Akara, seorang anak yang memiliki ambisi kuat untuk menjadi master aura terkuat menemui titik tumpulnya. Saat pembukaan aura ranah, ia tidak dapat memadatkan energinya, bahkan satu bintang energipun. Pemadatan aura ranah yang seharusnya dapat dilakukan setiap orang, namun tidak dengan dirinya. Ejekan dan tatapan yang mengasihaninya, membuat Akara kesal dan malah tambah memantapkan dirinya. Persetan dengan bakat, persetan dengan takdir! Gelar master aura terkuat akan aku miliki bagaimanapun caranya! Semua itu bukan karena bakat, tapi dengan kerja keras dan strategi yang matang.. Kalian yang dianggap jenius yang berbakat, akan aku buat tidak berkutik melawanku! Akan aku buat takdirku sendiri! Walaupun harus melawan Dewa sekalipun, pasti akan aku lakukan dan akan aku lampaui! Perkataan emosional dari seorang bocah, namun ternyata bukan isapan jempol belaka. Mereka tidak tau siapa dirinya sebenarnya. Orang yang bahkan ditakuti oleh seorang Dewa sekalipun. Masa lalu dan masa depan mampu ia kendalikan dengan mudahnya. Lalu kenapa dia ada di dunia ini? Siapakah dia sebenarnya yang saat ini hanya dianggap sebagai sampah? Penguasa Dewa Naga, tidak hanya menjadi pemimpin para Naga, namun juga para Dewa Naga yang eksistensinya ditakuti di berbagai alam semesta.
Ribuan tahun yang lalu, Kaisar Amerta melawan para Dewa untuk mengubah tatanan dunia. Kala itu dunia dipenuhi oleh kekacauan di mana-mana, tidak semua orang dapat menggunakan energi, bahkan manusia biasa dijadikan seperti ternak. Orang-orang kuat kala itu tidak segan membunuh ratusan, bahkan ribuan manusia untuk dijadikan tumbal. Mereka menyerap jiwa manusia untuk mendapatkan umur panjang dan keabadian.
Akan tetapi, masa itu telah usai, kini telah berubah menjadi masa keemasan Aura. Setiap manusia kini dapat menggunakan energi, untuk membantu kegiatan sehari-hari, bahkan mencapai Abadi. Manusia dapat memadatkan suatu energi, menjadi sebuah aura yang jadi pertanda tingkat kekuatan. Semakin besar dan banyak aura yang dimiliki, menandakan bahwa semakin tinggi pula ranah yang ia punya. Tingkatan ranah yang tak terbatas, mulai hanya manusia biasa, seorang abadi, bahkan tingkatan yang lebih jauh lagi.
Binatang sihir di dunia ini juga bisa melakukan evolusi, hingga memiliki wujud seperti manusia. Insting alaminya ketika mencapai wujud manusia, akan berubah menjadi suatu kecerdasan yang cenderung lebih baik dari manusia biasa.
Penggunaan energi semakin berkembang dari waktu ke waktu, semakin banyak juga orang-orang kuat yang muncul. Beberapa ribu tahun ini telah berkembang ribuan teknik yang digunakan, dan masih terus berkembang. Tujuan utamanya merupakan keabadian dan kekuatan. Karena dunia yang kini telah berubah, ada aturan tak tertulis yang menyatakan 'Kekuatan untuk kehormatan'. Oleh sebab itu, semuanya berlomba-lomba untuk mendapatkan kekuatan yang luar biasa. Mereka tidak mau menjadi kaum yang diinjak-injak.
"Oleh sebab itu, dunia ini menjadi satu-satunya dunia Fana yang melahirkan pemimpin hebat lebih dari satu. Tepatnya 3 pemimpin hebat yang bahkan menguasai dunia Fana lainnya. Ketiganya merupakan Kaisar Amerta, Kaisar Gletser Abadi dan juga Kaisar Naga Sejati. Kerajaan Glint tempat kita berada termasuk wilayah Kaisar Amerta, tapi berbatasan langsung dengan wilayah kedua Kaisar lainnya."
Bugg..
Seorang wanita menutup bukunya kembali, setelah selesai membacakan cerita kepada anaknya. Ia duduk di samping tempat tidur, tepat di samping anaknya yang sedang tiduran. Dia merupakan seorang wanita yang begitu cantik. Wajah tirus dengan kulit seputih mutiara, dihiasi dengan bibir berwarna merah alami, lalu matanya yang lebar dengan alis lentik dan juga rambut hitam pendek di atas bahu yang begitu kontras dengan warna kulitnya.
"Mama, Akara ingin menjadi Kaisar Amerta selanjutnya!" teriak bocah laki-laki berusia 7 tahun kepada wanita itu.
"Hahaha, kalau begitu tidurlah, besok pendaftaran masuk akademi!"
Mendengar tawanya yang begitu lepas, membuat dinding keanggunan dan kecantikannya seakan runtuh. Tidak akan ada yang menyangka jika wanita secantik itu bisa tertawa begitu lepas.
Wanita itu kemudian berdiri, meletakkan kembali bukunya pada rak di sisi tempat tidur, lalu berjalan keluar kamar anaknya.
...
Kota Biru, Kerajaan Glint
Keesokan harinya, saat sinar matahari masih diselimuti oleh kabut pagi. Ada sebuah bangunan besar yang berdiri di tengah-tengah kota. Bangunan yang dikelilingi tembok besar dan di atas gerbang masuknya bertuliskan akademi Biru. Pada halaman akademi, sudah berkumpul puluhan anak-anak berusia 7 tahun. Mereka menghadap ke arah suatu altar batu, berbentuk lingkaran seperti panggung, dengan dipenuhi oleh ukiran sajak. Di atasnya telah ada seorang pria paruh baya dan seorang anak kecil.
"Bintang 5? Jenius terbaik!"
"Tidak aku sangka, ada jenius sepertinya satu angkatan dengan kita!"
Mereka mengagumi Aura yang muncul di belakang pundak anak itu, diiringi oleh cahaya yang menyalakan sajak pada altar. Setelah 5 bintang, cahaya keemasan melambat membentuk bintang ke 6 dan masih saja menyala hingga akhirnya bintang ke 7.
"Berhasil memadatkan 7 bintang pada usia 7 tahun, keluarga Beton selalu saja mengejutkan!" seru pria paruh baya yang melakukan pengujian, hal itu diikuti oleh tepuk tangan dan sorakan anak-anak lainnya.
"Hahaha hebat!" Akara ikut kagum dan berdiri, menenteng dua pedang kayu yang segera ia letakkan di belakang punggungnya. Anak ini lalu perlahan maju saat anak dari keluarga Beton mulai turun.
"Dam Beton! Nomorku lebih tinggi darimu, jadi bintangku juga!" seru Akara ketika berpapasan dengan anak yang melakukan pengujian sebelumnya.
"Mana bisa!" seru Dam Beton dengan geram, seraya mengepalkan tangannya.
"Tentu bisa! Hahaha." Akara langsung berlari menuju altar dan pemadatan aura ranahnya dimulai. Saat pria penguji mengulurkan tangannya, mulailah menyala ukiran sajak pada altar batu. Para anak-anak sedikit terkejut, namun segera kagum saat melihat cahaya pada altar. Cahaya pada ukiran cahaya semakin terang, diiringi oleh raut muka penasaran anak-anak di sana. Akan tetapi, tiba-tiba saja semua cahaya itu padam seketika, bersamaan dengan padamnya ekspektasi mereka.
"Apa yang terjadi!?"
"Tidak muncul bintang sama sekali? Apa seburuk itu bakatnya?"
"Apa dia memang tidak memiliki bakat sama sekali?"
Semua anak menjadi bingung sekaligus panik, begitu juga sang penguji. Akan tetapi, Akara malah mengetuk-ngetuk altar menggunakan pedang kayu miliknya.
"Paman, benda ini tidak kuat menampung kekuatanku!" serunya kepada pria paruh baya yang melakukan pengujian.
"Ganti benda yang lainnya!" lanjutnya.
"Altar ini sudah ada dari ratusan tahun yang lalu, tidak mungkin rusak begitu saja," ujar pria penguji sambil mengamati sajak yang terukir pada altar.
"Karena sudah tua itu jadi rusak." Akara seakan tidak terjadi apa-apa, ia masih saja tenang, kini anak itu malah duduk bersila di atas altar.
"Bocah, kau turunlah terlebih dahulu!" Pria penguji mengusir Akara untuk turun, lalu memanggil peserta selanjutnya.
"Nomor urut selanjutnya!"
Akara segera turun, bersamaan dengan naiknya anak selanjutnya. Dengan santainya Akara duduk di tangga dan membelakangi altar pengujian.
"4 bintang energi! Lulus!" suara pria penguji kembali terdengar dan Akara langsung berdiri lagi dan melompat ke atas altar.
"Aku lagi!" teriaknya kepada pria penguji.
Sang Raja penguasa benua Danirmala yang bernama Alfina bereinkarnasi kembali untuk yang kedua kalinya di dunia lain. Peperangan melawan Demon Lord terkuat membuat Al harus mengorbankan ingatan bahkan nyawanya agar bisa melindungi Ratu dan rakyatnya. Bagaimana perjalanan Al di Reinkarnasi keduanya yang hanya memiliki ingatan sampai masa SMA nya? Ikuti perjalanan Al hanya di *Reinkarnasi Ke-dua di Dunia Lain* Baca juga "Penguasa Dewa Naga' di toko sebelah
Dimasa lalu dia tidak jadi menikah dengan kekasihnya karena jebakan seorang perempuan yang adalah teman baiknya hingga dia harus terjebak pernikahan yang tidak dia inginkan, dimasa kini siapa sangka dia bertemu dengan gadis yang mirip dengan mantan kekasihnya, tanpa sengaja terlibat skandal one night stand dan tanpa di duga rupanya itu adalah putri mantan kekasihnya. bagaimana kelanjutan hubungan mereka? apakah restu akan mereka kantongi untuk menuju ke jenjang yang lebih serius?
Warning!!! Khusus 18+++ Di bawah 18+++ alangkah baiknya jangan dicoba-coba.
Menikahi single mom yang memiliki satu anak perempuan, membuat Steiner Limson harus bisa menyayangi dan mencintai bukan hanya wanita yang dia nikahi melainkan anak tirinya juga. Tetapi pernikahan itu rupanya tidak berjalan mulus, membuat Steiner justru jatuh cinta terhadap anak tirinya.
Kemudian Andre membuka atasannya memperlihatkan dada-nya yang bidang, nafasku makin memburu. Kuraba dada-nya itu dari atas sampah kebawah melawati perut, dah sampailah di selangkangannya. Sambil kuraba dan remas gemas selangkangannya “Ini yang bikin tante tadi penasaran sejak di toko Albert”. “Ini menjadi milik-mu malam ini, atau bahkan seterusnya kalau tante mau” “Buka ya sayang, tante pengen lihat punya-mu” pintuku memelas. Yang ada dia membuka celananya secara perlahan untuk menggodaku. Tak sabar aku pun jongkok membantunya biar cepat. Sekarang kepalaku sejajar dengan pinggangnya, “Hehehe gak sabar banget nih tan?” ejeknya kepadaku. Tak kupedulikan itu, yang hanya ada di dalam kepalaku adalah penis-nya yang telah membuat penasaran seharian ini. *Srettttt……
Kulihat ada sebuah kamera dengan tripod yang lumayan tinggi di samping meja tulis Mamih. Ada satu set sofa putih di sebelah kananku. Ada pula pintu lain yang tertutup, entah ruangan apa di belakang pintu itu. "Umurmu berapa ?" tanya Mamih "Sembilanbelas, " sahutku. "Sudah punya pengalaman dalam sex ?" tanyanya dengan tatapan menyelidik. "Punya tapi belum banyak Bu, eh Mam ... " "Dengan perempuan nakal ?" "Bukan. Saya belum pernah menyentuh pelacur Mam. " "Lalu pengalamanmu yang belum banyak itu dengan siapa ?" "Dengan ... dengan saudara sepupu, " sahutku jujur. Mamih mengangguk - angguk sambil tersenyum. "Kamu benar - benar berniat untuk menjadi pemuas ?" "Iya, saya berminat. " "Apa yang mendorongmu ingin menjadi pemuas ?" "Pertama karena saya butuh uang. " "Kedua ?" "Kedua, karena ingin mencari pengalaman sebanyak mungkin dalam soal sex. " "Sebenarnya kamu lebih tampan daripada Danke. Kurasa kamu bakal banyak penggemar nanti. Tapi kamu harus terlatih untuk memuaskan birahi perempuan yang rata - rata di atas tigapuluh tahun sampai limapuluh tahunan. " "Saya siap Mam. " "Coba kamu berdiri dan perlihatkan punyamu seperti apa. " Sesuai dengan petunjuk Danke, aku tak boleh menolak pada apa pun yang Mamih perintahkan. Kuturunkan ritsleting celana jeansku. Lalu kuturunkan celana jeans dan celana dalamku sampai paha.