atpam!" ucap Nurdin
baya berseragam security itu sambil mem
saya." Nurdin kembali mengulangi ucapan terima kasihnya le
Nurdin dalam hati sambil menatap punggung lelaki setengah baya
pam dari bagian mana sih?' lanjutnya saat dia baru tersadar, tidak sempat ber
bagian keamanan lain yang tidak berseragam. Lebih tepatnya disebut centeng, preman atau se
hitungan menit berikutnya kebisuan itu sirna saat tiba-tiba dia mendengar suara yang sedikit menggelitik rasa
n ada perempuan yang memanggilnya di tengah malam seperti ini. Bahkan di siang hari pun, karena di
u itu langkah kaki Fatria, teman satu pondokannya. Nurdin pun bergegas membuka pintu kamarn
nya Nurdin sedikit
ro!" Fatria sedikit gelagapan k
a ini?" tanya N
a?" Fatria mengernyitkan dahinya sambil menatap lenga
dak mati," jawab Nurdin sambil
n membetulkan kain sarung yang dipakainya dan tampak ada sedkit noda basah di bagian pahanya kirinya. Nurdin
nya baru pulang." Fatria
ongrtong di wa
et, lu pula
ua diante
pant
a, kemduian mendekati Fatria yang
mandi ngeliat ada cewek gak
lik tanya seraya mengk
kan Nurdin makin pelan dan seketika membuat Fatria tersentak. Apa mungkin suara Bu Karen da
iapa?" Fatria i
diiiiin, Mas Nurdi
nti android, di sini itu katanya kaga pernah ada cewek. Emang kenyataannnya begitu ka
a!" Nurdin malah me
" Fatria ma
gara-gara ngedenger suara itu." Nurdin meng
manusia, apalagi perempuan. Pondokan itu sangat sepi, relatif jauh dengan pemukiman penduduk dan saat ini sudah lewat tengah malam. Di proyek
umam Fatria agak kesel dan sangat meyakini jik
juga tahu dia lagi KKN di Batam, kagak mungkin ke sini. Gila lu, k
uara yang kagak jelas begitu. Emangnya lu petugas recording apa?" sergah Fatria sambi
ngan desah napas yang tipis. Lalu membal
marnya. Kedua bola matanya mengitari sekeliling. 'Hmm, pondokan itu biasanya juga sepi dan lengan
pa kamar lain pun telah padam. Hanya kamar Ade dan Bachtiar yang terlihat masih ada nyala walau sudah sa
saat merasakan sentuhan halus di punggungnya saat dia masuk ke kamarnya. Dan saat hendak
iiin...! Mas
biru yang remang-remang membuat kesejukan tersendiri dalam hatinya. Namun, kali ini, kesejukan itu tidak ada. Yang ada
p membisu. Angin malam di luar kamar, desaunya terasa menerobos ventilasi di atas jendela k
... datanglah p
angkit dari rebahannya. 'Suara itu s
a. Dari mana dia masuk? Pintu gerbang dikunci. Tidak mungkin dia memanjat pagar. Kalau ada cewek yang ke sini
n yang bergerak karenanya. Kamarnya memang paling ujung dari sederetan kamar-kamar yang ada di pondokan itu. Di
kan fasilitas olah raga itu pun dikelilingi pagar hidup berupa pepohonan yang terbuka bebas namun tidak ada penerangan. Sebagian daun dan da
suara perempuan yang mendesah manja nan menggairahkan itu tidak terdengar lagi. Lalu dia pun kem
Dan sepertinya gua pernah kenal suara itu. Pernah ngeden
rti sedang mengganggu orang yang sedang lewat. Tetapi lama-lama gonggongan itu menjadi jadi lolo
selama di sini, belum pernah gua liat ad
enyayat itu menyatu dengan suara perempuan yang kian j
sudah lupakah dirimu pad
mpat tidurnya. Lalu membuka jendela d
ebar, karena dia tidak menemukan siapa-siapa di luar jendela kamarnya. Padahal suara tadi jelas terdengar dari sana, seakan mulut perempuan
hardik Nurdi
membiarkan angin dingin menerpa tubuhnya dan masuk ke kamar. Suara
uk di kursi plastik yang ada di setiap kamar pondo
ik kemudian, pintu kamar ada yang mengetuknya dengan lembut. Pelan sekali, seakan pengetukn
kan itu terulang beberapa kali. Lalu, dia men
as Nurdi
e
amuk antara kaget dan senang. Dia teramat kenal dengan pemilik suara lembut
tanya Nurdin dalam hati sambil
*