gan muka masam saat wanita itu mena
ya Ernawati sedikit banyaknya mengenal siapa Melati dan
takan sesuatu hal kepada Edwin, lelaki
mobil, dan menyuruh sopir yang sejak tadi mengemudi, pindah ke belakang untuk duduk bersama den
tak mengeluarkan sepatah kata pun
eperti salah tingkah, karena beberap
di duduk berdampingan denga
h yang beberapa saat lalu gerbangnya terbuka secara otomat
pa dengan warna putih dominan s
g bahkan besarnya dua kali lipat dari rumah yang ditinggalinya di desa. Meskipun rumahnya masih tergolong salah sa
ati yang langsung mendapat teguran dari anaknya sendiri. Melati yang mas
rhatikan kesehatan ibu sendiri. Bukankah ibu juga pasti san
m, sambil mengusa
Melati ka
n sambil menggandeng tangan ibunya, membia
ya itu, tidak mau mengajaknya masu
r yang siap menurunkan koper miliknya, n
ng mampu membuat nyali l
ya. Dia tak mau sampai ketinggalan di belakang dan
ng duduk di kursi roda bersama dengan seorang gadis yang berdiri di belakangnya, lalu menyapanya dengan r
i dan mengernyitkan keningnya, ketika melihat parut Melati yang membesar. Meski dia sudah mendengar bagaimana cuc
ah jadi sorotan, langsung memb
u saat ini juga?" Melati bersedekap, membuat orang-orang
tu, yaitu Candra Wijaya, namun sikapnya tidak mencermin
ah kau jauh dari keluargamu maka kamu tidak bisa berbuat seenaknya seperti itu. Setidaknya berlakulah seperti wanita baik-ba
ung memegang tangan ana
r Candra segera menyela, yang d
oleh seorang istri dan keturunan, bahkan beberapa kali dia memaksa agar cucunya itu segera mencari wanita untuk mendampingi hidupnya. Namun
ku?" kata Melati lagi sambil berkacak pinggang. Dia memindai tempat itu ta
a Edwin beberapa saat lalu, te
bawanya, Pak Edwin?" tanyanya
au lelaki itu akan marah, mengingat Edwin adalah pecinta kebersi
win sambil mengangkat panggilan di pons
asistennya-J
bahasa yang lembut dan sopan. Sementara Edwin langsung pa
intu kamar yang di dalamnya cukup megah. Dia memindai tiap sudut ruangan yang tampak
isten rumah tangg
r, ny
ofa. "Oh ya, jangan panggil aku seperti 'nyonya', panggil panggil saja aku Melati. Rasanya aku s
angkahnya dan segera berbalik lalu menutup pintu k
an lupa istirahat. Aku mungkin akan pulang malam," tutur E
." Edwin mengangguk lagi
uhkanmu di rumah ini," ujar Candra sambil menatap ke
i desa. Suasananya sepi
dan ayahmu yang tua
a. Erna mengusap bahu ayahnya, lalu
nah didapatkannya di rumahnya. Bahkan Melati bisa melihat perbedaan jelas dimata ibunya