epadaku. Aku pasti melupakan lipstik ini. Tentu saja aku memiliki lebih dari satu. Saat itu Mas Farus membelikanku sebagai hadiah pe
memang aku benar-benar sedikit terkejut. Lipstik itu sudah dipakai oleh seseorang. Jika m
pel di jaketnya. Hmm, sedangkan rambutku berwarna hitam. Ya, aku sama sekali tidak pernah
menunggu di bawah. Ibu Melisa,"
teki ini. Aku benar-benar membutuhkan bantuannya. Hanya dia yang bisa membua
di kamar. Ada hal penting yang harus aku bicarakan
dari kamar. Mbok Sri benar-benar terkejut melihat tingkahku. Di
i takut, Bu," ucapnya sambil menepuk-nepuk dadanya, lalu menggeleng
u benar-benar membutuhkannya," ucapku kembali sambil terus mendorong tubuhn
u saja diberikannya dua bulan lalu saat ulang tahun pernikahan kami. Lisptik ini selalu aku simpan dengan baik. Bahkan aku selalu membawanya ke mana pun. Barang ini adalah pemberian Mas Farus ya
ukankah dia sudah kembali?" ucap Melisa tiba-tiba masuk ke dalam kamarku. Dia mendekatiku. Lalu menar
ini. Apa mungkin di saku jaketnya, atau di mana?" tanyanya samb
i sofa dan duduk sambil menyandarkan kepalaku ke sandaran. Melisa pun menar
jangan berpikiran macam-macam," gumamnya kemudian meletakkan lipstik it
atapnya dengan tajam. Kemudian aku mengamatinya. Entah kenapa aku merasakan sesuatu ya
ikit dengan membentak, sambil menje
ri duduknya. Aku segera menahan lengannya, lalu menarik. Melisa kembali duduk tepat di sebelahku. Kenapa aku harus berpikiran seperti itu? Hah, tidak mungkin. Melisa adalah sahabatku. Dia tidak m
alu. Aku hanya memilikinya satu. Harganya sangat mahal. Bahkan, merknya saja berasal dari Paris. Tapi aku melihat lipstik ini ada di saku jaketnya, dan sepertinya sudah dikenakan oleh seseorang.
ak ingat, kemarin kau memakai jaket ini. Mungkin saja suamimu membelikan dua dan kau tidak sadar. Ayola
ahkan aku sudah salah sasaran. Menuduh Mas Farus pergi dengan dokter muda itu. Tapi, ternyata tidak," batinku sambil melirik jam dinding. Kini aku sadar.
n undangan dokter muda itu. Melisa segera meneri
segera mengganti pakaianku, kemudian mengambil tas beludru berwarna hitam yang biasanya aku kenakan. Kemudian memakai sepatu
erjalan mendekati Melisa dan mena
han itu. Mana mungkin aku berangkat ke sana
sekali!" teriak Melisa m
i cukup kencang, hingga dalam sekejap aku sampai di sebuah gedung pernikahan. Banyak sekali ta
ah, aku benar-benar lupa. Untung saja dia membawanya. Dengan cepat aku mengambil beberapa lembar uang ratus
mengambil souvenir. Hingga aku san
is dengan rambut yang aku temukan di jaket Mas Farus. A
ambutnya memang sama dengan rambut yang kau temukan tadi, saat
n menuju ke atas panggung. Aku harus menanyakan secara langsung kepada wanita itu. Aku tidak akan pernah menyia-nyiakan kesempatan ini, wa
, jan