e arah yang sama. Kebetulan sofa itu ada di depan jendela
encakar langit membuat keduanya tercen
ambil dua kaleng soft drink yang ada di
er bener-bener sungkan dengan wanita cantik
uat tidak baik kepadanya. Namun, sejena
s senyumannya terlukis dengan baik di bibir
lkohol?" t
a kebali bertanya. Namun, ia sudah menduga jiwa pria i
sa kalimat Melissa terlalu polos untuknya."Beberapa bulan ini, gue pemabuk ber
esehatan lo, ini cuma saran ya, bukan p
tu selalu mengatakan hal ini kepadanya. Meski
ntuk langsung berhenti, gue bener-bener ngga
itu, tetap butuh proses Oliv, semua tergantung juga, niat lo ingin be
ampaikan selalu memiliki makna yang he
elissa sedikit kepo, ia memandang beberapa tempat belum ad
, baru pindah kampus dari Surabaya," tutur Oliver dengan sant
ndangannya juga bagus dari atas ini," puji Melissa.
ratan, lo bisa tinggal di tempat ini selama apapun lo mau, gue juga mera
ntaannya, tapi ia juga tak bisa memaksa M
u, ia juga tak boleh langsung menyetujuinya,
enghargai bantuan lo," kata Melissa mel
ungkan, anggap saja rumah lo sendiri." Oli
a di depan pria setampan Oliver. Meski ia belum tahu bagaiman
e berterima kasi
membantu," sahutnya. Lalu ia bangkit dan memandang kota
a tahu jika wanita sudah lelah sekali, rau
di sofa aja," ujar Oliver sete
yang tidur di ranjang," protes Melissa. Oliver
, dan harus diperlakukan sebaik-baiknya, pribahasa itu udah ada sejak gue
Melissa akhirnya menerima. "Eh, lo pinter banget kelahi, apa lo mantan tent
yang menggoda, pria itu langsung men
ela dirinya selevel aku, aku hanya remahan rengginan
mempercayainya. Sebenarnya Melissa sudah mengetahui semu
inang ya," Melissa ikut
alu Melissa memalingkan wajah ka
lu mencari informasi tentang lo, OLIVER HANS," u
*
bar terkenal di Jakarta. Ia juga merasa bosan dengan
uga pertama kali ke si
unci mobilnya kepada bagian keamanan bar. "Bukan hal
g, meskipun nggak minum
tkan di lengannya. "Ini jauh lebih aman buat lo," ucap Oliver. Melissa te
endominasi di sana, semua kalangan berada di tempat itu, bahka
engan sopan. Bartendernya pun memb
rnya tak ada niat untuk minum, tapi ia mengha
a, pandangan Oliver tersita oleh sekelo
menyiksa Melissa. Ia menduga jika mereka ke
menutup wajah Melissa ke dalam pelukann
pa Oliver bertindak demikian, ia hanya m
menjelaskan apapun kepada Melissa mengenai pria-pria tadi di ba
ngkap lo masuk ke bar itu, gue khawatir jika sampai lo
ritahu gue soal itu. Hampir aja
lo bersama gue, lo adalah
ke kamarnya. Oiver mengambil tiga bir di kulkas, ia meras
alak. Ia terkejut melihat Oli
tersenyum dan menghara
nmu Oliv, entar kamu bisa mabuk lo,"
gin minum. Itulah caranya untuk bisa melupaka
er yang tampan. Begitu juga dengan Oliver yang mulai merasa pusin
g menatap, perlahan Oliver mendekatkan wajahnya ke muka Melissa. Ti
uh gairah. "Gue kangen sama lo, kangen banget," ucap Oliver setel
t, Melissa terpaksa membalasnya karena dia juga ikut
ikan,
*