ela
i merengek frustrasi. Feromon yang dia bebaskan sesaat lalu terlalu kuat hingga
sentuhan. Tubuhku secara alami akan mendekatinya tanpa aku menyadari. Enta
unci rapat di dalam otakku saja. Namun, tak dapat lagi kubelenggu ketika dia melepask
iba-tiba hanyalah puncak dari kegagalan usahaku membelenggu setiap hal mes
rti bahwa dia menggunakan tubuhnya untuk menutup masalah tersebut. Dadaku berdebar ketika mendengar dia mengat
k lagi, lagi, dan lagi. Tubuh J.H layaknya air laut yang tersedia ketika aku kehausan–yang ketika aku meminumnya bukan puas yang kudapatkan, melainkan r
detik berikutnya kurasakan tubuhku kembali memanas seolah ada percik api yang mengalir mengisi setiap pembuluh d
ibirku telah menghimpit miliknya. Kami terdiam untuk sepersekian detik, tidak ada suara yang keluar, hanya deru napas memburu yang menyembur
g sejak menit sebelumnya mulai retak perlahan oleh rangsangan feromonnya, dan kini setiap s
aku
n dari setiap titik spot pada tubuhnya, dalam hitungan detik aroma mint dan manis pear melebur menjadi satu. Tubuh kami semakin menghimpit dengan pelukan mengerat. Saat ini
uck me h
ncingku untuk men
" ucapku me
mil
n bahwa kau al
terpejam untuk perasaan nikmat–yang bahkan hanya dengan menghirup napas mint yang menguar dari a
kup berpengalaman. Namun begitu, aku adalah gadis cerdas yang cepat menangkap untuk sebuah pelajaran. Sementara J.H dengan sisi dominannya– aku tahu bahwa dia hanya mengiringi setiap gerak bibirku tanpa menunjukkan s
h dan teknik. Bibirnya menangkap perlahan bibirku untuk dia ajari bagaimana cara berciuman yang benar, rasa
gamannya, lalu detik berikutnya aku tersentak karena tindakan tiba-tiba yang dia lakukan, menghentak klit*risnya untuk meringsek masuk dan menerobos ke d
engikat kuat bibirku dengan lidah yang menggoda untuk sesapan kuatku. Hanya mata sayuku yang membulat menandakan bahwa saat ini aku tengah
nghh-
ghh
bibirnya pelan namun dalam dan kuat seolah mengikat bibir
Akan cukup memalukan saat aku terkapar hanya karena kehabisan napas. Maka dengan sedikit memburu kupaksa dia membiarkan aku m
perlahan, dapat kurasakan pelumas alamiku seba
uhku menghimpit sempurna tubuh tegapnya untuk bergantung padanya.
luasa, hanya sesekali meremas pipi pantatku u
bawah hingga klit*risnya keluar masuk liang senggamaku untuk men
*ssy-ku, memberi rasa nikmat yang membuncah. Perasaan yang menuntutku menginginkan lebih
rasa nikmat yang sangat seiring eranga
pat, lalu bergetar dengan kedut pada belahan bawahku.
ana dia masih memiliki ekspresi sayu yang kuartikan sebagai sabar, kasih, juga membut
mburu yang pekat meng
gempur p*ssy-ku dengan cepat dan dalam hingga cairan bening yang
yang memohon lebih. Memohon untuk sentuhan dan agar klit*risnya terus bergerak me
y-ku pada klit*risnya yang bekerja keras di bawah sana. Langkah kakinya berhenti tepat pada si
angan turunkan-ahhh-ak
ara dia yang paham bahwa aku akan sampai, menggerakkan tubuhku lebih cepat agar klit*risnya
ih berdiam mengubur wajahku di lekuk lehernya dengan mengendus feromonnya yang menguar bebas da
Lirih dia berbisik di depan hidungk
abku dengan membuang semua rasa maluku. Sun
lu dia berbaring di belakangku untuk kembali mem
liang senggamaku hingga penuh
uk apapun saat ini, tapi aku akan ber
yang melekat pada diri mereka, bahkan dari sekian kali aku mengalami pelepasan, dia belum sekalipun. Namun, aku dapat melihat
memuaskanku lebih. Nyeri karena robeknya lapisan di dalam belahan bawahku tak lagi kurasakan, mungkin mengabur oleh panas y
kku tanpa malu menikmati klimaks yan
eluar masuk di dalam diriku. Hanya meraih daguku untuk memberi ciuman le
nya dengan suara serak sa
mengangguk pelan, karena kesu
tnya kepala dari benda besar milik J.H telah kubenamkan ke dalam diriku hanya dengan menghentakkan kuat p*ssy-ku menubruk miliknya. Benda besar berurat itu
ataku telah semakin sayu menatapnya dengan sesekali mendongak nikmat saat titik g-spot di dalam diriku tertubruk oleh permaina
ku membuatnya lagi dan lagi menggeram untuk rasa t
Namun, merintih kemudian karena sensasi nikmat darinya. Aku telah kembali tenggelam dalam ka
rkutat di kepalaku. Sementara dia tak jauh beda denganku, napasnya terdengar memburu. Mulutnya meng
a-ahhh-milikmu menerimaku
rena energiku telah habis. Aku hanya menjatuhkan tubuhku menubruk dada
ri bawah menggempur milikku, aku hanya terdiam menanti setiap hentakan d
perti degub jantungku yan
an ceruk lehernya, entah berapa liter air mata telah terur
nyanya yang terde
etika rasa itu datang–memberi akses untukku squirting lagi. Sementara tanganku mengusap kasar bibir p*ssy-ku memberi
kubawa bibirku untuk mengecupnya pelan, dia menggeram untuk sentuhan singkatku. Berikutnya, bibirku membungkus pelan benda besar yang mengacung tegak dengan warna merah padam tersebut untuk kubenam
i, Hon! Aku mau liang hangatmu!
menggunakan alpha tone–yang setiap kali terucap akan menjadikanku membeku, memampatka
ya mendengar dia menginginkan liang p
dari menatapnya yang telah menjadi sayu dengan dada meraup
ntuk sekali gerakan meringsek masuk dan kini tertancap sempurna memenuhi milikku. Rasa panas, tetapi jug
mberinya sebuah lampu hijau
ra alpha di bawahku menyambut dengan dua gerakan tubuhnya, bibirnya melayani gerakan bibirku yang mulai mengerti c
melumat dan menghisap, lidah saling menantang untuk sebuah belitan dan sesapan kuat. Lalu kecapan-kecapan lapar terdengar mirip simfoni indah. Otakku
anku pada lehernya yang dia sambut dengan merengkuh kuat tubuhku, sementara aku hanya berdiam
lalu insting menuntut kami untuk saling menghentak kuat beberapa kali dan ter
i teredam klit*risnya yang kembali mengunci milikku karena knot yang membesar hingg
a klit*risnya menyemburkan benih ke dalam rahimku. Perasaan hangat yang membuatku aku melenguh nikmat untuk setiap da
r di dalam sana, J.H
ni, Mikaela! Sungguh, aku ti
u kututup dengan sentuhan, jika dia lelah maka aku yang maju untuk menggodanya. Memanaskan setiap sel dari tubuhnya agar kemb
u. Yang kutangkap dari setiap perilakunya, dia hany
nerkamku dan mengoyak tubuhku dengan buas, sebab ak
ebagai kebodohanku, maka aku memang bodoh. Aku terlalu bodoh untuk mem
segala keraguan yang menjadikan rapuhku, bahw
penekan karena J.H menggunakan tubuhnya sebagai penawar atas s
tungnya hanya dua hari. Selama dua hari dia menyetubuhiku sebaga
. Saat aku terbangun dan memohon sentuhan, maka rumah besar milik
a lelah dan remuk. Tubuh bagian bawahku terasa perih, h
tanya J.H yang mem
menjadikan wajahku memanas, aku meraih s
ngangguk, masih mengubur seb
a masa heat samar tapi pasti satu per sat
gan-potongan roll film, lalu kini semakin jela
s nakas, lalu mendudukkan pantatnya di sisihan ranjang. Jari-ja
asakan saat ini
. Kurasa dia telah melihatku sebagai uda
ya dengan suara parau. Lalu dia menunduk untuk menyematkan ciuman penuh kasi
!" u
? Kat
anyaku lirih, ragu meny
lkanku setelah hal i
kita lakukan sebagai hal biasa!" jawabnya sembari mengusap lembut wajahku. Untuk sesaat hatiku
aya," jaw
enyum yang membuatku merasa memiliki arti,
banyak bicara, tapi tindak
ternyata terlalu menyeramkan jika melalui masa heat tanpa mate. Terutama untukku sebagai
nt. Jadi, belum pernah untuk tahu bagaimana dahs
ghadapiku. Namun, terlalu malu un
_____
.H, dia bahkan tidak membiarkanku pulang. Setiap aku menawar alasannya selal
ra pada Third, dan
akan bahwa kita telah
ja aku mengatakan di dalam mobil bahwa kau tidak lagi perlu meminum pil penekan h
a maju dengan alasan itu
aku telah menda
l untuk rasa bahagia jika
Atau kau tidak tahu bagaimana mendapatkan w
tertawa dalam hati karena b
" jawabku, lalu aku telah menguap.
–dimana dia bersandar di sebuah sofa bed, dengan aku berada di dalam rengkuhannya menikmati acara TV y
gku, atau memainkan rambutku, lalu sesekali mengecu
p berat. Jika dipikir ulang, terlalu aneh untuk seorang alpha dom
u melekat pada jabat
ihat wajahmu lebih
kurang darah." Aku menjawabnya dengan mengulas senyum, sebuah senyum terpak
a pulang!" Dia menjawab dengan mengusap rambutku. J.H adal
mataku terlalu berat untuk sekedar meninggalkan kursi ini,"
ebelahku, kemudian tangannya menyusup di bawah bahuk
erbisik lirih dan semakin lamat telingaku menangkap kata-katany
b