hnya karena ia begitu senang bisa bertemu dengan pak sutradara, Panji. Dia sangat mengagumi pria t
am. Dia juga memakai bando pink dengan hiasan kupu-kupu kecil sebagai pemanis. Ia memakai baju yang ketat dan bertangan panjang, dengan bagian ujungnya ber
kamarnya. Ia memberikan minuman perasan jeruk lemon yang han
mbereskan pakaian dan juga tas yang akan dibawa Kania ke lokasi syuting, pad
nia yang sudah meneguk
m mobil. Didit sudah ada di sana." Kata In
rnya bisa bertemu dengan Panji. Dan sekarang bisa leb
ania teringat sesuatu. "Bukankah saat audisi pem
ng. Aku hanya mengintipnya sesekali dari balik pintu.
Sini mama peluk!" Kata Kania
ia melihat notif apa itu. Ia pun melepaskan pelukannya
es. "Sejak kapan kamu mengantongi h
memperlihatkan instagramnya kepada Inces. "Bisaka
ungkin. Aku sudah mencobanya
agi. Aku bisa merasakan perasaan yang da
uga bisa menggambarnya, cong! Sudahla
sa lihat langsung crush
ah, ayo
ang kelihatannya lezat. Dengan sigap, Inces mengambil kue itu dan memastikan Kania tidak mengambilnya l
pa itu?" T
geranku."
gga teriakan mereka bergema di da
ngeranku. Kita kan b
h perhatian sama pangeranmu dibandingkan aku. D
Cinta metong tak pe
da saj
. Mana bisa makan maka
ania dan menyiapkan barangnya. Ia malah sibuk mencari
u, ia bisa ketahuan. Jari tangannya naik ke a
duduk. Dia masuk ke ruangan itu tanpa ada staf yang tahu. Dia meletakkan kue itu di atas mejanya
ik dan terpental balik. Ternyata Panji berada di belakangn
Tanyanya dengan lantang,
nnya sambil mengangguk-anggukkan kepalanya dan memicingkan matanya berkali-kali untuk menunjukkan kesungguha
yang langsung kelua
kejadian tersebut. Dia be
terlihat kesal. "Aku harus memba
ata Inces meli
eringat. Seperti di
nia harus menoleh untuk melihat asal dari suara itu. Mereka
nggil jika dibutuhkan!" Kata Panji yang membuat semua orang kaget. Sebelumnya dia tidak pernah berkata seperti itu. Memang dia tidak suka kepada mereka yang bertingkah laku seperti cewek tulen. Tapi, kali ini dia melakukan hal yang sangat k
a. Kania yang mendengar itu samar-samar menegaskan apa
pergi dengan menunduk. Ia harus melewati Panji yang berdiri di tengah ruangan. Ia
berjalan lurus dengan
tis menyamperi Inces. "Kenapose
mnya seperti in
n dia lagi sensi aja." Jawab Asmiranda. Mereka pun menunggu di
ggi. Kalau tidak, tak cipok diana!" Uca
memutar untuk melihat ruangan Panji. Di depan ruangan itu ada tong sampah kecil untuk sampah yan
il kue tersebut, tapi tubuhnya sudah terasa lemah. "Tega sekali." Ka
umah nya. Mereka meneguk susu coklat hangat lalu saling menatap
menyala. Tak ada suara di ruangan itu s
ata Kania kepada Inces sambil menghanga
ILA!" Teriak In
utup mulutnya dengan cepat sebelum sua
mengusir seluruh staf yang seperti
bahwa kamu menyukai paksut?" Ucap Kania dengan cepa
g menabok kep