a
k berdaya. Pantas saja tenaganya kalah jauh jika dibandingkan
ung dan sedikit awkward bagi Edwin,
pun melakukan hal yang sama. Mengambil benda miliknya dan
ja resmi menjadi sepasang suami-istri itu tidak mem
erlalu menganggap
an seperti ini, karena dirinya adalah tip
gkit dari tidurnya dan duduk bersandar di kepala ranjang se
, baju tidur berbentuk piyama b
h terekspos sempurna. Di sampingnya, Edwin yang melihat kelakuan Melati ha
erada dalam satu ruangan bersama wanita asing yang
berurusan deng
a. Saat itu Edwin menyadari sesuatu. Sesuatu yang terlihat
ajah heran dan seksama, terutama pa
eh padanya,
at Edwin menatapnya tidak percaya. Dia be
r sampai uj
ta-katanya lagi. Laki-laki yang baru saja berstatus s
u baru pertama kali me
bak dalam pernikahan yang tidak sah ini." Edwin mengusap waj
g, jadi aku tak perlu lagi menjelaskannya padamu. T
a kamu sesantai ini, hm. Apa kamu tak mera
u menatap mata suaminya yang tajam. Namun
gi jika kamu mau. Lagipula acara pernikahannya su
i barunya itu syok berat dan membulatkan matanya yan
lau aku sedang hamil besar dan kamu tidak perlu heran karena ini adalah hal yang sudah biasa. Jadi tidak perlu kaget seperti itu
k merasa bersalah sama sekali, bahkan tanpa ragu memperlihatkan bentuk tubuhnya,
umayan cukup menari
meraih ponsel yang tergeletak di ujung ranjang. Sementara Melati hanya diam memperhatikan tingkah laku lelaki itu yan
anya saja, Melati patut berterima kasih pada ayahnya karena tak membuatnya malu di hari pernikahannya
berbalik sekilas menatap Melati yang ber
lagi," ujarnya pongah
gan wanita angkuh plus tak tahu diri. Ditambah ayahnya juga yang sama p
rena terkejut, saat dua orang lelaki yang juga menyeretnya ke pelami
k pergi. Ck, benar-benar picik." Edwin ber
ecunguk seperti kalian sangat kecil bagiku." Edwin menyingsingkan lengan baju
erasakan pukulan senjata kami." Dikeluarkannya ponsel dari saku lelaki
a dua orang lainnya tengah mengawasi i
saja malam panjangmu!" Mereka b
ug
ala
ncang, bahkan melati yang menonton di bela
!' gumam M
ini karena tak berdaya dan merasa dipermainkan oleh keluarga wanita itu,
encoba menerima Melati dan juga menerima pernikahan ini. Namun, pada kenyataannya pernikahan ini hanya dilakukan ole
nar-benar licik da
ah belakang dengan kasar. Dia b
acak-acakan itu pun berjalan gonta
dan memejamkan matanya. Saat ini bukan han
at di telinganya, Edwin sigap membuka
tu juga padamu. Kau mengerti maksudku?!" Edwin menatap tajam pada per
ak, lalu melempar
ya kamu memakai bantal untuk alas tidurmu. Lagipula
emakin kelihatan bentuk tubuhnya yang seperti huruf 'D' besar itu. Bodohny
u pun bingung harus mengambil keputusan seperti apa. Tapi, akan kupastikan
n wajah angkuhnya. Sementara Edwin merasa seperti memakan buah
a baru saja menikah, bahkan belum satu hari. Di sisi lain, dirinya juga tidak bisa bertahan dalam hubungan seperti ini. Ini sudah pasti merugikan dir
m hati. Dia benar-benar kalut, kesal, marah dan juga benc
ksa yang dilakukan. Namun, ternyata dibalik itu semua ada hal yang keluarga w
tanpa bisa memejamkan matanya. Padaha
h, menatap ke arah ranjang dimana Melati sudah terlelap dengan tenangnya
irkan masalah itu dan mencari solusinya. Yang terpenting sekarang adalah tidur. Mengistirahatkan pikiran d