uapan
gga-serangga malam pun tidak mau kalah saing menambahk horor hutan yang sangat suram.Suara burung hantu dan gagak nyaring terdenga
i ini suasana hutan di malam hari?! Aku tidak menyadarinya... at
ang memeluk kaki yang ditekuk. Menya
t Anindira yang gugup gemetaran dengan bola
las, dia menatapnya tajam dengan alis mengerut berusaha
enyum menatap Anindira sambil mengusap
t dengan wajah syahdun
, ''Agar kau bisa tidur dengan nyaman... '' tambah pemuda
sokkannya ke tubuh Anindira. Apa yang dilakukan pemuda itu membuat
tiba-tiba mewaspadainya. Tapi, saat mencium aroma atsir
um dan segera menyodorkan tangannya untuk diolesi remasan dedaunan itu. Baru juga sedikit remasan daun itu men
ujar Anindira mengeluh saki
narik tangannya yang sedang mengolesi kulit
api Anindira bisa melihat dengan jela
pemuda itu, dia hendak berbalik,
.. Tunggu sebentar!" seru Anindira, tangannya masih memegang pergelangan tangan pemuda itu, "Biar kulihat d
mpukan ranting yang berisi dedaunan, "Eum...
nya, melihatnya dan mencium aromanya, dia ke
stru akan mempercepat kesembuhan luka dan terhindar dari infeksi,'' ujar Anindira menjelaskan, ''Huft... '' baru saja senyum terukir di wajahnya, tapi, dengan cepat segera menghilang, digantikan desahan panjang Anindira den
it berubah ketika melihat wajah Anindira berkerut. Perubahan emosi yang tergambar dari sorot mata pe
a pada pemuda itu, sambil menep
g-kadang terdengar mengeluh menahan rasa pedihnya, tidak tahan lagi air matanya akhirnya mengalir. Antara memang m
ambil remasan dedaunan di tangan Anindira. Tapi, Anindira segera menangkup tangan pemuda itu dengan kedua tangannya, m
, ''Tidak apa-apa,'' ulang Anindira lagi, ''Jangan khawatir!" ser
Hanya sedikit... Sebentar lagi juga sembuh... Jangan khawatir!" seru Anindira terus mengulangi kata-k
n menghiburmu tapi apa pun yang aku katakan kau tidak akan memahaminya...'' u
ke pangkuannya, segera setelahnya dia membelai kepalanya. Pemuda itu tidak menger
ke pangkuan pemuda itu. Tapi pangkuann
peduli lagi, hatinya meledak, dia akhirnya menangi
membelai punggungnya, beberapa jam berikutnya setelah puas menangis,
*
apkan mata, terbangun dari tidur lelapnya. Kesadarannya masih belum sepenuhnya terkumpul. Dia mengingat-inga
mimpi, tapi ketika dia bangun, dia merasakan sakit dan pedih tubuhnya. Ada remah-remah daun kayu putih yang telah mengering di sekitarnya. Akhirnya dia harus bisa menerimanya, ini kenyata
durnya sambil menggeliat sepuas hatinya, ''AH!... Tuan terima kasih semal
n jantungnya yang berdetak kencang. Detak jantungnya berpacu dengan aliran da
hnya
eledak langsung di hati dan pikirannya. Saking takutnya, Anindira sampai
n tidur Anindira. Atau malah, mungkin sejak semalam. Seekor Jaguar hitam ada di hadapan Anin
UARRR!!!" seru Ani