yang bisa mendengar
rus menggila, seolah telah menjadi sosok makhluk tersendiri yang bergerak memukuli wajahnya. Bahkan, kini tangan kanan itu bergerak
n dengan tangan kannya yang seakan mempunyai kekuatan yang lebih besar dari seluruh kekuatan yang Nurdin miliki.
undaknya. "AMPUUUUUN!" Dia pun berteriak sekencangnya karena darah mulai mengucur keluar dari
gan tanpa mengenal ampun. Nurdin terus berusaha menahan dengan seluruh kekuatan dan
kitan, saat gunting itu bergerak sendiri ke arah dadanya.
tak menusuknya, namun dia benar-benar tak
walau semakin lemah, tenaganya terkuras karena terus berusah
Teriakan Nurdin pun seketika menghilang. Rasa sakit telah membuatnya sesak napas dalam mata yan
AK!
n Yudi. Ketiga mahasiswa magang itu sontak terbelalak tegang melihat N
ngka Nurdin sedang melakukan percobaan bunuh di
enny menghardik lantang sa
DIA MAU BUNUH DIRI!!" Fat
menyergap Nurdin. Saat itu Nurdin masih bisa menyadari kehadiran ketig
n.. nnti lu pada celaka semua!...!" ucap Nurdin dengan suara yang terngah-
inya pun tampak bertonjolan. Namun, bagi ketiga temannya yang tidak tahu, Nur
ng walau sudah semakin panik.. "Lu jangan picik, Sob! ingat ibu lu, Nur!
i tangan kanan Nurdin ketika dia rasa sahabatnay sedang lengah. Tetapi baru saj
ketika gunting yang pegang Nurdin mengibas de
in ta...tang..tang gua sendiri... oooh.. gu...gua ma...amu mati!" Nurdin kembali bicara terbata-bata dan
G!" seru Yudi tiba-t
!!" teriak Fatria sambil berusah
anannya yang mengacungkan gunting lurus ke depan. Sementara tangan kirinya mas
!" teriak Fatria yang tergores dada
g! Cepetaaaan to...tolong gua.... ooooh Ya Alllah oooh Tuhaaaaan ooooh...!" N
karena berusaha semaksimal mungkin menahan gerakan tangan ka
ia sendiri tak berani maju setelah melihat Fatria dan Den
!" geram Denny yang
enahan gerakan tangan kanannya, jeritannya kini terdengar sangat keras mengalahkan lolonga
..!" Nurdi
teriak Fatria di pu
nya. Tubuhnya menjadi kejang sesaat karena gunting telah berhasil menghunjam dada sedalam-dalamnya
kena percikan darah segar dari dalam da
tak berge
mata berkaca-kaca, tak tega menyaksikan
setiap pintu kamar sambil berteriak-teriak m
EMUAAAA TOLOOONGIN NURDIIIIN!" Dengan suara lantang Yudi terus
in lemah, sesaat sebelum tubuhnya tersung
jantung. Bersamaan dengan itu pula tangan kanan yang semula seperti punya n
an darah segarnya sendiri. Kedua matanya mendelik sisa dari sakitnya sa
ian yang benar-benar ada di depan mata
ika teman-teman satu pondokan berhamburan masuk ke kam
*