Laksmi dibuat kaget sepulang suaminya setelah hampir sepuluh tahun lamanya menghilang tak ada kabar. Bahkan sudah diberitakan meninggal. Terlebih mendapati perilaku aneh sang suami yang sering menyimpan pembalut bekas pakai, semakin membuat Laksmi heran dan menyimpan sejuta tanya di kepalanya.
PEMB4LUT SUAMIKU
"Astaghfirullah!"
Sontak aku terperangah kaget dan reflek melempar bungkusan plastik itu ke tanah. Aku terkejut bukan kepalang mendapati plastik berisi pembalut bekas pakai yang disimpan Mas Darma di saku celananya.
Untuk apa dia menyimpan pembalut bekas pakai seperti ini? Pembalut siapa ini?
"Mas ... Mas ...." Aku berteriak tak sabar memanggil Mas Darma yang berada di teras rumah dengan anak-anak.
"Ada apa sih, Bu? Gak baik tau malam-malam teriak!" sungut Mas Darma, lelaki yang bahkan diberitakan warga sudah tewas sebab bertahun-tahun lamanya tidak pulang.
Dan aku hanya bisa sabar dan menenangkan anak-anak ketika mendapati olokan demikian dari orang-orang.
Bahkan tak jarang Danu pulang bermain dalam keadaan menangis karena diolok teman-temannya bahwa Danu anak tak diinginkan yang ditinggal ayahnya.
"Mas, i-itu apa? Kenapa ada di saku celanamu?" tanyaku shock sembari menunjuk sesuatu yang tergeletak di tanah.
"Laksmi! Aku tidak suka ya kamu sembarangan membuka celanaku seperti itu! Lancang kamu sekarang, ya!" bentak Mas Darma yang membuatku tersentak kaget.
Ada rasa tak percaya dia membentakku seperti itu. Sebab, ini baru kali pertama dia meninggikan suara terhadapku bahkan hanya karena perkara sepele.
"A-aku tidak berniat seperti itu, Mas. Aku hanya ingin mencuci celanamu. Benda itu menganggu berada di sakumu dan akhirnya kuambil khawatir sesuatu yang penting," jelasku panjang lebar dengan mulut gemetar.
Tiktok 1
Pasalnya, kilatan mata Mas Darma begitu tajam dan nyalang menatapku. Seolah aku sudah melakukan hal fatal di sini.
Padahal, harusnya aku yang marah dan dia berutang penjelasan padaku. Bagaimana pembalut bekas pakai wanita bisa ada di sakunya bahkan jumlahnya tidak hanya satu. Terlebih masih ada noda darah di sana. Aku bergidik ngeri melihat bungkusan dengan plastik kresek putih itu tergeletak di lantai.
"Aku baru pulang dari perjalanan jauh, harusnya kamu ngelayani aku! Bukannya malah menanyakan hal tidak penting seperti ini! Lain kali jangan lancang membuka celanaku sembarangan!" peringat Mas Darma serius. "Bukan hanya celana, tapi apapun barang milikku!" imbuhnya sengit.
Aku menunduk takut. "I-iya, Mas. A-aku minta maaf."
Mas Darma membuang muka dan keluar kamar tanpa berkata apapun lagi.
Kejadian barusan masih tak bisa kupahami. Sejak awal Mas Darma pulang, aku merasa ada yang berbeda darinya. Namun, kupikir wajar karena kami tidak bertemu hampir menginjak satu dekade lamanya. Jadi tak heran aku merasa asing. Bahkan, kali pertama ketemu sore tadi saat dia pulang, aku sempat mematung beberapa saat dan tidak ingat siapa dia.
Sembilan tahun berpisah banyak hal yang berubah dari Mas Darma. Mulai dari postur tubuh dan wajahnya ada banyak perubahan.
"Sebenarnya apa yang terjadi?" Pikiranku kalut memikirkan pembalut bekas yang berada di saku Mas Darma barusan. Namun, aku tidak berani menanyakan ini lebih jauh. Situasinya sedang tidak tepat. Mungkin benar Mas Darma capek.
***
"Mi ... Laksmi ...."
"Iya, sebentar!" teriakku dari arah dapur. Tergesa aku menghampiri asal suara di teras depan.
"Budhe? Silakan masuk, Budhe," ujarku mempersilakan Budhe masuk.
"Udah gak perlu. Budhe cuma mau tanya asam jawa kamu ada stok nggak? Budhe lupa bikin kehabisan," ujar Budhe Yanti. Ia berdiri di ambang pintu.
"Oh, asam jawa. Iya aku ada stok banyak, kok. Bentar aku ambilkan. Budhe silakan duduk dulu."
Aku masuk ke dapur mengambil asam jawa yang Budhe pinta.
"Mi, itu kok ada kopi lengkap sama camilannya. Habis ada tamu siapa, Mi, pagi-pagi begini?" Budhe menunjuk meja di beranda rumah yang ada piring berisi ubi kukus serta kopi yang sudah sisa setengah di sana.
Kami sengaja menyediakan kursi lengkap dengan meja mini di beranda rumah. Sebab, jika ada tamu lelaki aku tidak boleh membawanya masuk. Jadi kujamu tamu tersebut di sini. Khawatir menimbulkan fitnah sebab aku wanita bersuami yang tinggal sendiri, sebelum Mas Darma pulang.
"Oh itu, bekas Mas Darma, Budhe," sahutku sambil tersenyum manis. Ada rasa bahagia sekaligus tak percaya akhirnya yang kami harapkan kini sudah terjadi. Mas Darma benar-benar pulang dan aku bisa membuktikan bahwa yang diberitakan orang-orang kampung tidaklah benar jika Mas Darma sudah meninggal.
Mendengar jawabanku, Budhe mengangkat alis seolah heran. "Darma? Suami kamu?" tanya Budhe ragu.
"Iya, Budhe. Alhamdulillah. Bapaknya anak-anak sudah pulang," sahutku penuh semangat.
Budhe tiba-tiba mengusap seluruh tubuhnya sembari bergidik seolah tengah merinding. Pandangannya kemudian menatap awas ke kanan kiri dan seluruh rumah.
Lantas, wanita setengah baya itu pergi begitu saja dengan melempar tatapan mengerikan padaku.
"Hii! Benar ternyata kata orang!" gumamnya seolah mencibir yang masih bisa kudengar sebelum Budhe benar-benar menjauh.
Amora Nouline selalu dibanding-bandingkan oleh sang ibu dengan kakak perempuannya sendiri bernama Alana Nouline! Dalam hal apapun Alana selalu unggul dari Amora, membuat sang Ibu lebih menyayangi Alana dibandingkan dengan Amora. Ketika dihadapkan dengan posisi sang ayah yang sakit parah dan memerlukan biaya rumah sakit yang tidak sedikit, Ibu dan kakak Amora sepakat untuk membujuk agar Amora menjual dirinya demi pengobatan sang ayah. Dengan hati teriris perih, terpaksa dan penuh ketakutan, Amora akhirnya menuruti keinginan ibu dan kakaknya demi kesembuhan sang ayah! Sialnya, malam itu laki-laki yang membeli Amora adalah seorang mafia dingin yang meskipun wajahnya teramat tampan namun wajah itu terlihat sangat menakutkan dimata Amora.
Ketika Nadia mengumpulkan keberanian untuk memberi tahu Raul tentang kehamilannya, dia tiba-tiba mendapati pria itu dengan gagah membantu wanita lain dari mobilnya. Hatinya tenggelam ketika tiga tahun upaya untuk mengamankan cintanya hancur di depan matanya, memaksanya untuk meninggalkannya. Tiga tahun kemudian, kehidupan telah membawa Nadia ke jalan baru dengan orang lain, sementara Raul dibiarkan bergulat dengan penyesalan. Memanfaatkan momen kerentanan, dia memohon, "Nadia, mari kita menikah." Sambil menggelengkan kepalanya dengan senyum tipis, Nadia dengan lembut menjawab, "Maaf, aku sudah bertunangan."
BIJAKLAH DALAM MENCARI BACAAN. CERITA DEWASA!!! Aderaldo menepuk punggung Naara yang sontak membuat wanita itu menoleh cepat, dan dalam hitungan detik pula, Aderaldo mencondongkan badannya dan menempelkan bibirnya ke atas bibir Naara. Naara melotot tanpa bisa mengelak. Pria itu tersenyum disela ciumannya pada bibir Naara. Dua lengan cukup kekar melepas paksa ciuman Aderaldo dan Naara dengan menarik bahu pria itu. Satu pukulan melayang di perut Aderaldo tanpa bisa dicegah, hadiah dari Xion. "Dasar b******k! Beraninya kau mencium Naara!" bentak Xion marah. Aderaldo memutar bola matanya seraya memasukkan kedua tangannya ke kantung celana kain yang ia pakai. "Kau tidak ada hak untuk melarangku. Memangnya kau siapa?" desis Aderaldo. Xion ingin melayangkan tinjunya pada wajah Aderaldo, tapi ditahan oleh pria tampan berkemeja hitam itu. "Jangan memancingku untuk menghancurkanmu," bisik Aderaldo pada Xion dan pria itu melangkah pergi dengan mengedipkan matanya ke arah Naara yang masih diam mematung. Aderaldo bersiul dan melangkah santai meninggalkan kampus tercintanya. "Manis! Aku menyukainya," gumam Aderaldo sambil mengelap bekas ciumannya bersama Naara barusan. (Ikuti setiap part-nya dan kalian akan menemukan jawabannya ❤️)
Joelle mengira dia bisa mengubah hati Adrian setelah tiga tahun menikah, tetapi dia terlambat menyadari bahwa hati itu sudah menjadi milik wanita lain. "Beri aku seorang bayi, dan aku akan membebaskanmu." Pada hari Joelle melahirkan, Adrian bepergian dengan wanita simpanannya dengan jet pribadi. "Aku tidak peduli siapa yang kamu cintai. Utangku sudah terbayar. Mulai sekarang, kita tidak ada hubungannya satu sama lain." Tidak lama setelah Joelle pergi, Adrian mendapati dirinya berlutut memohon. "Tolong, kembalilah padaku."
Sayup-sayup terdengar suara bu ustadzah, aku terkaget bu ustazah langsung membuka gamisnya terlihat beha dan cd hitam yang ia kenakan.. Aku benar-benar terpana seorang ustazah membuka gamisnya dihadapanku, aku tak bisa berkata-kata, kemudian beliau membuka kaitan behanya lepas lah gundukan gunung kemabr yang kira-kira ku taksir berukuran 36B nan indah.. Meski sudah menyusui anak tetap saja kencang dan tidak kendur gunung kemabar ustazah. Ketika ustadzah ingin membuka celana dalam yg ia gunakan….. Hari smakin hari aku semakin mengagumi sosok ustadzah ika.. Entah apa yang merasuki jiwaku, ustadzah ika semakin terlihat cantik dan menarik. Sering aku berhayal membayangkan tubuh molek dibalik gamis panjang hijab syar'i nan lebar ustadzah ika. Terkadang itu slalu mengganggu tidur malamku. Disaat aku tertidur…..
WARNING 21+ !!! - Cerita ini di buat dengan berhalu yang menimbulkan adegan bercinta antara pria dan wanita. - Tidak disarankan untuk anak dibawah umur karna isi cerita forn*graphi - Dukung karya ini dengan sumbangsihnya Terimakasih