lan kem
mbuat tubuh Arletta membatu. Dia menggelengkan kepalanya meyakinkan apa yang dia lihat ini salah.
ulai berlinang membasahi pipinya. Dia tampak begitu ketakutan. Dia bahkan tidak tahu harus bagaima
pi sekarang? Dia harus di hadapakan dengan kenyataan mengandung anak dari pria yang telah membuangnya. A
Arletta tidak mau sampai hal tersebut dia lakukan. Yang salah adalah dirinya, bukan bayi yang ada di k
a terkejut. Wajah Arletata mulai memucat. Namun Arletta berusaha menguatkan dirinya. Dia menghapus
lihat kedua orang tuanya berada di hadapannya. Gadis itu tak ingin sam
aka-sang ayah-melempar sebuah bungkusan yang dia dapatk
ah payah. Arletta lupa untuk menyimpan testpack baru itu. Dia meletakanya di atas meja kamarnya, hingga membuat kedua orang tu
tak Arletta seakan blank tidak mampu lagi berpikir jernih. Rasanya Arlet
begitu menggelegar. Emosi pria paruh baya itu sudah tidak bisa
cewa, akan tetapi wanita paruh baya itu berusaha untuk menjadi penengah. Jika dirinya ikut menyud
Arletta, berusaha membujuk putrinya agar menceritakan padanya. Nadanya pelan, hangat, dan penuh kelembut
na harus menjelaskan pada kedua orang tuanya. Hingga perlahan bul
tu benar?!" bentak Raka pen
pit. Tidak ada lagi yang bisa dia katakan selalin kejujuran. Sekeras apa pun dirinya berusa
eskan air mata. Pasangan suami istri itu begitu hancur dan kacau
anmu!" Raka nyaris beter
tap tajam dirinya. Tak ada kata yang dia bisa katakan. Hanya permintaan m
ak
embuatnya tersungkur di lantai. Sudut bibir Arletta sert
putri mereka. "Pa, jangan seperti ini! Tenangkan dirim." Melisa berusaha menenang
uaranya. Nadanya terdengar putus asa. Tapi pria paruh baya itu tidak akan
kandungannya adalah Keevan, itu pun percuma. Karena Keevan akan segera meninggalkan Jakarta. Arletta yakin, jika Keevan mengetahui ke
merasa gagal sebagai ayah, tidak bisa menjaga putri tunggalnya dengan baik.
h dari bayi yang ada di kandunganmu!" seru Rak
nganku," ucap Arletta dengan isak tangisnya.
ilang gugurkan kandungan
, Arletta," ucap Melisa yang tid
menatap tajam sang istri yang sejak
at ke arah ayahnya dan berkata tegas, "Arletta nggak akan gugurin! Meski Papa memaksa, aku n
memejamkan matanya kala melihat ayahnya ingin melayangkan tamparan. Namun, Raka
ari sini!" teriak Raka yang langsung meninggalkan Arletta. Raut wajahnya
Dia tahu dirinya telah membuat keluarganya ma
Melisa seraya memeluk erat putrinya. "Ma
alau aku masih di sini. Aku akan membuat kalian malu. Biarkan aku pergi dari sini, Ma. Aku
*
alah hari keberangkatannya ke New York. Dia akan melanjutkan S2
itu berhasil mengusik pikirannya. Biasanya Keevan selalu me
an bertemu dengan Arletta saat di kampus. Tepat di mana dia meminta Arletta untuk tidak
t sekarang?" tanya Wisnu-sang
an mengganggukan kepalanya, lalu dia masuk ke dalam mobil. Wisnu langsung memasukan koper Keevan
ama tidak melihat Non Arletta, ternyata keluarga Non Arletta sepertinya tidak lagi tinggal di Jakarta,"
Keevan dengan wajah yang begitu ingin tahu. Pria
na hanya mengatakan Keluarga Non Arletta sudah
apa pun padanya. Gadis itu bahkan tidak bilang akan meninggalkan Jakarta. Padahal se
u. Tapi kenapa sekarang dia harus memikirkan gadis itu? Keevan benar-benar memben
ntuk mampir ke satu tempat?" tanya K
takut Anda terlambat. Dan jalanan pun hari ini ke
ejamkan mata singkat. "Ya sudah, tidak per