img Hasrat Dunia Lain  /  Bab 2 Security Misterius | 3.70%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 2 Security Misterius

Jumlah Kata:1543    |    Dirilis Pada: 17/11/2023

atpam!" ucap Nurdin

baya berseragam security itu sambil mem

saya." Nurdin kembali mengulangi ucapan terima kasihnya le

Nurdin dalam hati sambil menatap punggung lelaki setengah baya

pam dari bagian mana sih?' lanjutnya saat dia baru tersadar, tidak sempat ber

bagian keamanan lain yang tidak berseragam. Lebih tepatnya disebut centeng, preman atau se

hitungan menit berikutnya kebisuan itu sirna saat tiba-tiba dia mendengar suara yang sedikit menggelitik rasa

n ada perempuan yang memanggilnya di tengah malam seperti ini. Bahkan di siang hari pun, karena di

u itu langkah kaki Fatria, teman satu pondokannya. Nurdin pun bergegas membuka pintu kamarn

nya Nurdin sedikit

ro!" Fatria sedikit gelagapan k

a ini?" tanya N

a?" Fatria mengernyitkan dahinya sambil menatap lenga

dak mati," jawab Nurdin sambil

n membetulkan kain sarung yang dipakainya dan tampak ada sedkit noda basah di bagian pahanya kirinya. Nurdin

nya baru pulang." Fatria

ongrtong di wa

et, lu pula

ua diante

pant

a, kemduian mendekati Fatria yang

mandi ngeliat ada cewek gak

lik tanya seraya mengk

kan Nurdin makin pelan dan seketika membuat Fatria tersentak. Apa mungkin suara Bu Karen da

iapa?" Fatria i

diiiiin, Mas Nurdi

nti android, di sini itu katanya kaga pernah ada cewek. Emang kenyataannnya begitu ka

a!" Nurdin malah me

" Fatria ma

gara-gara ngedenger suara itu." Nurdin meng

manusia, apalagi perempuan. Pondokan itu sangat sepi, relatif jauh dengan pemukiman penduduk dan saat ini sudah lewat tengah malam. Di proyek

umam Fatria agak kesel dan sangat meyakini jik

juga tahu dia lagi KKN di Batam, kagak mungkin ke sini. Gila lu, k

uara yang kagak jelas begitu. Emangnya lu petugas recording apa?" sergah Fatria sambi

ngan desah napas yang tipis. Lalu membal

marnya. Kedua bola matanya mengitari sekeliling. 'Hmm, pondokan itu biasanya juga sepi dan lengan

pa kamar lain pun telah padam. Hanya kamar Ade dan Bachtiar yang terlihat masih ada nyala walau sudah sa

saat merasakan sentuhan halus di punggungnya saat dia masuk ke kamarnya. Dan saat hendak

iiin...! Mas

biru yang remang-remang membuat kesejukan tersendiri dalam hatinya. Namun, kali ini, kesejukan itu tidak ada. Yang ada

p membisu. Angin malam di luar kamar, desaunya terasa menerobos ventilasi di atas jendela k

... datanglah p

angkit dari rebahannya. 'Suara itu s

a. Dari mana dia masuk? Pintu gerbang dikunci. Tidak mungkin dia memanjat pagar. Kalau ada cewek yang ke sini

n yang bergerak karenanya. Kamarnya memang paling ujung dari sederetan kamar-kamar yang ada di pondokan itu. Di

kan fasilitas olah raga itu pun dikelilingi pagar hidup berupa pepohonan yang terbuka bebas namun tidak ada penerangan. Sebagian daun dan da

suara perempuan yang mendesah manja nan menggairahkan itu tidak terdengar lagi. Lalu dia pun kem

Dan sepertinya gua pernah kenal suara itu. Pernah ngeden

rti sedang mengganggu orang yang sedang lewat. Tetapi lama-lama gonggongan itu menjadi jadi lolo

selama di sini, belum pernah gua liat ad

enyayat itu menyatu dengan suara perempuan yang kian j

sudah lupakah dirimu pad

mpat tidurnya. Lalu membuka jendela d

ebar, karena dia tidak menemukan siapa-siapa di luar jendela kamarnya. Padahal suara tadi jelas terdengar dari sana, seakan mulut perempuan

hardik Nurdi

membiarkan angin dingin menerpa tubuhnya dan masuk ke kamar. Suara

uk di kursi plastik yang ada di setiap kamar pondo

ik kemudian, pintu kamar ada yang mengetuknya dengan lembut. Pelan sekali, seakan pengetukn

kan itu terulang beberapa kali. Lalu, dia men

as Nurdi

e

amuk antara kaget dan senang. Dia teramat kenal dengan pemilik suara lembut

tanya Nurdin dalam hati sambil

*

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY