Kania berupaya mencari cinta sejatinya. Ia sadar bahwa ia tidak pernah merasakan bagaimana rasanya jatuh cinta yang sesungguhnya. Hingga suatu ketika ia mendapatkan seorang pria yang tidak se-level dengannya. Kania adalah seorang artis muda yang berbakat. Dia sedang berada di puncak karir -nya yang tertinggi. Tapi, dia jatuh cinta dengan seorang pria yang mengerjakan apapun agar bisa makan. Karir -nya hancur dan dia mendapatkan tawaran menjadi seorang gundik CEO tampan. Dia terpaksa menikahi CEO tersebut dan hidup dengan orang yang paling dibencinya di dunia ini. Kania pun melarikan diri hingga akhirnya dia berada di antara hidup dan mati. Apa itu? Bobon Takarungkarung adalah teman dan juga manager Kania. Nama panggilannya adalah Bobon. Tapi, sayangnya, magic moment yang didapatnya bukanlah kepada seorang wanita yang dia cintai, melainkan kepada seorang sutradara yang sudah memiliki istri. Apakah hidup normal bisa dia jalankan di dunia ini?
Rumah Kania dipenuhi dengan keributan. Suara itu berasal dari televisi berukuran 50 inch yang ditempatkan di ruang tamunya. Setiap sudut rumahnya pun sangat bising sehingga mengganggu dirinya yang sedang beristirahat. Suara dari televisi itu sengaja dibuat paling besar oleh besty -nya, sekaligus managernya. Nama aslinya adalah Bobon Takarungkarung atau biasa dipanggil dengan nama Inces. Ia memakai wig hitam panjang dan berponi, dengan style korea. Tak lupa juga dandanan nyentrik -nya akan lebih cemerlang dengan kacamata hitam berbingkai merah.
Ia bertepuk tangan dan bersorak, seraya pembawa acara tersebut menyebutkan nama Kania.
Suara host pria mulai terdengar. "Kembali lagi bersama kami GO-PARIS, Gosip para artis! Pagi ini ada kabar bahagia dari artis Kania Harlow."
Host pria melempar kepada rekannya agar berbicara.
"Yak, benar sekali. Kali ini Neewu Entertainment telah mengumumkan pemain utama dalam film Magic Moment yang diadaptasi oleh novel yang ditulis oleh Anggita Wirananda. Pemain wanita sebagai tokoh utama tersebut akan diperankan oleh Kania Harlow. Tanggapan para fans sangat luar biasa. Ada banyak surat yang diberikan kepada Neewu Entertainment dan juga ucapan terima kasih yang di post di tiktok, facebook dan instagram. Semua orang tampaknya menunggu-nunggu film ini ya, Roger."
"Benar sekali, Rini! Kania ini bukan hanya cantik dan seksi. Tapi juga pintar, berbakat dan juga pastinya baik hati. Semua film yang dibintangi oleh Kania, pasti laku dipasaran. Mulai dari film Bambu Runcing, Telinga yang Tidak Dipasang, Kembang desa, Cinta Segi Empat, dan banyak lagi film dan series yang dibintanginya yang larisnya bukan main dipasaran."
"Bukan hanya itu Roger, Kania ini telah dinobatkan sebagai artis terbaik dan termahal se-Indonesia! Wow! Penghargaan itu didapatnya dalam acara Malam Anugerah Piala Citra Festival Film Indonesia (FFI) yang diselenggarakan minggu lalu. Kami tentu dengan senang hati mengucapkan selamat kepada Kania." Kata pembawa acara yang bernama Rini. Ia sambil bertepuk tangan menyambut ucapannya.
"Kita sangat bangga ya dengan pencapaian Kania ini. Masih muda, cantik, berbakat lagi. Mari kita simak, bagaimana tanggapan Kania dengan popularitasnya!" Ucap Roger dan sebuah video dimainkan. Wajah Kania muncul di televisi menceritakan tentang wawancara -nya dengan seorang reporter.
"Saya berterima kasih sekali dengan Entertainment dan juga Anggita yang telah mempercayakan saya sebagai bagian dari film Magic Moment ini. Saya juga tidak percaya dengan tanggapan para Fans yang membuat saya terharu. Saya cinta kalian! Muach!" Kata Kania melemparkan kiss kepada sekitarnya.
"Apakah sudah ada peran prianya?" Tanya reporter.
"Oh, untuk peran pria itu belum ada, masih dalam proses seleksi. Ditunggu saja kabar selanjutnya!"
"Apakah anda akan ikut dalam penyeleksian peran pria -nya?
"Saya belum mendapat kabar tentang itu. Saya baru tahu bahwa saya dipilih sebagai peran utama wanita dalam projek ini." Jelas Kania.
Kania keluar dari kamarnya saat Inces sedang sibuk dengan drama pagi yang menyebalkan di depan televisi. Matanya kesana kemari mencari remote TV.
"Bobon!!" Teriak Kania dengan kesal sambil menghentakkan kakinya. "Ihhhhhh!" Katanya dengan geram. Ia telah mengganggu tidurnya.
"Kau sudah bangun tuan putri? Panggil eike Inces, no Bobon!" Ucap Inces, sang manager dengen girly -nya. Jari telunjuknya seperti jarum jam yang kesana kemari. Begitu gemulai.
"Kau selalu membuat drama! Hidupku sudah dipenuhi drama! Kenapa pagi ini, di hari aku off aku harus melihat drama lagi?" Kata Kania yang menuju sofa dan mengambil bantal menutupi celana pendeknya.
Inces mendekatinya.
"Ini.. lihat!" tunjuk Inces ke arah televisinya. "Lihatlah dirimu! Kau telah ditetapkan sebagai pemeran utama dalam film Magic Moment. Kau tidak senang dengan itu?" Setelah jarinya yang gemulai menari, kini giliran kepalanya yang bergerak ke kanan dan kiri seraya mengikuti tekanan suaranya. "Aku bangga padamu princess!" Lalu ia senyum sumringah.
"Bukannya kau yang princess?"
"Oh benar. Kau itu tuan putri. Eke serong alias salah! hihi.."
"Kenapa harus menguatkan volumenya sebesar ini? Suara televisi ini sudah mengisi seluruh rumah. Tetangga mungkin dengar suara televisi mu." Kata Kania lalu mengambil remote dan mengecilkan suara televisi.
Inces tidak peduli dengan apa yang dikatakan Kania. Ia melihat ke arah televisi dengan tangan di dagunya dan kepala miring ke kanan dan kiri.
"Lihatlah wajahmu yang cantik itu. Cantik, tinggi, putih, bertalenta dan juga pintar. Wow! Aku sangat senang dengan pencapaianmu ini! Hahahahahaha!" Kata Inces dengan tawa seperti nenek lampir.
"Kau kenapa pagi ini? Mengapa begitu bersemangat? Pasti kau senang dengan proyek ini karena kau bisa dekat dengan pak sutradara kita yang ganteng kan? Ihh.. cewek mesum Anda memang!" Ucap Kania.
"Ahhh.. apa kelihatan dari wajahku?" Katanya dengan wajah tidak bersalah, seperti seorang yang dijadikan tersangka tanpa bukti.
"Jangan berani-berani menggodanya! Dia sudah punya istri!" Ucap Kania sambil menunjuk-nunjuk Inces.
"Benarkah? Pak sutradara punya istri?"
Kania menggelengkan kepalanya. Dia tidak bisa berkata apa-apa lagi. Ia menepuk jidatnya. "Kau ini! Jangan gara-gara dirimu, pria itu bercerai dengan istrinya!"
"Bukan urusanku! Hahahah!" Kata Inces dengan tawa seperti nenek yang kesetanan.
"Jahatnya lah si lekong ini!"
"Eike gak lekong. Eike bencesss!" Kata Inces dengan muncung panjang yang dibuat lama bertahan.
Kania menghela napas. Ia tidak ingin membicarakan itu lagi. Ia mengambil naskah di depan meja dan melihat sampulnya. Ada namanya di depan skrip tersebut.
"Darimana skrip ini?" Ucapnya yang kebingungan, membolak balikkan naskah itu. Semalam ia tidak melihat ada skrip di meja.
"Aku yang bawa skrip itu. Semalam aku bertemu dengan Author Anggita."
"Kau tidak tidur disini kemarin?"
"Tidak! Aku pulang ke rumah karena sudah kemalaman untuk datang kesini. Jarak rumahku lebih dekat soalnya. Makanya aku antar buku itu pagi ini. Jadinya, aku datang cepat biar bisa lihat berita kamu di televisi pagi ini. Susan yang beritahu bahwa kamu masuk hot news." Kata Inces sambil mengecek handphone -nya. Susan adalah produser dari Go-paris tersebut.
Kania bingung. Semalam ia mendengar suara siulan dan juga ada suara seseorang yang sedang makan mie instan yang masih panas. Ia beranjak ke dapur dan melihat apakah dugaannya salah. Ia melihat kompor gas, semuanya bersih. Ia melihat stok mie gelasnya dan juga indomie, tidak ada yang kurang. Ia mencoba menghitung, tapi tidak yakin apakah memang sebanyak itu sebelumnya. Jika hanya berkurang satu, itu tidak akan ketahuan karena ia tidak menyusunnya dengan rapi.
Ia melihat sampah. Ia melihat ada bungkus indomie kuah rasa soto. Lalu ia berteriak hingga Inces berteriak bersamanya. Inces melempar tabletnya ke sofa dan berlari mendapatkannya.
"Kau kenapa? Mengapa berteriak begini? Tablet ku hampir jatuh karena teriakan kerasmu." Tanya Inces dengan keras dan juga kesal.
"Lihat ada bungkus Indomie. Kamu makan Indomie diam-diam? Disini ada bungkus indomie kuah. Selebihnya itu Indomie goreng. Kalau yang Indomie goreng, itu milikku. Tapi, kalau Indomie kuah, minggu ini aku tidak ada makan!" Kata Kania.
Inces melihat ke tong sampah. Ada banyak bungkus Indomie di sana. Ia langsung naik pitam melihat Kania.
"Jadi selama ini kau diam-diam makan Indomie? Pengakuan yang bagus!" Inces tampak akan meledak. "Heiii.. hei.. hei... tuan putri. Anda membohongi saya ya! Anda ternyata diam-diam makan In-DO-MIEE!" Kata Inces lagi dengan keras hingga air liurnya keluar dan melekat di wajah Kania.
"IUHHH!" Ucap Kania yang mengusap air liur yang menempel di wajahnya. 'Untung dia sudah di vaksin!' Kata Kania sebatas isyarat bibir.
Ia telah dilarang untuk tidak memakan Indomie lagi. Tapi, ternyata, dia masih saja melakukannya. Inilah yang membuat Inces sangat kesal. Kania tidak tahu harus menjelaskannya bagaimana. Sebenarnya ia ingin menjelaskan bahwa ada seseorang yang masuk ke rumahnya selain Inces tadi malam dan memasak Indomie sambil bersiul.
Dia masih mencoba menjelaskan. "Bukan... bukan..." Ucapnya dengan tangan melambai-lambai. "Yang ada di tong sampah itu bukan Indomie milikku semua. Ada satu bungkus yang bukan milikku!" Kata Kania lagi. Tapi, Inces tidak peduli. Sepertinya telinganya tertutup.
Inces membolangkan matanya. Ia mengangguk dan jiwa pria perkasanya langsung muncul. Jika dia dijadikan dewa, mungkin wajahnya mirip dengan dewa Olimpus yang sedang marah.
Kania memelas dengan lembut. "Maaf!"
"Kau tidak bisa menyembunyikan apapun dariku. Aku tahu itu. Karena kau telah memasukkan ribuan kalori ke tubuhmu, maka waktu gym mu aku tambah." Ia pergi ke sofa untuk mengambil tablet samsung tab S7 plus -nya di dalam tas dan mencopot pena -nya. Ia membuka catatan dan mengatur kembali jadwal Kania.
"Senin, rabu, kamis jam 5 hingga jam 8 malam. Semua acara menonton televisi dan hangout dikurangi! Tidak ada pertemuan di cafe dan club." Kata Inces seperti seorang guru yang sedang memberikan nilai kepada muridnya.
Kania berlari menuju Inces. Ia memohon kepadanya agar tidak membuat jadwal seperti itu.
"Inces.. please! Aku tidak banyak makan Indomie!" Katanya.
"Apa perlu kita hitung? Satu bungkus Indomie itu 300 kalori. Kita akan kalikan dengan Indomie yang telah kamu makan!" Kata Inces dengan pelototan terdahsyat yang bisa mengimbangi pelototan orang tuanya.
Kania tidak bisa berbuat apa-apa. Sepertinya dia sudah salah langkah. Ia mengingat kejadian semalam, dan merasa sangat menyesal karena tidak langsung membuang sampah Indomie -nya.
Siapa yang tak sangka kalau pria yang kita cintai adalah anak dari keluarga yang menyebabkan orang tua kita meninggal? Aku tak menyangka dan aku juga ingin melupakannya. Tapi rasanya itu berat bagiku. Semua rasa bersalah mereka telah mereka bayar diam-diam dengan memberikan sejumlah uang dari aku kecil hingga aku masuk ke perguruan tinggi. Begitu licik! Apakah sekarang aku harus pergi darinya dan meninggalkannya begitu saja? Ya, aku memang melakukannya. Tapi siapa sangka kami akhirnya bertemu lagi.
Cerita tentang kehidupan di kota kecil, walau tak terlalu jauh dari kota besar. Ini juga cerita tentang Kino, seorang pria yang menjalani masa remaja, menembus gerbang keperjakaannya, dan akhirnya tumbuh sebagai lelaki matang. Pada masa awal inilah, seksualitas dan sensualitas terbentuk. Dengan begitu, ini pula kisah tentang the coming of age yang kadang-kadang melodramatik. Kino tergolong pemuda biasa seperti kita-kita semua. Apa yang dialaminya merupakan kejadian biasa, dan bisa terjadi pada siapa saja, karena merupakan kelumrahan belaka. Tetapi, kita tahu ada banyak kelumrahan yang kita sembunyikan dengan seksama. Namun Kino mempunyai hal yang menarik yang dalam cerita ini lebih menarik dari cerita fenomenal lainnya.
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Aku, Rina, seorang wanita 30 Tahun yang berjuang menghadapi kesepian dalam pernikahan jarak jauh. Suamiku bekerja di kapal pesiar, meninggalkanku untuk sementara tinggal bersama kakakku dan keponakanku, Aldi, yang telah tumbuh menjadi remaja 17 tahun. Kehadiranku di rumah kakakku awalnya membawa harapan untuk menemukan ketenangan, namun perlahan berubah menjadi mimpi buruk yang menghantui setiap langkahku. Aldi, keponakanku yang dulu polos, kini memiliki perasaan yang lebih dari sekadar hubungan keluarga. Perasaan itu berkembang menjadi pelampiasan hasrat yang memaksaku dalam situasi yang tak pernah kubayangkan. Di antara rasa bersalah dan penyesalan, aku terjebak dalam perang batin yang terus mencengkeramku. Bayang-bayang kenikmatan dan dosa menghantui setiap malam, membuatku bertanya-tanya bagaimana aku bisa melanjutkan hidup dengan beban ini. Kakakku, yang tidak menyadari apa yang terjadi di balik pintu tertutup, tetap percaya bahwa segala sesuatu berjalan baik di rumahnya. Kepercayaannya yang besar terhadap Aldi dan cintanya padaku membuatnya buta terhadap konflik dan ketegangan yang sebenarnya terjadi. Setiap kali dia pergi, meninggalkan aku dan Aldi sendirian, ketakutan dan kebingungan semakin menguasai diriku. Di tengah ketegangan ini, aku mencoba berbicara dengan Aldi, berharap bisa menghentikan siklus yang mengerikan ini. Namun, perasaan bingung dan nafsu yang tak terkendali membuat Aldi semakin sulit dikendalikan. Setiap malam adalah perjuangan untuk tetap kuat dan mempertahankan batasan yang semakin tipis. Kisah ini adalah tentang perjuanganku mencari ketenangan di tengah badai emosi dan cinta terlarang. Dalam setiap langkahku, aku berusaha menemukan jalan keluar dari jerat yang mencengkeram hatiku. Akankah aku berhasil menghentikan pelampiasan keponakanku dan kembali menemukan kedamaian dalam hidupku? Atau akankah aku terus terjebak dalam bayang-bayang kesepian dan penyesalan yang tak kunjung usai?
"Jang, kamu sudah gak sabar ya?." tanya Mbak Wati setelah mantra selesai kami ucapkan dan melihat mataku yang tidak berkedip. Mbak Wati tiba tiba mendorongku jatuh terlentang. Jantungku berdegup sangat kencang, inilah saat yang aku tunggu, detik detik keperjakaanku menjadi tumbal Ritual di Gunung Keramat. Tumbal yang tidak akan pernah kusesali. Tumbal kenikmatan yang akan membuka pintu surga dunia. Mbak Wati tersenyum menggodaku yang sangat tegang menanti apa yang akan dilakukannya. Seperti seorang wanita nakal, Mbak Wati merangkak di atas tubuhku...
MAMPIR KE KARYA KEDUA AKU YA, JUDUL: HANYA MENJADI WANITA PENGGANTI *** Mahendra Atmaja, duda anak satu yang usianya sudah 48 tahun. Mahendra menduda sejak usia putranya 1 tahun. Selama 21 tahun Mahendra begitu setianya menunggu mantan istrinya kembali. Namun, kesetiannya diuji ketika sahabatnya menjebak dirinya dalam satu kamar hotel bersama dengan gadis usianya masih 21 tahun. Gadis cantik itu bernama Mauren, karena membutuhkan biaya pengobatan sang Adik, gadis itu menerima tawaran Tuan Jian (Sahabat Mahendra) untuk menggoda dan merayu sang duda tersebut. Selain itu, Mauren harus bisa membuat laki-laki yang pantas menjadi ayahnya itu bisa jatuh cinta padanya. Berhasilkah gadis itu meluluhkan hati Duda tersebut?
Seto lalu merebahkan tubuh Anissa, melumat habis puting payudara istrinya yang kian mengeras dan memberikan gigitan-gigitan kecil. Perlahan, jilatannya berangsur turun ke puser, perut hingga ke kelubang kenikmatan Anissa yang berambut super lebat. Malam itu, disebuah daerah yang terletak dipinggir kota. sepasang suami istri sedang asyik melakukan kebiasaan paginya. Dikala pasangan lain sedang seru-serunya beristirahat dan terbuai mimpi, pasangan ini malah sengaja memotong waktu tidurnya, hanya untuk melampiaskan nafsu birahinya dipagi hari. Mungkin karena sudah terbiasa, mereka sama sekali tak menghiraukan dinginnya udara malam itu. tujuan mereka hanya satu, ingin saling melampiaskan nafsu birahi mereka secepat mungkin, sebanyak mungkin, dan senikmat mungkin.
Zara adalah wanita dengan pesona luar biasa yang menyimpan hasrat membara di balik kecantikannya. Sebagai istri yang terperangkap dalam gelora gairah yang tak tertahankan, Zara terseret ke dalam pusaran hubungan terlarang yang menggoda dan penuh rahasia. Dimulai dengan Pak Haris, bos suaminya yang memikat, kemudian berlanjut ke Dr. Zein yang berkarisma. Setiap perselingkuhan menambah bara dalam kehidupan Zara yang sudah menyala dengan keinginan. Pertemuan-pertemuan memabukkan ini membawa Zara ke dalam dunia di mana batas moral menjadi kabur dan kesetiaan hanya sekadar kata tanpa makna. Ketegangan antara kehidupannya yang tersembunyi dan perasaan bersalah yang menghantuinya membuat Zara merenung tentang harga yang harus dibayar untuk memenuhi hasratnya yang tak terbendung. Akankah Zara mampu menguasai dorongan naluriahnya, atau akankah dia terus terjerat dalam jaring keinginan yang bisa menghancurkan segalanya?