n terlihat kesal deng
ima dengan keputusan yang dia
ai marah-marah sama dia. Ingat, dia itu calon istrim
paham." Arhan memasa
kamu menuruti ke
ercuma juga debat, ngga
kamu menyadari hal
memandang putranya yang hanya b
erniat untuk kembali ke ruangannya l
an sebelum anaknya ke
sang wajah kaku. Masih menunggu kalima
memperlakukanmu seperti ini. Oh iya, jangan lupa bimbing calon istr
a tersenyum mendengar kalimat yang
e ruangannya. Beberapa mahasiswa wanita pun memandangnya dengan tatapan
ya salah seorang mahasiswi yang me
membalikkan tubuhny
iswa semest
a, P
ernah lulus dari mata kuliah saya. Mengerti!" tegas Arh
, Pak.
panku!" titah Ar
ya menuju ke lift. Lalu ia masuk
dan ia pun bergegas ke ruangannya. Ia
tau memang sesuatu yang direncanakan. Selalu aja dia y
ini sedang tak nyaman. Tiba-tiba s
" pinta
kl
Ia melihat seorang mahas
a?" tan
wal Bapak, di
Semeste
a. P
egera
untuk pergi dari ruangannya. Akan tet
gak suka ada keributan dalam kela
k. Saya
as menuju ke kelas yang di maksud. Ia sudah melihat jadwalnya
kl
eluruh mahasiswa yang memandangnya. Suasana kelas
lihat Naina dan Galang ada di kelas te
aturan yang perlu kalian pahami dalam mengikut
aik,
ta yang serius mengedar ke seluruh mahasiswa di depannya, ta
as. Kedua, saya nggak suka ada yang telat, bahkan semenitpun. Saya nggak a
Karena tidak semuanya berani mengeluarkan sua
ata kuliah saya ini. Satu lagi, saya bukan tipe dosen yang suka mengasihi mahasiswa dengan
ada protes apapun dari mahasiswa mengenai kebijakannya. Bebera
Kelas dibubarkan," ujar Arhan lalu pergi. Ia melirik Naina da
annya. Ia cukup menikmati hari-hariny
ran Naina sebagai calon istrinya, yang sekalig
ruangan say
Naina. Arhan berniat berbicara se
ua
it geram membaca pesan singkat
gak bawel. KE RUANG
an besar semua. Pesan tersebut hanya dibaca
n terdengar. Ia langsung menyuruh ora
Naina dengan ketu
n pasar. Lagipula aku dosenmu
Sorry. Ad
ud
ya
ruangannya, membuat Arhan semaki kesal. Ia tak bisa membay
napa aku memi
emangnya aku dukun, bisa neba
ggk mau sopan bicara sama aku. Apa jangan-jangan
, Pak. Buruan, ad
an orang," ungkap Arhan kesal. "Baiklah, aku ngga
belum sempat
bab 1 sampai 3 itu ke aku. Aku sekaran
aina ter
bai. Aku tungg
harus ka
riku, atau siapalah. Aku tetap akan profesio
kesal. Ia benar-benar muak dengan s
uh kebencian, seolah tak akan ada
panggil
seraya menghentikan langkahn
endekat ke arahnya. Kini mereka berdua sudah sal
a masih calon. Jadi
i apa. Tapi jangan berharap aku a
pernah menyukai wan
angan Naina sudah mengepal dan b
ak
*