ma-rekan kerja Arletta-bertanya pada Arletta yang baru saja keluar dari ruang meeting. Pada
Dia tak ingin sampai Rima melihat dirinya menangis. Arletta memasang
atu padaku," dusta Arletta dengan senyuman yang sengaja dia buat-b
h seperti habis menangis. "Arletta, matamu kenapa? Apa kamu habis menangis
nyak debu. Aku alergi debu, Rima," dustanya lagi. Sialnya, meski
di ruang meeting ada debu. Tapi kenapa Arletta mengatakan di dalam ada debu? Rima bisa past
let
Arletta mengalihkan pembicaraan. Dia tidak mau lagi Rima menanyakan matanya yang meme
enunjukan tempat kerjamu," jawab R
melangkah mengikuti Rima. Terlihat Arletta berusaha untuk ber
rnah lupa dengan apa oleh Keevan. Pria itu memperilakukanny
pa pun. Keadaan tetap sama. Bahkan luka di hati Arletta tetap sangat amat menyayat
l kantor menyapa Arletta dengan hangat. Pun pria itu mengulas seny
Dia senior arsitek di sini." Rima ber
tersenyum tulus mem
Karena memang sejak tadi tatapan Arvin tak henti menantap sosok Arletta. Wanita cantik dan terlihat lemah lembut serta anggun. Pakaiannya terbilang sopan
"Arvin, kamu ini kebiasaan. Selalu saja mengusik
hanku di mana? Arletta memang cantik. Namaku dan namanya mirip. Siapa tahu kami memang jodoh yang sengaja dipertemukan di kantor ini
elan. Dia tak menyangka kalau Arvin sampai memikirkan nama mereka yang hampi
l. "Arvin, kembalila
u minim memperlihatkan paha sekaligus kaki jenjang wanita itu. Lekuk tubuh menggoda. Bahkan dress yang dipakai wanita
cantik itu pun terhenti tepat di hadapan Arletta. Mereka saling melemparkan tatapan dingin. Raut
terdengar begitu anggun bercampur denga
lir air matanya nyaris menetes. Tapi tidak! Arletta tidak membia
ita itu mengulas senyuman di wajahnya. Nada bicaranya matang layaknya wanit
a cantik yang baru datang. Ditambah kini Arletta dan Nasha sama-s
ngenal Arletta?" tanya
punggungnya. "Arletta adalah teman satu angkatanku saat aku kuliah dulu. Apa Arletta bekerja
Bu. Arletta adalah arsitek di Mahad
"Terakhir aku mendengar kamu sempat berhenti kuliah, Arletta. Tapi ternyata kamu meneruskan ku
anita itu berkilat sedikit tajam menahan amarah. Akan tetapi, Arletta berusaha keras un
pendidikanku. Menunda bukan berarti aku tidak meneruskan lagi kuliahku." Arletta berkata begitu tegas
h. "Dunia begitu sempit. Ternyat
i ruang kerjanya, dia sedikit terkej
am pelukan Keevan. Wanita itu bergelayut manj
ha memeluk Keevan. Sebuah pemandangan yang disajikan Keevan lima
oleh Arletta. Bahkan hingga detik ini Arletta masih merasakan itu. Namun, Arletta bersikap acuh seolah t
npa sengaja Keevan melihat ke arah Arletta yang sekaan bersikap acuh. Akan tetapi, enta
pertemuan terakhirnya dengan Arletta lima tahun silam. Kala itu Arletta memergokinya b
ok diam saja sih," cebik Nasha seba
tahuku, Nasha?" tanya Keevan dingi
mu ke Jakarta. Tadinya aku ingin menjemputmu ke Bandara. Tapi tadi malam kamu malah nggak ngebolehin aku. Ya sudah aku memutuskan menemuimu di kanto
apas berat. "Kamu tah
dari sini. Memangnya kamu nggak kangen ak
ungkan agar Keevan mau membawanya pergi dari tempat ini. Nasha tak peduli meski banyak yang melihat
Hanya senyuman palsu yang dia lukiskan di wajahnya saat ini. Cemburu? Tentu saja tid
n membawa wanita itu meninggalkan tempat itu. Karena jika Keevan t
a semakin melemah. Lagi. Kejadian lima tahun silam kembali terulang. S
awanya. Tentu Nasha tahu Arletta pernah menyukai Keevan. Nas
enal PakKeevan Danuarga?" tanya Rima kala Keevan dan Nasha sudah pergi. Tampak
Lima tahun mereka tidak bertemu tetap saja Keevan tak akan pernah melihatnya. Sedangkan dirinya? Jauh dari dalam lubuk hati Arlett
nya saja. Tidak mengenal dekat. Yang aku tahu dia adalah seniorku d