Edwin Yogaswara tak menyangka akan dinikahkan dengan paksa oleh lelaki bernama Gunadi dan disuruh menikahi putrinya. Yang lebih mengejutkan lagi, istrinya yang bernama Melati Anastasia itu ternyata selain sombong, angkuh, juga tengah berbadan dua alias hamil lima bulan. Kenyataan itu membuat Edwin syok, dan marah karena selain merasa di paksa juga merasa di tipu mentah-mentah. Bagaimana lika-liku perjalanan kisah rumah tangga mereka? Akankah tumbuh cinta diantara keduanya? Ataukah mereka akan berakhir begitu saja, dengan keegoisan masing-masing? Baca sekarang juga.
Bab 1
Edwin hanya bisa diam dan menurut saat empat laki-laki itu menyeretnya. Dia merasa tubuhnya lemas tak bertenaga pun dia merasa jika tubuhnya seolah melayang. Kakinya serasa tidak berpijak pada tanah.
"Tolong berhenti," ujar Edwin lirih, tetapi tak dihiraukan oleh empat orang lelaki itu.
"Diam dan jangan banyak bicara!" bentak salah seorang dari mereka.
Edwin yang mendengarnya terdiam. Ya, untuk saat ini dirinya lebih baik diam daripada tubuhnya dihajar habis-habisan oleh mereka. Dalam hati, Edwin berdecak. Tak tahukah mereka jika saat ini dirinya sangat lelah? Dia baru saja pulang dari perjalanan jauh, malah dibawa entah ke mana.
Edwin mengerutkan keningnya bingung, kala empat pria tadi membawanya menuju sebuah rumah yang dibagian depannya tampak mewah sekaligus ramai, seperti tengah ada sebuah pesta.
Edwin ditarik paksa hingga sampai di atas pelaminan. Di sana, seorang gadis duduk dengan wajah ditekuk. Dia masih tak mengerti dengan apa yang terjadi hingga saat tak sengaja mata keduanya bersitatap. Lama, mereka saling memandang, hingga Melati lebih dulu memutus pandangan dan beralih menatap ke arah lain. Sepersekian detik pula, wajah Melati berubah menjadi judes. Edwin yang pernah melihat gadis itu beberapa tahun lalu, hanya bisa menatap tak mengerti seperti orang bod*h.
"Apa lihat-lihat!" katanya dengan wajah kesal sambil berpaling muka. Edwin yang pada dasarnya seorang yang tak banyak hanya menghela nafas berat.
"Kalau nggak mau berada di sini, cepat pergi sebelum kamu dipaksa nikah." Edwin yang mendengarnya pun melengos. Beberapa saat hanya dihiasi keheningan, hingga pada akhirnya suara penghulu terdengar. Berseru karena akad nikah akan segera dilaksanakan.
"Apa kalian sudah siap?" Edwin hanya terdiam, sedangkan Melati seperti pura-pura tak mendengar apapun.
Edwin kembali diarahkan untuk duduk di kursi sebelah tempat yang gadis itu duduki. Di depannya sudah ada seorang laki-laki paruh baya yang Edwin tahu jika dia adalah ayah dari gadis yang berada di sampingnya.
"Baik, akad nikah akan segera dilaksanakan. Bagiamana kalian sudah siap?" tanya bapak penghulu sembari menatap Edwin.
Edwin yang ditatap pun hanya bisa mengangguk, menolak pun udah tidak bisa. Apalagi ketika di belakang sana, ibunya tengah berdiri dengan perasaan sedih. Ibu mana yang akan tenang melihat anaknya menikah secara paksa.
Apalagi Edwin datang ke desa itu untuk menjemput sang ibu agar kembali ke kota bersamanya, setelah wanita cinta pertamanya itu, menghabiskan waktu tiga tahun di desa demi mengenang suaminya yang kini telah tiada.
Tiga tahun yang lalu, Ernawati bersama dengan anak dan suaminya berniat untuk liburan di desa suaminya yang sudah sejak lama ditinggalkan olehnya. Naas saat dalam perjalanan, mobil mereka mengalami kecelakaan cukup parah hingga membuat suaminya-Amar meninggal dunia di tempat kejadian.
Sejak saat itu, Erna tak mau kembali ke kota dan memilih menenangkan dirinya di desa suaminya.
Sejenak, Edwin mengembuskan napasnya. Gugup menyapanya saat tangannya digenggam oleh laki-laki paruh baya yang berada di depannya. Setelahnya, ijab kabul dilaksanakan. Edwin sendiri cukup lancar saat mengucap kalimat kabul dengan satu tarikan napas.
Seketika seruan kata 'sah' menggema memenuhi ruangan. Kini Edwin dan Melati sudah sah menjadi sepasang suami-istri. Penghulu berdoa, dan diaminkan oleh seluruh tamu yang ada. Seusai itu, penghulu meminta keduanya untuk menandatangani surat-surat penting lainnya, setelah itu Melati diminta untuk mencium punggung tangan suaminya.
Melati menarik tangan Edwin dengan ogah-ogahan. Dalam hati, Melati menggerutu, kesal. Berbeda dengan Melati, Edwin merasakan ada sesuatu yang asing yang saat ini tengah dia rasakan. Sesuatu seolah sengatan listrik yang membuatnya tak karuan dan anehnya itu terjadi saat Melati, wanita yang telah menjadi istrinya itu mencium tangannya.
"Apa yang kupikirkan tentang gadis ini? Tidak! Tidak mungkin secepat ini!" ucap Edwin dalam hati. Batinnya menolak tapi pikirannya menerima dan menyimpulkan jika dia memang sentuhan Melati membuat debaran dadanya berdegup kencang.
Usai mencium tangan suaminya, Melati terkejut saat suaminya itu memberikan kecupan di keningnya. Melati melotot tak terima. Dia menggeram dalam hati ingin meluapkan amarahnya saat itu juga, tapi di tempat seperti ini yang mana sudah bisa dipastikan jika banyak tamu yang datang. Bisa-bisa dirinya mempermalukan dirinya sendiri dan juga keluarganya, terlebih ayahnya.
Edwin dan Melati digiring menuju pelaminan. Pelaminan yang dihias dengan begitu cantiknya, membuat sinar kebahagiaan begitu jelas terpancar. Meski sebenarnya, keduanya adalah sepasang anak adam yang tidak saling mengenal dan pastinya tidak saling mencintai. Mungkin, jika orang lain yang melihatnya, mereka adalah sepasang suami-istri yang begitu serasi. Edwin dengan wajah tampannya, serta Melati dengan wajah ayunya. Begitu serasi.
Para tamu berbaris dan berbondong-bondong untuk bersalaman dengan kedua pengantin baru itu. Tak lupa mereka juga memberikan ucapan selamat serta doa untuk keduanya. Mereka tersenyum manis dan membalas dengan ucapan terima kasih dengan terpaksa saat mendengar ucapan serta doa dari para tamu.
Pukul sebelas malam, rangkaian acara di pernikahan Edwin dan Melati sudah selesai. Keduanya langsung masuk ke dalam kamar untuk membersihkan diri dan mengistirahatkan tubuh, karena rangkaian acara yang begitu banyak membuat keduanya kelelahan. Apalagi Edwin yang baru saja pulang dari berpergian jauh.
Edwin masih berada di dalam kamar mandi untuk membersihkan diri, setelah tadi sempat menunggu orang yang dirinya mintai tolong untuk mengambil tas yang berisi keperluannya. Sementara itu, Melati duduk di meja riasnya. Membersihkan sisa-sisa make up yang menghiasi wajahnya. Melepas semua aksesoris yang terpasang di kepalanya. Tubuhnya sudah begitu lelah dan ingin segera beristirahat. Namun, tidak mungkin jika dia pergi tidur tanpa melepas aksesoris dan mengganti pakaiannya.
Tak lama, Edwin keluar dari kamar mandi dengan raut wajah segar. Rambutnya yang masih basah, dikeringkan dengan handuk kecil yang berada di tangannya.
"Kamu nggak mandi?" tanya Edwin. Dia mulai membuka percakapan, karena tidak ingin merasakan suasana canggung yang semakin mencekam.
'Bukan urusanmu, dasar pria aneh,' gerutu Melati dalam hati.
Edwin menatap Melati yang masih saja diam dan sepertinya tidak berniat untuk menjawab pertanyaan yang dirinya ajukan.
Tanpa kata, Melati masuk ke kamar mandi. Dia sudah lelah dan berniat untuk segera tidur setelah membersihkan tubuhnya yang lengket.
Dua puluh menit kemudian, Melati keluar dari kamar mandi dan sudah berganti pakaian dengan piyama panjang berwarna marun yang tampak longgar. Setelahnya dia segera naik ke tempat tidur yang mana di sana sudah ada Edwin yang tengah memainkan ponselnya. Melati pun segera mengisi tempat, tepat di samping Edwin. Lelaki yang sudah menjadi suaminya.
Edwin berdehem sebelum memulai percakapan, sedangkan Melati yang mendengarnya hanya mengernyit heran.
"Ada apa?" tanya Melati.
Edwin tak bicara, hanya saja baru kali ini dia satu ranjang dengan seorang wanita dan itu membuatnya tidak nyaman.
"Hei, siapa namamu? Kenapa kamu mau menikah denganku? Apa sebenarnya alasanmu?" tanya Melati tiba-tiba menatap wajah lelaki di sampingnya yang tampak tampan melebihi saat siang tadi mereka bertemu pertama kalinya.
Edwin yang mendapat pertanyaan tiba-tiba dari Melati sedikit terkejut. Namun dengan segera menyembunyikan kebingungannya. Edwin menatap wajah Melati yang ada di sampingnya, lalu berujar, "Lalu, aku harus bagaimana? Melawan dan berakhir dihajar oleh orang suruhan ayahmu itu? Kurasa kamu tahu akan hal itu tanpa harus kuceritakan lagi."
Edwin kembali merasa kesal saat mengingat hal itu. Di mana dirinya dipaksa oleh orang-orang suruhan Gunadi-ayah Melati. Mereka bahkan tak segan-segan menghajarnya jika dirinya memberontak. Rasa-rasanya, Edwin ingin balas memukul empat pria yang menyeretnya. Dia yang baru saja pulang dari berpergian tentu tidak akan mempunyai tenaga yang sama besar jika dibanding mereka.
Sementara itu, Melati yang mendengar jawaban Edwin tertawa. Tanpa Edwin menjelaskannya pun Melati tahu apa yang terjadi. Ayahnya adalah orang yang keras dan galak, tak heran jika Edwin tak akan mampu melawan anak buah ayahnya yang terkenal karena jago beladiri.
INI HANYA INSPIRASI. CATET YA! Pernikahan yang kujalani dengan suamiku tak seindah yang dipikirkan orang-orang. Lika-liku kehidupan sudah kujalani apalagi harus berulang kali memaklumi perselingkuhan Mas Raga dan wanita itu, hanya demi satu kata, buah hati. Tapi kata-kata dari pelakor itu seakan menamparku seolah aku wanita bodoh yang terus memaafkan sebuah pengkhianatan. Aku Nazeea Athaya, dan inilah kisahku.
Aku tidak masalah ibu datang berkunjung jika niatnya baik. Namun jika kedatangannya hanya untuk membuat perkara apalagi dengan memfitnahku, Maka maaf Bu, aku tidak bisa membiarkannya begitu saja. Baca novel kesekian saja di bakisah, happy reading!
Aisyah ditinggalkan oleh suaminya hanya karena kulitnya yang burik. Tanpa Andra tahu jika keadaan bisa berubah. Aisyah berubah dalam waktu sekejap dan itu membuat Andra menyesal telah membuangnya. Namun demikian mereka terlibat hubungan dimana mereka harus berpura-pura untuk baik-baik saja di depan kedua orang tua mereka.
Suami yang diam-diam tega membagi hati dan berselingkuh, bukan hanya harus diberi pelajaran, tapi juga harus ditinggalkan. Bagaimana cara Indira menghadapi Agung dan Zahra yang tak tahu malu. Simak kisah selengkapnya.
Christian Oliver adalah seorang CEO yang tampan, mapan, kaya dan juga terkenal karena kepiawaiannya dalam mengelola bisnis. Namun, hidup Christian sungguh menyedihkan. Di usianya yang akan menginjak usia 29 tahun, dirinya tidak diijinkan oleh Sang Ayah untuk berhubungan dengan wanita manapun.Alasannya karena dirinya sudah dinikahkan sejak remaja dengan Olivia, anak dari sahabat Sang Ayah. Masalahnya adalah, Olivia hingga saat ini masih belum ditemukan keberadaannya, walaupun Christian sudah mencarinya selama bertahun-tahun. Padahal tanpa Christ sadari, Olivia selalu berada dekat di sampingnya.
"Tanda tangani surat cerai dan keluar!" Leanna menikah untuk membayar utang, tetapi dia dikhianati oleh suaminya dan dikucilkan oleh mertuanya. Melihat usahanya sia-sia, dia setuju untuk bercerai dan mengklaim harta gono-gini yang menjadi haknya. Dengan banyak uang dari penyelesaian perceraian, Leanna menikmati kebebasan barunya. Gangguan terus-menerus dari simpanan mantan suaminya tidak pernah membuatnya takut. Dia mengambil kembali identitasnya sebagai peretas top, pembalap juara, profesor medis, dan desainer perhiasan terkenal. Kemudian seseorang menemukan rahasianya. Matthew tersenyum. "Maukah kamu memilikiku sebagai suamimu berikutnya?"
Selama tiga tahun yang sulit, Emilia berusaha untuk menjadi istri Brandon yang sempurna, tetapi kasih sayang pria itu tetap jauh. Ketika Brandon menuntut perceraian untuk wanita lain, Emilia menghilang, dan kemudian muncul kembali sebagai fantasi tertinggi pria itu. Menepis mantannya dengan seringai, dia menantang, "Tertarik dengan kolaborasi? Siapa kamu, sih?" Pria tidak ada gunanya, Emilia lebih menyukai kebebasan. Saat Brandon mengejarnya tanpa henti, dia menemukan banyak identitas rahasia Emilia: peretas top, koki, dokter, pemahat batu giok, pembalap bawah tanah ... Setiap wahyu meningkatkan kebingungan Brandon. Mengapa keahlian Emilia tampak tak terbatas? Pesan Emilia jelas: dia unggul dalam segala hal. Biarkan pengejaran berlanjut!
Sayup-sayup terdengar suara bu ustadzah, aku terkaget bu ustazah langsung membuka gamisnya terlihat beha dan cd hitam yang ia kenakan.. Aku benar-benar terpana seorang ustazah membuka gamisnya dihadapanku, aku tak bisa berkata-kata, kemudian beliau membuka kaitan behanya lepas lah gundukan gunung kemabr yang kira-kira ku taksir berukuran 36B nan indah.. Meski sudah menyusui anak tetap saja kencang dan tidak kendur gunung kemabar ustazah. Ketika ustadzah ingin membuka celana dalam yg ia gunakan….. Hari smakin hari aku semakin mengagumi sosok ustadzah ika.. Entah apa yang merasuki jiwaku, ustadzah ika semakin terlihat cantik dan menarik. Sering aku berhayal membayangkan tubuh molek dibalik gamis panjang hijab syar'i nan lebar ustadzah ika. Terkadang itu slalu mengganggu tidur malamku. Disaat aku tertidur…..
Seto lalu merebahkan tubuh Anissa, melumat habis puting payudara istrinya yang kian mengeras dan memberikan gigitan-gigitan kecil. Perlahan, jilatannya berangsur turun ke puser, perut hingga ke kelubang kenikmatan Anissa yang berambut super lebat. Malam itu, disebuah daerah yang terletak dipinggir kota. sepasang suami istri sedang asyik melakukan kebiasaan paginya. Dikala pasangan lain sedang seru-serunya beristirahat dan terbuai mimpi, pasangan ini malah sengaja memotong waktu tidurnya, hanya untuk melampiaskan nafsu birahinya dipagi hari. Mungkin karena sudah terbiasa, mereka sama sekali tak menghiraukan dinginnya udara malam itu. tujuan mereka hanya satu, ingin saling melampiaskan nafsu birahi mereka secepat mungkin, sebanyak mungkin, dan senikmat mungkin.
Setelah menyembunyikan identitas aslinya selama tiga tahun pernikahannya dengan Kristian, Arini telah berkomitmen sepenuh hati, hanya untuk mendapati dirinya diabaikan dan didorong ke arah perceraian. Karena kecewa, dia bertekad untuk menemukan kembali jati dirinya, seorang pembuat parfum berbakat, otak di balik badan intelijen terkenal, dan pewaris jaringan peretas rahasia. Sadar akan kesalahannya, Kristian mengungkapkan penyesalannya. "Aku tahu aku telah melakukan kesalahan. Tolong, beri aku kesempatan lagi." Namun, Kevin, seorang hartawan yang pernah mengalami cacat, berdiri dari kursi rodanya, meraih tangan Arini, dan mengejek dengan nada meremehkan, "Kamu pikir dia akan menerimamu kembali? Teruslah bermimpi."
Hidup itu indah, kalau belum indah berarti hidup belum berakhir. Begitu lah motto hidup yang Nayla jalani. Setiap kali ia mengalami kesulitan dalam hidupnya. Ia selalu mengingat motto hidupnya. Ia tahu, ia sangat yakin akan hal itu. Tak pernah ada keraguan sedikitpun dalam hatinya kalau kehidupan seseorang tidak akan berakhir dengan indah. Pasti akan indah. Hanya kedatangannya saja yang membedakan kehidupan dari masing – masing orang. Lama – lama Nayla merasa tidak kuat lagi. Tanpa disadari, ia pun ambruk diatas sofa panjang yang berada di ruang tamu rumahnya. Ia terbaring dalam posisi terlentang. Roti yang dipegangnya pun terjatuh ke lantai. Berikut juga hapenya yang untungnya cuma terjatuh diatas sofa panjangnya. Diam – diam, ditengah keadaan Nayla yang tertidur senyap. Terdapat sosok yang tersenyum saat melihat mangsanya telah tertidur persis seperti apa yang telah ia rencanakan. Sosok itu pelan – pelan mendekat sambil menatap keindahan tubuh Nayla dengan jarak yang begitu dekat. “Beristirahatlah sayang, pasti capek kan bekerja seharian ?” Ucapnya sambil menatap roti yang sedang Nayla pegang. Sosok itu kian mendekat, sosok itu lalu menyentuh dada Nayla untuk pertama kalinya menggunakan kedua tangannya. “Gilaaa kenyel banget… Emang gak ada yang bisa ngalahin susunya akhwat yang baru aja nikah” Ucapnya sambil meremas – remas dada Nayla. “Mmmpphhh” Desah Nayla dalam tidurnya yang mengejutkan sosok itu.