ngan terang Febri mengatakan hal sebaliknya. Oh, ada apa ini? Lalu, ta
emaskan apa pun y
saha memendam perasaanku. Sebenarnya, aku tidak mau dia mengetahui rasa
tentang pernikahanku. Tapi, kau saha
ada yang disembunyikan. Aku pun begitu. Aku tak mau ada raha
sa. Dia adalah sahabatku sejak lama.
mendapat tugas. Parahnya, dia bilang akan pergi bersama adiknya, Febri. Tapi, Febri baru saja me
ri datang ke sini. Ka
t lagi akan habis. Hingga aku mendengar suara mobil memasuki halamanku. Rumahku berjarak cukup
satu tas berisi minuman herbal buatan mertuaku sendiri saat F
kitnya orang umum.
lan sambil tersenyum. Aku sangat berharap, dia
ke mana sih, Mbak?
arus bilang aka
. Dia mendadak muncul, d
adahal mereka sudah lama kenal. Aku segera menggelengkan kepala, untuk memusatkan pikiranku k
a, aku masih mengurut pelipisku. Sebenarnya, ke mana Mas Farus? Nama desa tempatnya bekerja
i masuk di kepalaku. Aku akan mengambil tasku," ucapku kem
as, sembari menarik lenganku. Aku menghentikan langkah, dan kini menatapnya. "Tidak mungkin suamimu sepert
endiri saat Febri tidak tahu tugas itu. Sedangkan Mas Farus, meng
u tidak pernah mengunjungi rumah sakit ini. Tanpa berpikir dan membuang waktu, aku berjalan cepat masuk ke ruangan informasi. Aku b
in bertemu denga
erkejut. Aku semakin tidak men
ng menemani dokter magang. Baiklah. Bisa kau katakan di mana desa itu?"
Memang benar. Mereka sedang magang di desa. Tapi
n suster," sela Melisa sekali lagi. Dia menghentikan ucapan suster itu, lalu menarikku pergi dari sana
gkungan rumah sakit!" teriaknya keras. Dia menjauh, lalu masuk ke dalam mobil. Aku segera m
uamimu. Kau itu seharusnya percaya saja dengan suamimu. Lagi pula, F
u saja setia denganku. Tapi, sumpah demi apa pun kali ini aku memang sedikit tidak mempercayainya. Sebenarnya, apa yang
hubungan dengan suamiku. Lihatlah, sudah beberapa jam dia pergi, sam
isa menjadi kaku. "Aku tanya, sudah b
ja, Mel. Kamu benar. Aku
a melesatkan mobil ini, lumayan cukup kencang. Hatiku masih bimbang. Bagaimana ji
kkan. Jangan sampai pernikahan selama dua
tegur sapa. Dia sangat kesal. Mungkin karena dia t
kan?" tanya Melisa pelan. Dia akhirnya menyapaku. Ak
u. Jangan khawatir. Sebaiknya kau mandi sana. Bau," ucapnya lalu m
Aku tidak mau terlihat cemas di depan mereka. Untung saja mereka sudah t
h ke mana. Aku hanya ingin membolak-balikkan tubuh berharap bisa memejamkan mata. Andai saja Mas Farus menghubungi
era memeriksa ponselku yang kembali ber
tunggu, jan