esantren, di belakangnya sudah ada anggot
ah yang memengang dua pedang dan bertuliskan 'the wild ants'. Sedang
nunjuk tajam pada dua orang penjaga
i seseorang! Buka cepat!" Teriak Ayana y
ah di sini. Tolong," ucap Rendi salah satu ang
ndengus kesal. Ia kemudian memanjat pagar yang ujungnya itu runcing, be
ereka yang pada akhirnya sponta
g-dorong, dan naik bersam
berada di atas dan yang bera
ak
ihkan. Sedang para lelaki perusu itu saling memandang lalu melir
memperbaikinya nanti," cetus salah satu
sore udah bagus lagi,
ah," celetuk salah seo
" Protes Arka menunjuk tajam sang pelaku yang
amanya nikah, dan momong anak," celetuknya santai semb
ants yang kemudian teralih
" Teriak Ayana berkacak pinggang yang kini jadi pusat perhatian. Gadi
berjalan keliling, menanyakan siapa dan di mana pri
ia! Suruh temui aku!" Bentak Aya
antri berbaju kokoh putih dan sarung m
akan menjadi calon suaminya itu untuk menolak perjodohan tak jelas ini. Karena, dirinya jelas tak bisa men
ri-cari baru saja keluar dari
apa seorang wanita bercadar hij
n siang lagi?" Tanya Gus Farhan tersenyum men
balik cadarnya, jelas terlihat matanya menyipit kar
san dengan masakan saya," celetuk Ning Fati
etus Gus Farhan menerimanya, lalu kini ia men
s," sahut N
sih, karena Ning Fatimah sudah repo
imah men
hati," celetuk Ning Fatimah menunduk, karena wajahnya yang merona, t
antri dan santriwati lainnya dari berbagai sis
ikum." Tegur
enyum lebar, menatap dua pasang anak pemuka agama yang menurut m
hut Gus Farhan dan N
ucap mereka bersamaan saling berlomba menjelaskan s
icara? Kenapa? Ada a
ek dia teriak-teriak carii
ew
alah di punggung mereka ada tulisan the wild ants," sambung yang lainny
ke asrama, saja akan mene
u kami permisi, Gus,
ikumsa
Farhan menghela nafas yang m
nya Ning Fatimah dengan suara yang ma
han men
" Ucap Gus Farhan menatap Ning Fatimah sesaat lalu kembali
ya, begitupun saya. Dan semoga Ning menemukan lelaki yang lebih baik. S
arkan sebuah tetesan air. Ucapan Gus Farhan barusan membuat hati Ning Fatimah rasanya
asih berteriak tak je
mendengar teriakanku!" Teriak Ayana
sudah acak-acakan, di beberapa sudut terdapat helaian rambut. Gus
an Alm. Bu Ayuna?" Tanya se
gan brewokan halusnya menggunakan gamis model baju koko, sorban ya
arhan telah menunduk setelah melihatnya sesaat, bibirnya seperti komat-ka
us Farhan lalu menoleh pada kelompak pria yang datang bersama Ayana. Mereka tersenyum salah tingkah, telah berbuat o
engar kata-kata keramat yang siap menghancurkan
etus Ayana sudah berjalan lebih dulu yan
meraih Arka dan
, tapi masa remajaku yang jadi korban," celetuk Ayana ters
epala Ayana. Padahal ia tadi tampak jutek, dan ap
arhan, ia menggelengkan kepalanya melihat
," ucap Hanif penuh penekanan, ia jelas melihat Gus Farhan
itu masih berada di pintu gerbang meluruskan segala tanggungjawab mereka. Pria bersorban