LUT S
hfirul
itu ke tanah. Aku terkejut bukan kepalang mendapati plastik beris
mbalut bekas pakai seperti
sabar memanggil Mas Darma yang bera
ngut Mas Darma, lelaki yang bahkan diberitakan warga s
angkan anak-anak ketika mendapati
aan menangis karena diolok teman-temannya bahwa
elanamu?" tanyaku shock sembari menun
a celanaku seperti itu! Lancang kamu sekarang, ya!
Sebab, ini baru kali pertama dia meninggikan sua
mu. Benda itu menganggu berada di sakumu dan akhirnya kuambil khawatikt
u tajam dan nyalang menatapku. Seolah
ai wanita bisa ada di sakunya bahkan jumlahnya tidak hanya satu. Terlebih masih ada noda darah di
an hal tidak penting seperti ini! Lain kali jangan lancang membuka celanaku sembarangan!" p
t. "I-iya, Mas. A
a dan keluar kamar tan
kupikir wajar karena kami tidak bertemu hampir menginjak satu dekade lamanya. Jadi tak heran aku merasa asing. Ba
erubah dari Mas Darma. Mulai dari postur
ang berada di saku Mas Darma barusan. Namun, aku tidak berani menanyakan i
*
Laksmi
arah dapur. Tergesa aku mengham
, Budhe," ujarku memp
kamu ada stok nggak? Budhe lupa bikin kehabisan,
k banyak, kok. Bentar aku ambil
mengambil asam jawa
Mi, pagi-pagi begini?" Budhe menunjuk meja di beranda rumah yang ada
amu lelaki aku tidak boleh membawanya masuk. Jadi kujamu tamu tersebut di sini. Khawatir me
rcaya akhirnya yang kami harapkan kini sudah terjadi. Mas Darma benar-benar pulang dan aku bisa mem
ngkat alis seolah heran. "Darma?
Bapaknya anak-anak sudah pul
bergidik seolah tengah merinding. Pandangannya kem
u pergi begitu saja dengan mele
nya seolah mencibir yang masih bisa kud