anak selanjutnya. Dengan santainya ia duduk
uji kembali terdengar dan bocah itu langsu
riaknya kepada
k pada altar, membuat anak kecil itu tersenyum lebar. Akan tetapi, takdir berkata lain, cahaya pada altar kembali padam. Anak itu sontak tercenga
lihat gemetaran. Suasana saat itu langsung sunyi, anak-anak lainnya juga merasa bingung dengan apa yang
t sama sekali," ujar pria penguji, tersira
eriak sangat keras dan m
a terkuat! Apa-apaan dengan
Tidak bisa diubah lagi." Pria penguji perlahan mendekati Akara yang sedan
ak
tanya yang tajam karena kesal, kini terhentak seakan ada yang menusuk tubuhnya, ia melihat ke arah anak-anak la
n karena bakat, tapi dengan kerja keras dan kepintaranku!" Akara berteriak dengan lantang, lalu mengangkat pedang di tangan ka
un harus melawan Dewa sekalipun, pasti akan aku lakukan dan akan aku lampaui!" teriaknya lagi, lalu berjalan pergi me
ngkah kaki yang mantap terdengar sangat jelas, namun kemudian terdengar lebih cepat saat ia berlari meninggal
.
gai
tetapi, keduanya saling menjauh karena adanya kota Oll Hilir. Kota ini bera
basah, terguyur hujan yang kini sudah mulai terang. Tubuh anak kecil itu juga sudah basah, ia terus berjalan tanpa mem
ah laki-laki dengan kumis. Walau sekelilingnya telah basah karena terguyur hujan, gaunnya masih kering dan merumbai indah karena tersap
ncapai ujung tebing. Benar saja, wanita itu terus berjalan hingga terjatuh dari
ceburkan diri, wanita tadi terjatuh sangat kuat hingga menyebabkan ombak di sungai. Walau arusnya
di Dalam air, dan melihat wanita tadi yang terlihat tidak bisa berenang dan panik karena tenggelam. Tanpa b
Keduanya terengah-engah kehabisan napas dengan tubuh basah kuyup. Setelah beberapa detik, ia berusaha duduk dan menatap wanita itu dengan kesal. Gaun merah muda
teriaknya tepat di depa
ah-engah. Suara seorang gadis yang begitu lembut t
uga sudah tau! K
bing," jawabnya seakan-akan tanpa
lu terhentak kaget, meraih punggungnya saat
mengamati ke segala penjuru, namun
nnya. Tanpa basa-basi, ia langsung melompat kembali ke sungai. S