ya tepat di depan pintu, nam
inanti, namun dia juga merasa suara perempuan yang mengetuk pintu kamarnya itu sama p
sang pengetuk pintu, Nurdin pun bers
esah lembut nan manja kembali terden
Nurdin sudah memegangi peganga
jawab di balik pint
a Nurdin seketika membelalak kag
n, kamu sudah lupa
esah Nurdin dengan nada he
pondokannya. Apalagi lewat tengah malam begini. Nurdin pun merasa tidak pernah memberitahu
sadar, bahwa suara yang sejak tadi memanggilnya itu
" kata Nurdin seraya membuk
nyata di luar kamar, tidak dia temukan Kinanti, bahkan tidak ada siapa-siapa. Sepi. Ha
erpaling ke kanan dan kiri, mencari Kinanti yang menurutnya bersembunyi. T
kamar Nurdin. Jika seseorang berlari dan akan besembunyi di san
malam itu. Tetapi, tidak ada jawaban. Dan makin merindinglah sekujur tubuh di
annya pun tak terlihat, Nurdin pun segera menutup pintu kamarnya dengan
Mata dia menemukan sesuatu yang mencurigakan di lantai tepat di d
ndiri. Hati Nurdin semakin galau, kecurig
rena embusan angin malam yang sangat dingin. Ada rasa ingin tahu yang menggeli
bang, masuk dengan sendirinya ke dalam kamarnya. Gerakan kapas itu sempat membuat Nurdin terperanjat dan sekujur tubuhnya mene
bil terus mengamat-amati segumpal kapas yang ta
n Nurdin pada jenis parfum yang baru sekali itu dia temukan. Parfum yang dike
, ini pasti kapan milik dia," pikir Nurdin setelah beberapa lama
a bermaksud mengingatkan kenangan indah nan menggairahkan yang semalam? Bukankah aku telah berjanji akan m
lama kemudian menjadi debaran indah nan mamabukan. Kapas itu dia letakkan di samping bantalnya, sehingga ha
ah itu, sempat pula dia ceritakan kepada Hardi, teman baiknya dalam satu divisi program magang di proyek p
embali, Sayaang," lenguh Nu
menghsap aroma kapas. Perasaan cemasnya lambat laun membawa desiran indah untuk sebaris kenangan dirinya ber
dadari bernama Kinanti seakan hadir di antaranya. Khayalan itu terus melembaga dan menumbuh-kembangkan perasaan rindu y
cinta kamu, Sayaaang....." Nurdin mul
yata dari syahwat hewani yang terlanjur datang menyergapnya. Nurdin menjadi sangat bernafsu dan ingin segera
mana, Saaaayng?" erang Nurdin dari ker
ya meletup-letup tak beraturan. Amarah jiwa itu bukan hanya sekadar luapan gairah bercinta, melainkan gelo
mas bantalnya kuat-kuat dali sambil ditariknya remasan itu hingga robek kain bantalnya. Isinya berh
ang dan gemetaran hingga menggemeletukkan gigi-geriginya dengan sangat k
dan mencakar-cakar bantal, napasnya terengah-engah seperti orang habis lari jauh. Matanya menjadi semakin liar. Geraman
meredam gejala anehnya itu. Dia sempat bertanya dalam hati, 'Oh my G
ling di ranjangnya. Tangannya mencakar-cakar kasur, membuat sepreinya rusak tercabik-cabik. Bahkan guling pun diremasnya, digigit
h, kenapa tubuh gua jadi sakit begini
AK
sakitan dan terkejut. Tiba-tiba pula dia memu
nannya bisa bergerak sendiri menampar wajahnya. Bahkan kini tangan itu it
gi tangan kanannya yang sangat aneh. Hanya tangan kanannya. Ya tangan itu sukar untuk
din mencoba menghindar dan melawannya, berusaha mengendalikan gerakannya sendiri. Tetapi tidak
luapan rasa kagetnya saja. Dia masih memandang tangan kanannya dengan mendelik. Tangan itu sepertinya ingi
h tangannya sendiri. Dia benar-benar panik, tak mengerti m
elas. Fatria yang belum tertidur jadi curiga. Dia menelengkan telinganya, menyimak suara dari
ampir jam dua pagi, masih aja teriak-teriak g
ari ranjang, kemudian melangkah keluar dari kamarnya. Fatria menghentikan langkahnya, ragu-ragu dan ber
disimak, ternyata suara erangan Nurdin tidak mirip dengan seseorang yang sedang mencumbu kek
NG.
dan gaduh. Entah apa yang telah jatuh dan pecah sehi
egini?" gumam Fatria sambil melang
AK
AN
yang diikuti gedebukan seperti gempa. Sepertinya ada sesuat
UH!" Nurdin
atria memek
*