Apa imbalan balas dendam ini?", pria itu menatapku dengan senyum bekunya. "Jiwaku. Aku rela memberikan jiwaku untukmu" Aku menyahut mantap. Dan seketika takdir hidupku pun sedang ditulis ulang. Dulu Shanty meninggalkan kekasih hatinya demi menikahi sang suami, Roy. Siapa sangka di usia pernikahan yang seumur jagung, setelah kehilangan rahim pasca melahirkan, dia dijebak suaminya dengan cara licik demi hak asuh anak. sakit hati atas perlakuan mantan mertua dan suami, Shanty rela menjual dirinya pada pria tampan sekaligus berbahaya, pewaris Halim Group. Namun jadi nyonya muda keluarga Halim tidaklah mudah, terlebih saat suami sendiri punya rahasia dan masa lalu yang teramat gelap. Akankah Shanty mendapatkan kembali semua yang dia inginkan? atau malah terjebak dalam permainan penuh intrik?
Mataku yang terpejam terasa sangat sulit dibuka, kepala juga sangat pusing rasanya. Alam bawah sadar mengingatkan aku ada yang tak beres disini, sebaiknya harus segera kabur. Namun tetap saja tubuhku sulit diajak kompromi.
"Huuuhh"
Aku mendesah perlahan, mencoba mengendurkan otot-otot yang membeku ini. Setelah susah payah mencoba, usahaku tidak sia-sia. Mata yang tertutup rapat kini terbuka sempurna. Perlahan aku menatap sekeliling, memindai segala sesuatu yang tampak asing bagiku. Gorden yang lebih lebar dan usang, posisi AC yang tidak semestinya, sprei yang asing, dan selimut yang lebih tebal.
"Sial! Ini bukan kamarku! ", otakku menjerit kalut.
Mataku mengerjap lagi dan menatap sisi kanan. Kini aku sukses terlonjak dari posisi tidur. Didorong rasa kaget yang luar biasa, tubuh ini jadi sadar sepenuhnya. Kutatap pria yang lelap itu dan nyatalah itu wajah asing, bukan suamiku.
"Apa yang sedang terjadi?!", batinku mulai histeris
Apalagi waktu selimut tersingkap, ternyata tubuhku hanya dibalut sepasang bra dan cawat merah. Semalam sengaja dipakai demi memancing hasrat suami yang mulai padam. Meski masih bertanya-tanya, tak ada waktu untuk berpikir. Alarm di otak menyuruhku untuk segera berpakaian dan keluar dari tempat terkutuk ini.
Segera kupungut pakaian yang tercecer di lantai lalu mengenakannya tergesa-gesa. Selama berpakaian benakku sibuk menerka-nerka apa yang terjadi sesudah candle light dinner semalam dengan suami. Orang jahat mana yang tega mencelakai kami? Dimana suamiku saat ini?
Semua pikiran ini berkelindan di otakku bagai benang kusut yang tak tentu ujung pangkalnya, malah membuat kepala jadi semakin runyam. Satu sentakan pelan, akhirnya blouse satinku meluncur bebas menutupi seluruh tubuh. Tak menunggu lama aku segera mencari pintu keluar.
Namun sayang, belum sempat kenop pintu disentuh, sekelompok pria dengan seragam polisi mendobrak masuk tanpa aba-aba.
"Jangan bergerak, hotel ini sedang di razia!", salah satu dari mereka berseru.
Sontak aku mundur ke belakang, tangan terangkat di atas kepala, persis anggota gembong pezina yang tertangkap basah di tempat maksiat. Kucoba bersikap tenang, meski tangan yang mengepal sudah gemetaran.
"Saya dijebak Pak, saya nggak tahu apa-apa", ujarku dengan suara yang diberani-beranikan.
Namun personil polisi yang memborgolku hanya melengos kasar, seolah ucapanku barusan hanya dagelan konyol yang biasa ditontonnya sebelum tidur di malam hari. Dia sudah hendak memborgolku ketika suara yang akrab ditelinga tiba-tiba menyela, membuat dunia yang kacau balau seketika tenang.
"Tunggu! Aku perlu bicara dengan terduga"
Dalam sekejap tangan yang terborgol tadi bebas kembali. Aku langsung menghambur ke pelukan pria yang kupanggil suami. Sedangkan nasib lelaki yang tergeletak di ranjang tadi, aku tak tahu, tak juga peduli. Bagiku, dia hanya orang asing yang terjebak denganku lewat skandal manusia bajingan yang akan segera ditangkap.
Sejurus lamanya, tubuhku yang gemetaran perlahan tenang dalam dekapan hangat suami. Pagi ini beliau nampak gagah dengan seragam kebesarannya.
"Sebentar, aku perlu bicara empat mata dengan nyonya Shanty", ujarnya lagi pada personil polisi yang hendak memborgolku tadi.
Melihat wajah dan sikap suamiku yang terpukul - jika mengalami kejadian serupa, siapa pula yang tidak - akhirnya kami diijinkan bicara secara pribadi, sedangkan pria tadi sudah diamankan kedalam mobil meski dalam keadaan setengah sadar. Mungkin obat bius yang dikonsumsinya punya dosis lebih tinggi.
Setelah hanya kami yang tinggal, barulah sebuah kesadaran pahit menghantam otakku yang tadi sempat beku. Jika aku bisa diculik setelah makan malam dengan suami, lantas kenapa beliau bisa ada disini tanpa kekurangan apapun?
Tanpa selaput kebingungan menutupi benakku, kini bisa kulihat raut wajah suami lebih jelas. Ekspresi cemas tadi tak nampak lagi, malahan dalam manik matanya yang kelam ada seringai ejekan.
"Sudah paham apa situasimu sekarang?", tanyanya seraya menyalakan pemantik logam di tangannya.
"Kenapa?", sahutku perlahan
"Huh, mau bercerai tentu saja"
"Tapi kenapa harus menjebakku begini?", tanyaku lagi berusaha tenang meski tubuh ini hampir limbung.
Seumur-umur baru sekarang kutahu ada suami yang tega menghancurkan harga diri istrinya sampai lenyap tak bersisa. Senyum laki-laki yang sekejap lagi akan jadi mantan suami ini segera menyadarkanku, "Apa karena Alex?", selidikku lagi. Lagi-lagi dia hanya mendengus seolah aku ini mahkluk paling bodoh sejagad raya. "Kalau hanya karena hak asuh Alex, kau bisa membicarakannya denganku. Mengapa harus repot-repot menghancurkan hidupku seperti ini?", isakku tertahan. Tak pernah menyangka, bahkan dalam mimpi terburuk, pria yang sudah kunikahi tega mendorongku dalam jurang kenistaan.
"Perempuan licik sepertimu diajak bicara baik-baik? Mana mungkin! Yang ada kau akan memikirkan segala cara untuk memeras kekayaan keluargaku persis seperti yang kau lakukan selama ini"
Ucapan kejam darinya membuat aku berpikir ulang. Harta macam apa yang sudah kuhabiskan? Benar mertua pernah memberi aset, tapi kata beliau itu hadiah. Itupun kudapat sesudah mengorbankan rahim demi melahirkan cucu mereka, Alex. "Demi apapun, tak pernah ada suami yang tega menjebak istrinya dengan cara hina seperti ini?", kataku disela tangisku yang makin tak terkendali.
"Hahaha, tak semua perempuan yang dinikahi lantas menjadi istri. Bagiku, kau tak lebih dari trofi kemenangan!"
"Kau pikir Alex tidak akan mencariku, ibunya"
"Berhentilah munafik! Memangnya selama ini kau pernah mengurus Alex? Kau malah sibuk dengan semua urusanmu, hampir tak pernah dirumah. Ibuku yang selalu menjaga Alex", tukasnya tajam.
Tak cukup disitu, dia juga menjentikkan abu rokoknya ke wajahku. Abu rokok yang masih panas itu tepat mengenai pipi, namun tak lagi kuhiraukan rasa perihnya. Otakku sibuk memikirkan apa yang kulakukan akhir-akhir ini.
Benar sekali. Aku memang sibuk pergi fitness juga ke klinik kecantikan. Tapi bukannya itu semua lantaran pria di depanku ini selalu protes dengan tubuhku yang katanya melar setelah melahirkan.
Sedangkan mengenai Alex, mertua yang selalu memaksa untuk momong cucu satu-satunya. Harus diakui, aku ini bukan ibu yang sempurna seperti mereka diluaran sana, namun juga bukan yang menelantarkan anak begitu saja. Meski putraku lebih dekat pada neneknya, bukan berarti aku tidak tahu perkembangannya. "Cih, banyak alasan. Dasar suami pengkhianat, persis Judas", umpatku kasar
Namun lelaki itu tak bergeming. Dia malah meludah ke satu sisi lalu memadamkan puntung rokoknya dengan tapak sepatu kulitnya. Sungguh jorok!
"Sudahlah Shanty sayang, hentikan umpatanmu itu. Sekarang kau hanya punya dua pilihan. Sibuk berkoar-koar lalu menuntutku di pengadilan atau pergi diam-diam dan kau akan mendapat pesangon tiga ratus juta"
Waktu mengatakan tawarannya dia tampak begitu bangga, berlagak jadi pria paling murah hati di jagat raya. Pesangon katanya? Memangnya aku ini pegawai habis masa kontrak? Namun tak urung aku diam juga memikirkan segalanya, menimbang dalam hati pilihan apa yang tepat untuk wanita tanpa karir dan harta sepertiku.
Seperti paham jalan pikiranku, dia menukas kejam seperti kebiasaannya selama ini. "Ingat darling, pengadilan butuh banyak biaya, sedangkan kau tak punya apapun selain ayah-ibu yang tak bisa diandalkan"
"Hahaha", aku tertawa getir dalam kemarahan. Ucapannya terlalu benar, terlalu kejam. Ayah-ibuku memang tak bisa diharapkan. Malahan selama ini aku yang menopang hari tua mereka. "Apa harus begini caramu mendepakku? Apa kau yakin ROY?", ulangku lagi menekankan namanya lugas.
"Tentu saja, kupikir aku sudah cukup murah hati padamu. Kalau tak puas, silakan mengadu pada mantan kesayanganmu. Bukankah selama ini kau selalu mengadu padanya?"
"Oh? Jadi itu alasannya? Hahaha. Seorang pezina memang akan selalu curiga"
Lagi-lagi dia hanya mendengus, tak mempedulikan ejekanku.
"Baiklah Roy, kalau ini memang keinginanmu. Namun begitu, persiapkan dirimu. Suatu saat tindakan ini harus kau bayar lunas berikut...bunga-bunganya"
Ini jadi kalimat perpisahan untuknya. Setelah ini kami hanyalah orang asing kalau bukan musuh.
Lalu kupakai kacamata hitam kebanggaanku seraya beranjak pergi meninggalkan mantan suami dengan langkah gagah.
Sejak pernikahan ibunya, Putri yang berusia sepuluh tahun itu harus terusir dari rumah dan tinggal di desa bersama neneknya. Hal ini membuatnya tumbuh jadi gadis mandiri dan berkemauan kuat. Setelah menyelesaikan pendidikan SMA, Putri mengadu nasib ke ibu kota. Takdir hidup membawanya tersesat ke dunia hiburan dan di sini pula dia dijebak oleh rekannya hingga nyaris jadi korban kebejatan produser cabul namun lewat ini pula, dia bertemu dengan pewaris Bharata group, Arya Bharata. Seiring waktu hubungan mereka yang makin dekat mendapat pertentangan sengit hingga Putri memilih mundur. Suatu insiden membuat ayah kandung putri yang selama ini misterius jadi ketahuan identitasnya. Akankah Putri mau menerima ayah yang sudah menelantarkannya sejak muda? Lantas, bagaimana hubungan asmaranya dengan Arya?
CARI JODOH BERKEDOK LIBURAN? Setidaknya itu yang dipikirkan wanita ini diusianya yang menginjak angka 30 tahun. Vina seorang guru Matematika yang berencana menikah dengan pria yang sudah dipacarinya sepuluh tahun. Namun apa daya, rencana pernikahan harus bubar karena ketidaksetujuan ayahnya terhadap pria yang akan dinikahi Vina disebabkan dendam masa lalu. Kesal dan frustasi dengan keadaan, Vina pun melarikan diri ke kota Batam, meninggalkan pekerjaannya dan menemui teman SMA nya dulu, Luki. Sialnya Luki juga sedang mengalami patah hati akibat ditinggal menikah oleh pacarnya dengan pria yang jauh lebih mapan. Padahal, Luki sudah mati-matian berhemat agar bisa membiayai kuliah sang mantan. Dalam keadaan sedih dan hancur dua orang yang putus asa ini pun bertemu di jembatan Barelang yang legendaris itu, menumpahkan kesedihan sambil menenggak bir murahan. Di jembatan ini pula Vina mengucapkan kata-kata yang akan disesalinya kelak. Atau disyukurinya? Bagaimana kelanjutan kisah perjalanan dua insan ini untuk menemukan takdir mereka? Simak selengkapnya di Teacher on Escape. Disclaimer : cerita ini hanya fiksi semata. Jika ada kesamaan nama orang, tempat, instansi, organisasi, dan hal sensitif lainnya itu hanya kebetulan yang tidak disengaja untuk mempertegas jalannya cerita. Terimakasih.
"Karena Kau sudah jatuh dalam genggamanku, jangan pernah bermimpi Kau bisa lepas dariku." Suara itu berbisik dingin bagai bunyi kematian dari lubang neraka. Pada saat ini, tahulah Anna kalau dia telah terperangkap dalam masalah besar. Lalu kesadarannya pun lumpuh, dan dia jatuh dalam dunia mimpi tak terbatas. Lady Annabelle Hardy ada dalam masalah besar. Tunangannya memutuskan hubungan mereka secara sepihak dan lebih memilih adik tirinya yang ceria. Ibu tirinya, Viscountess Sophie sedang berusaha menguasai harta ayahnya dan kini Lady Anna juga harus terjebak dalam skenario pembunuhan oleh sang ibu. Bagaimana kisah perjalanan Lady Anna dalam menyelesaikan konflik yang dihadapinya? ikuti terus kisah yang berlatar di Inggris pada abad ke-18 ini.
Dimasa lalu dia tidak jadi menikah dengan kekasihnya karena jebakan seorang perempuan yang adalah teman baiknya hingga dia harus terjebak pernikahan yang tidak dia inginkan, dimasa kini siapa sangka dia bertemu dengan gadis yang mirip dengan mantan kekasihnya, tanpa sengaja terlibat skandal one night stand dan tanpa di duga rupanya itu adalah putri mantan kekasihnya. bagaimana kelanjutan hubungan mereka? apakah restu akan mereka kantongi untuk menuju ke jenjang yang lebih serius?
Warning! Explicit mature content included Mergokin pacar tidur sama teman sekampus, diusir dari kos, kucing kesayangan dilempar keluar rumah, ditambah hujan deras yang sedang mengguyur kota Pahlawan. Sungguh perpaduan sempurna untuk melatih kesehatan mental! Padahal semua ini hanya karena telat bayar kos sehari aja, malah dia ditendang dari rumah yang sudah diamanahkan untuk ia rawat oleh mendiang pemilik rumah. Ujian berat inilah yang sedang melanda hidup Mariska. Seolah Ujian Akhir Semester tak cukup membuatnya berdebar-debar karena harus pandai mengatur jadwal kuliah di sela kesibukannya bekerja. Namun, kata orang badai selalu datang bersama pelangi. Di tengah sadisnya ujian hidup yang harus Mariska hadapi ternyata takdir malah membawanya menuju tempat kos baru yang lebih modern, bersih, dengan harga sewa murah. Belum lagi jantungnya ikut dibuat berdebar kencang saat tahu pemilik kos ternyata pria muda, lajang, dan rrrr- hottie. Plus satu lagi yang bikin lebih jantungan, saat si Om kos malah ngotot ngajakin Mariska nikah detik ini juga. Kok bisa?! Apa alasannya? Ingin menghindar, tapi tak punya pilihan. Belum lagi saat keduanya semakin dekat malah Mariska jadi lebih sering mendapatan mimpi yang terasa seperti Deja Vu. Tanpa sadar memori gadis ini dipaksa kembali ke masa lalu di mana sebuah tragedi mengerikan menimpa keluarganya. Sanggupkah Mariska bertahan menjadi salah satu penghuni kos yang diisi oleh sekumpulan manusia nyentrik dengan beragam profesi tak terduga? "Mungkin ini cara Tuhan untuk mengajariku agar tak mudah menyerah." Ares tak menyangka bahwa dia akan bertemu kembali dengan cinta pertamanya melalui jalan takdir paling manis meskipun terasa tragis bagi keduanya. Lalu bagaimana dengan Mariska? Kapan ia sadar bahwa Ares adalah cinta pertamanya saat masih bocah dulu? Kisah seru mereka hanya bisa dibaca di Om Kos!
“Usir wanita ini keluar!” "Lempar wanita ini ke laut!” Saat dia tidak mengetahui identitas Dewi Nayaka yang sebenarnya, Kusuma Hadi mengabaikan wanita tersebut. Sekretaris Kusuma mengingatkan“Tuan Hadi, wanita itu adalah istri Anda,". Mendengar hal itu, Kusuma memberinya tatapan dingin dan mengeluh, “Kenapa tidak memberitahuku sebelumnya?” Sejak saat itu, Kusuma sangat memanjakannya. Semua orang tidak menyangka bahwa mereka akan bercerai.
"Anda tidak akan pernah mengahargai apa yang Anda miliki sampai Anda kehilangannya!" Inilah yang terjadi pada Satya yang membenci istrinya sepanjang pernikahan mereka. Tamara mencintai Satya dengan sepenuh hati dan memberikan segalanya untuknya. Namun, apa yang dia dapatkan sebagai balasannya? Suaminya memperlakukannya seperti kain yang tidak berguna. Di mata Satya, Tamara adalah wanita yang egois, menjijikkan, dan tidak bermoral. Dia selalu ingin menjauh darinya, jadi dia sangat senang ketika akhirnya menceraikannya. Kebahagiaannya tidak bertahan lama karena dia segera menyadari bahwa dia telah melepaskan sebuah permata yang tak ternilai harganya. Namun, Tamara telah berhasil membalik halaman saat itu. "Sayang, aku tahu aku memang brengsek, tapi aku sudah belajar dari kesalahan. Tolong beri aku kesempatan lagi," pinta Satya dengan mata berkaca-kaca. "Ha ha! Lucu sekali, Satya. Bukankah kamu selalu menganggapku menjijikkan? Kenapa kamu berubah pikiran sekarang?" Tamara mencibir. "Aku salah, sayang. Tolong beri aku satu kesempatan lagi. Aku tidak akan menyerah sampai kamu setuju."Dengan marah, Tamara berteriak, "Menyingkirlah dari hadapanku! Aku tidak ingin melihatmu lagi!"
Menikahi single mom yang memiliki satu anak perempuan, membuat Steiner Limson harus bisa menyayangi dan mencintai bukan hanya wanita yang dia nikahi melainkan anak tirinya juga. Tetapi pernikahan itu rupanya tidak berjalan mulus, membuat Steiner justru jatuh cinta terhadap anak tirinya.