puk. Benar-benar nyaman! Seorang pelayan memijit kaki keramku sedangka
kin mereka hanya tidak pernah ada di posisi senyaman ini.
ga, Bu?", gadis muda yang seda
siapkan saja
hotel mewah biasanya sudah dilengkapi air hangat. Paling hanya perlu menuang essential oil dan menyalakan lilin aro
Hartono tidak men
i aroma citrus dan mawar, s
apor. Padahal kepalaku masih enak dipijat oleh
ah. Malam jug
lang, sisanya bi
ut kalau ada yang kurang dengan pelayan
", gadis yang memijat kepalaku tadi - sepertinya
t dia makin menunduk. Roman mukanya yang
uluh malam. Tak apa kalian pakai sisa wak
arkah Bu? Kami boleh pulang sekarang?", kali ini gadis yang lebih muda
nanti saya bakal kasih review
berulang kali. Setelah berpamitan untuk terakhir kaliny
kurebahkan tubuh dalam air hangat yang memenuh
dilakukan Hartono padaku malam ini dengan orientasi seks-nya yang menyimpang itu. M
ja mampu membua
emberani ha
idalam, sampai airnya saja sudah mulai dingin. Perlahan kuangkat tubuh da
ku keluar dar
santai di ranjang kami. Kakinya yang jenjang dia selonjorkan sedangkan
Mata itu menyipit menatap, memb
dah gemetaran mencari-cari piama tidur yang tersimpan dalam koper kecilku. Mala
tin jelek itu ta
uh yang hampir terekspos sepenuhnya, saat inilah te
ambil mengangkat piama satin berwarna
k yang kini nampak kusut dalam genggamannya b
erkabut, itulah m
madu asmara, masih bisa kuingat
ok, sampai tubuhnya sejajar denganku. "Kenapa? Takut sekarang?", ucap
in gemetara
Tak sepantasnya pria terhormat sepertimu
h, aku memang bukan pria terhormat". Lalu asura rupawan ini mendekatkan wajahnya padaku, "Soal mengambil keuntungan, k
mengucur di kening ini. Tapi pria immoral didepanku bukannya bersurut langkah, malah
. Drrtttt
yaring dari ponsel disakunya, sukses menghentikan
pa
na, tapi sepertinya bukan hal yang baik. Setidaknya meni
Aku pulang dulu, Joyce sakit", tanpa mengatakan apapun lagi, di
hnya menghabiskan malam 'romantis' dengan ibu tiri yang jahat. Tanpa dia sa
dak karuan lalu terbaring di ranjang berukuran king size. Mungkin
u bangun kusadari sepasang lengan kokoh tengah merengkuh tubuh mungilku.
an keadaan Joyce?", tanyaku balik dalam upa
mu nggak apa-apa tadi
aja, kamu nggak
njang ketika kusadari napas yang hangat meniup
apain? P
lu kujelaskan
kekar itu dengan sigap mengunci per
leherku. Sepertinya aku kelamaan jadi janda hingga ciuman r
n lihai membuka kancing piamaku. Kini bagian atas tubuhku hanya ditutupi s
dur, manis. Ini jadi merepotkan", tak lama terde
dalam keremengan kamar. Bisa jadi pria keturunan Pithecanthropus i
as lagi, seolah bisa membaca pikiranku. Jangan-ja
lemah, tapi naluri yang tak tahu malu ini
gaku kau terden
r lalu perlahan turun ke bagian dada. Dia mencumbu kedua puncak dadaku yang m
ncang karena olahraga rutin, tetap saja ukuran putingnya yang mem
dengan semua ini. Walau bisa saja diseba
iacungi jempol. Tak hanya mendesah, kini erangan nikm
engeranglah lebih keras", perinta
ang bahkan jarinya mulai masuk dalam kewanitaanku, menggodanya dengan l
ahan dirimu. Kau suda
but 'sesuatu' yang mengeras sejak tadi. Reaksiku yang sangat
lu melemparkannya begitu saja di lantai. Tak lama kemejanya yang sudah sep
t. Jika saja cahaya di kamar ini sedikit lebih terang
mbengkak itu dengan ujung jemarinya. Tak lama sesudahnya, dia pun menyatukan diri kami dalam ritm
agi dan lagi. Setelah orgasmeku yang kesekian kali,
erkulai itu di dadaku sebelum akhirn
yang baru kurasakan. Pengalaman barusan itu seks terhebat yang pernah kudapat
?", tanyanya seraya menyandar
apas yang masih terengah. "Aku tak menyangk
barusan sangat hebat", dia menukas penuh percaya diri. "Sayang sekali
yang ganas tadi, memang hanya aku yang merintih dan mengerang. Sementara dia? Hampir t
galanya, kudengar helaan napasnya disertai suara din
epertiku, kenikmatan