anita itu. Dialah Melissa, wanit
i jas hitam layaknya sekelompok pecundang
n sedikit bermain-main dengan anggota pecundang itu. Ia la
a, liat aja gue akan kasih kalian balasan,"
bekas. Ia masih mencari sela dan mengint
ngan lo di surat ini, jalanggg!
pa yang bisa dilakukan Melissa untuk memper
lahan yang sedang dihadapi oleh wanita b
ta itu terus merasakan penyiksaan dar
mbiarkan wanita secantik itu harus di
gintaiannya. "Lepaskan saja dia, kita bertarung sesama pria, pada nggak puny
ahlawan, mending lo cabut atau lo masuk k
memiliki bela diri yang cukup baik, berhasil men
ntu mobilnya dan membiarkan wanita itu masuk ke dalam mobil
a?" tanya Oliver penasaran. Sedikit tidak ia mengetahui kenap
sendiri. Selain itu, mereka ingin merebut perusahaan keluarga kami dan satu-satunya cara s
?" tanya Oliver lagi, ia masih penasa
guasai perusahaan keluarga gue, dia memang licik," kesal Melissa s
emang tidak tahu bagaimana kehidupan keluarga Meliss
n mendukung, bukan malah menjatuhkan, apalagi sampai menganca
ka segala cara akan dia lakukan, meski harus menyakiti orang lain,
dengan wanita ini. Selain berparas cantik, bertubuh indah, tapi dia
i Melissa, ia tak bisa memungkiri jika hatinya mulai
elissa membuyarkan lamunannya
anya Oliver mengalihkan pembicaraan, kebetulan
epan rumah Melissa, hari sudah gelap
aneh dengan pintu itu. "Perasaan gue kunci de
Oliver yang bingung melih
-" Belum lengkap kalimatnya terucap, sebuah pelu
itu, mereka bergegas masuk mobil dan dengan lihat
aman jika lo harus berada di rumah lo, apalagi lo sendirian, gimana?
t lo repot?" Melissa
a gue bisa tidur di sofa atau di bawah jika lo mer
o, lo kayak superhero buat gue, benar-benar datang di waktu yang t
tuk menerima tawaran Oliver, kharisma pria itu
ekat pria selain Oliver, meski yang
liver setelah ia membuka pintu untuk Melissa, wanita itu merasa ti
i lantai 10,
ebaik Oliver, ia merasa tenang dan terjaga d
ukan kembali cintanya yang hilang, sifat d
issa, hampir tak ada beda di mata Oliver.
i bersama lo, gue jadi ngerti bentuk cinta itu adalah lo, Oliver," gumam Meli
a di dalam lift. Ia memperlihatkan senyum m
njawab singkat, sembari sen
iver lega. "Lo tenang aja, gue pastiin lo akan baik-b
ang baik," puji Melissa, garis bibirnya lagi-lagi teran
in karena gue ditakdirkan untuk melakukan itu, salah satunya.
tenang sekarang." Melissa sudah lega, ia mul
dan melangkah ke kamarnya. Melissa ha
napa bertemu lo adalah suatu keajaiban dalam hidup gue," gum
lalu membiarkan tubuh merek
*