yang mulai tenang kembali. Tidak lama kemudian anak itu muncul
, padahal jelas-jelas anak itu
abnya dengan berteriak samb
Siapa
suara lebih tenang, namun
ik," ujar wanita bertopeng sambil menu
Topeng jelek begitu," ujar Akara sambil
can
el
uek, ternyata berperilaku sangat menyebal
epat menarik topengnya: "Jele..?" Ia t
s merah muda, lalu senyuman manis di bibir merah mudanya. Rambut hitam panjangnya yang lurus, terlihat begitu kontras dengan ku
eriaknya sambil
begitu lembut. Ia berusaha berdiri, lalu mengulurkan tangan kanan
listrik berwarna merah muda di sekujur tubuhnya,
kepergiannya, lalu meraih kedua bilah
namun kemudian menyadari sesua
mengamati bilahnya, lalu mengayun
ngan pedang yang diberikan gadis bertopeng, ka
ang ke rumahnya. Rumah kecil di pinggiran kota, tepat di sampin
maksakan diri untuk tersenyum beberapa kali. Setelah dirinya
g!" teriaknya sa
u makan!" seru mamanya yang
a kemudian makan
na merah alami, lalu matanya yang lebar dengan tatapan tajam. Rambutnya hitam, dipotong pendek di atas bahu yang terlihat begitu kontras dengan warna kulitnya. Kaos pendek yang
dengan riang, seolah-ol
rusak, jadi besok di
istirahat," ujar mamanya sambil menaru
angan. dalam pandangannya, dua bilah pedang kayu tadi diselimuti oleh kilatan listrik berwarna me
nya sambil tertawa kecil, lal
.
selan
id akademi. Akan tetapi, dengan penuh percaya diri, ia menenteng kedua bilah pedang kayu miliknya. Anak kec
ya." Seorang anak laki-laki seumurannya menunjuk ke arahnya, me
terhenti dari sudut pandang anak kecil itu. Semua tatapan mat
kini terdengar suara tawa, dan bis
idup apa yang akan ia ja
hidupnya tid
dirkan sebagai samp
n berjalan kembali, namun ada sekelompok siswa yang menghalangi jalannya. Mereka berlima, empat orang laki-la
laki yang bernama Cor Beton, tuan m
lak tawa ketiga temannya, sedangkan Kana yan
ter Aura ter
ut ingin me
pedang kayunya di udara, lalu mendarat
gg
kg
uat Cor Beton terdorong ke belakang