Saat Nenek pindah ke rumah baru yang di jual amat murah dengan desain yang nyaman, tapi ternyata rumah itu menyimpan banyak misteri.. Di ruang bawah tanah ternyata tempat jagal dan mutilasi. Arwah-arwah yang gentayangan merupakan arwah penasaran yang menuntut balas. Mereka sudah banyak membunuh pembeli rumah sebelumnya. Arwah penasaran merasuk pada setiap orang dan setiap inci rumah,sehingga rumah penuh dengan teror. Hidup jika malam menjelang. Satu persatu pemilik rumah diteror dan harus bertahan untuk berjuang hidup karena rumah seperti terkunci dan susah untuk keluar.
Bismillah
Rumah Nenek
#part 1
#by: R.D.Lestari.
Pagi itu ku lihat Mama begitu semangat, pakaiannya rapi dan sangat rapi.
"Mau ke mana, Ma? pagi-pagi udah seger banget," tanyaku penasaran.
Mama hanya tersenyum simpul dan membelai rambutku.
"Nenek minta diantarin lihat rumah. Kata Nenek tinggal di kota sumpek. Pengen tinggal di daerah pelosok. Bertani dan pelihara ayam," jawab Mama lembut.
Alisku terpaut. 'Nenek mau pindah rumah? rumah segede itu mau dikemanain, dijual? kan sayang!'
"Sayang dong, Ma. Rumah Nenek itu termasuk elit, loh. Kok malah mau pindah," protesku.
Mama menatapku dalam, tapi senyum tak pernah hilang dari wajahnya.
"Kalau sudah banyak makan asam garam kehidupan, terkadang harta tak menjadi kunci kebahagiaan ,"
"Kenyamanan dan hati yang tentram itu tujuan utama,"
Aku menatap Mama heran, cuma bisa manggut-manggut. Entahlah, orang dewasa memang aneh. Sudah enak tinggal di rumah yang lumayan mewah, di tengah kota pula. Di mana semua serba ada dan gampang di dapat. Kok malah mau pindah ke pelosok.
"Gas, Mama titip adikmu, Ghandy. Mama mungkin lama baru pulang,"
"Nanti makan disiapin Bi Jumi. Kak Ajeng pulang malam katanya, lembut," cerocos Mama sebelum menghilang di balik pintu setelah mengucap salam.
Aku menjawab dengan pelan dan mendoakan supaya Mama berada dalam keadaan baik-baik saja.
Kembali meraih gadget dan memainkan game yang kusuka. Ya, aku Bagas. Umurku lima belas tahun. Kelas sembilan di SMP swasta di kotaku, Surabaya.
Aku anak kedua dari tiga bersaudara. Adikku Ghandy. Umurnya sepuluh tahun, masih kelas lima SD.
Sedangkan kakakku, Ajeng, bekerja di sebuah Restoran elit dan menjabat sebagai manager. Lumayan untuk seorang cewek, dia termasuk orang yang mandiri dan wanita karir yang diincar banyak lelaki.
Mamaku namanya Rina Astuti, seorang single parent setelah bercerai dari Papa yang sekarang entah berada di mana.
Profesi Mama adalah seorang guru Bahasa Inggris di salah satu SMA negeri yang cukup populer di Kota di mana kami tinggal saat ini, yaitu Surabaya.
Sedangkan Nenek, selama ini hidup hanya berdua dengan Bulek Desi, anak bungsunya.
Rumah yang Nenek tempati memang termasuk elit, karena Nenek kaya, mobilpun ada dua.
Nenek punya lima anak. Mamaku anak keempat diatas bungsu dan paling dekat dengan Nenek karena rumah kami yang paling dekat. Bude-bude yang lain semua tinggal di kota berbeda.
Umur Nenek sudah delapan puluh lima tahun, tapi Nenek masih terlihat energik dan tak bisa diam. Kata orang Nenek awet muda, dan nampak tiga puluh tahun lebih muda dari umur yang sebenarnya.
Bulek Desi yang masih melajang menjadi salah satu alasan Nenek untuk tetap tinggal di rumah besar dan mewah itu, dan ketika Bulek Desi di lamar orang beberapa waktu lalu, barulah pagi ini kudengar Nenek mau menjualnya. Mungkin hanya Bulek Desi yang jadi alasan utama, menurutku, sih.
Memang bukan urusanku, tapi entah kenapa rasanya sayang, rumah bagus, besar dan mewah itu harus dijual. Apalagi letaknya di pusat kota. Sekarang mencari rumah di pelosok? mendengarnya saja aku enggan. Apalagi untuk tinggal di sana. Ogah.
***
Hari ini aku memang tak sekolah, santai di rumah dan bermain game, karena semenjak pandemi, sekolah daring, tapi tidak dengan sekolah Ghandy, ia tetap bersekolah meski hanya beberapa jam saja.
Menjelang tengah hari, Ghandy pulang sekolah dan langsung menanyai soal Mama.
"Ma, Mama belum pulang?"
Aku hanya melirik sekilas dan kembali menatap layar ponsel.
"Mama hari ini pergi sama Nenek, katanya mau lihat rumah," jawabku sekenanya.
"Oh ...,"
"Pesan Mama, kalau mau makan minta sama Bi Jumi, tidur siang dan jangan lupa ngaji," ucapku menirukan gaya Mama.
"Gaya banget sih, Mas. Dianya sendiri ga ngaji," cibir Ghandy, lidahnya terjulur padaku dan terkekeh mengejek.
"Heh, bocah, enak aja. Mas juga ngaji, tau!" sungutku. Bantal kursi melayang tepat mengenai jidat Ghandy. Ia meringis sembari tersungut-sungut menuju kamarnya.
***
Menjelang makan malam, Kak Ajeng pulang diantar pacarnya, Mas Sadawira.
Aku membuka pintu dan melihatnya kesal, di mana tepat saat menuju ruang tengah kulihat siluet bayangan Kak Ajeng sedang berciuman dengan pacarnya. Iuhh, menjijikkan!
Dengan wajah dingin aku menatapnya, meski Mas Sadawira tadi sempat menyapa dan tersenyum ke arahku, aku tak membalasnya, hingga ia hilang dari pandangan aku tetap berwajah masam.
"Kamu kenapa, Dek? di sapa sama Mas Sada kok diem aja," protes Kak Ajeng saat kami melangkah masuk secara beriringan.
"Kakak itu kenapa, sih. Jadi cewek kok mau dicium cowok. Kan bukan muhrim. Kata Pak Ustad, cewek sama cowok yang belum menikah di larang bersentuhan, bukan muhrim. Apalagi ciuman, itu dosa!" omelku panjang lebar.
Kak Ajeng menghentikan langkah dan menoleh ke arahku.
"Kamu tadi ngintip, ya? dosa, tau!"
"Bukan ngintip, Kak. Cuma ga sengaja lihat,"
Kak Ajeng berkacak pinggang dan menatapku garang.
"Ini urusan orang dewasa, kamu masih bocil jangan banyak tanya! ngerti?"
Aku hanya mengangguk. Takut mau bicara melihat mata Kakak yang hampir mau keluar. Wajah cantiknya jadi serupa kuntilanak, seram.
Tanpa menghiraukanku, Kak Ajeng berlalu begitu saja. Aku masih mematung ditempat dan tersadar saat suara mobil Mama terdengar di luar.
Derap langkah kaki Mama terdengar mendekat. Ia tersenyum manis dan mengangkat tentengan di kedua tangannya.
"Apaan tuh, Ma?" tanyaku girang.
"Nih, Pizza sama martabak, juga ada sate untuk kita makan malam,"
"Wah... makan enak!" seru Ghandy yang tiba-tiba datang entah dari mana.
"Kok tumben, Ma?" tanyaku.
"Nanti, Mama ceritain. Sekarang kita makan dulu," janjinya
Kami akhirnya menuju meja makan.
Tak lama Kakak keluar dengan rambut yang terlilit handuk dan pakaian yang sudah berganti. Wangi sabun mandi menguat dari tubuhnya.
"Wah, makan enak, nih, Mah," serunya, ia lalu duduk berhadapan denganku. Aku yang masih takut melihatnya, memilih mengangkat piring berisi sate dan membawanya ke ruang keluarga.
"Eh, mau ke mana, Gas? yok, makan sama-sama," ajak Mama. Aku hanya menoleh dan menggeleng, sempat melirik ke arah Kak Ajeng yang masih melempar tatapan sinis padaku.
Saat makan, kudengar Mama berbincang dengan Kak Ajeng dan Ghandy.
"Jadi, Ma... kita ikut Nenek? trus rumah kita gimana?" Kak Ajeng terdengar gusar.
"Ma, jangan pindah, dong," selaku.
"Ga, bisa. Kasihan Nenek, soalnya bulek Desi kalau sudah nikah mau ikut suaminya ke Manado, tugas," terang Mama.
"Lagian, ga gitu jauh, kok. Cuma agak masuk kampung aja, gitu,"
"Rumah ini rencana mau Mama sewain. Jadi, kalian mau ga mau harus ikut,"
"Kalau sampai ga mau ikut, kalian Mama pecat jadi anak!"
"Mama???"
****
Boy mendengus kesal saat Jean, calon istrinya itu pergi begitu saja dan meninggalkannya di tengah pernikahan yang sedang berlangsung. Untuk menutupi rasa malu, Boy yang kebetulan bertemu dengan Mia, mantan muridnya, meminta untuk menjadi istri sementara. Mia yang memang sudah menaruh rasa semenjak duduk di bangku SMA tentu saja menerima saat itu juga. Apakah Boy bisa jatuh cinta? atau malah meninggalkan Mia demi Jean yang tiba-tiba datang kembali?
Kehidupan yang begitu keras membuat Parni, berusia 40 tahun, harus memutar otaknya hanya demi memenuhi keinginan anak-anak dan suaminya yang lumpuh sejak lama. Membawanya pada dosa yang tak bertepi. Apa yang kira-kira di lakukan Parni hingga membuat satu kampungnya ketar-ketir?
Semenjak kematian Bapak yang tragis karena di keroyok warga, sosok Pocong tiba-tiba menghantui warga. Mereka bilang itu adalah Bapakku yang menuntut balas. Apa benar yang dikatakan warga? atau itu hanya wujud yang menyerupainya saja?
Tante Sarah, janda muda berumur tiga puluh tahun yang baru saja bercerai karena di khianati suaminya, jatuh cinta kembali saat bertemu Jonas, pemuda yang umurnya sepuluh tahun lebih muda darinya. Dilema menghampiri hidupnya, di mana ia harus menghadapi nasib percintaannya yang penuh rintangan. Ingin pergi, tapi Joe sudah mengikat hatinya, ingin bertahan, tapi terlalu sulit. Bagaimana nasib percintaan Tante Sarah selanjutnya?
Bercerita tentang kisah perjalanan cinta Yusuf, pemuda perantauan dari Jawa yang jatuh hati pada gadis Kalimantan. Awalnya indah sebelum akhirnya Ia mengetahui bahwa wanita yang ia cintai ternyata seorang kuyang, makhluk siluman berupa kepala terbang dan jeroan yang menjuntai. Apa yabg terjadi pada Yusuf selanjutnya?
Bukan hanya cantik, Saras punya ramuan yang membuat Fadlan bertekuk lutut dikakinya. Ramuan apa itu?
Nafas Dokter Mirza kian memburu saat aku mulai memainkan bagian bawah. Ya, aku sudah berhasil melepaskan rok sekalian dengan celana dalam yang juga berwarna hitam itu. Aku sedikit tak menyangka dengan bentuk vaginanya. Tembem dan dipenuhi bulu yang cukup lebat, meski tertata rapi. Seringkali aku berhasil membuat istriku orgasme dengan keahlihanku memainkan vaginanya. Semoga saja ini juga berhasil pada Dokter Mirza. Vagina ini basah sekali. Aku memainkan lidahku dengan hati-hati, mencari di mana letak klitorisnya. Karena bentuknya tadi, aku cukup kesulitan. Dan, ah. Aku berhasil. Ia mengerang saat kusentuh bagian itu. "Ahhhh..." Suara erangan yang cukup panjang. Ia mulai membekap kepalaku makin dalam. Parahnya, aku akan kesulitan bernafas dengan posisi seperti ini. Kalau ini kuhentikan atau mengubah posisi akan mengganggu kenikmatan yang Ia dapatkan. Maka pilihannya adalah segera selesaikan. Kupacu kecepatan lidahku dalam memainkan klitorisnya. Jilat ke atas, sapu ke bawah, lalu putar. Dan aku mulai memainkan jari-jariku untuk mengerjai vaginanya. Cara ini cukup efektif. Ia makin meronta, bukan mendesah lagi. "Mas Bayuu, oh,"
Arga adalah seorang dokter muda yang menikahi istrinya yang juga merupakan seorang dokter. Mereka berdua sudah berpacaran sejak masih mahasiswa kedokteran dan akhirnya menikah dan bekerja di rumah sakit yang sama. Namun, tiba-tiba Arga mulai merasa jenuh dan bosan dengan istrinya yang sudah lama dikenalnya. Ketika berhubungan badan, dia seperti merasa tidak ada rasa dan tidak bisa memuaskan istrinya itu. Di saat Arga merasa frustrasi, dia tiba-tiba menemukan rangsangan yang bisa membangkitkan gairahnya, yaitu dengan tukar pasangan. Yang menjadi masalahnya, apakah istrinya, yang merupakan seorang dokter, wanita terpandang, dan memiliki harga diri yang tinggi, mau melakukan kegiatan itu?
WARNING 21+ !!! - Cerita ini di buat dengan berhalu yang menimbulkan adegan bercinta antara pria dan wanita. - Tidak disarankan untuk anak dibawah umur karna isi cerita forn*graphi - Dukung karya ini dengan sumbangsihnya Terimakasih
Andres dikenal sebagai orang yang tidak berperasaan dan kejam sampai dia bertemu Corinna, wanita yang satu tindakan heroiknya mencairkan hatinya yang dingin. Karena tipu muslihat ayah dan ibu tirinya, Corinna hampir kehilangan nyawanya. Untungnya, nasib campur tangan ketika dia menyelamatkan Andres, pewaris keluarga yang paling berpengaruh di Kota Driyver. Ketika insiden itu mendorong mereka untuk bekerja sama, bantuan timbal balik mereka dengan cepat berkembang menjadi romansa yang tak terduga, membuat seluruh kota tidak percaya. Bagaimana mungkin bujangan yang terkenal menyendiri itu berubah menjadi pria yang dilanda cinta ini?
Hanya ada satu pria di hati Regina, dan itu adalah Malvin. Pada tahun kedua pernikahannya dengannya, dia hamil. Kegembiraan Regina tidak mengenal batas. Akan tetapi sebelum dia bisa menyampaikan berita itu pada suaminya, pria itu menyodorinya surat cerai karena ingin menikahi cinta pertamanya. Setelah kecelakaan, Regina terbaring di genangan darahnya sendiri dan memanggil Malvin untuk meminta bantuan. Sayangnya, dia pergi dengan cinta pertamanya di pelukannya. Regina lolos dari kematian dengan tipis. Setelah itu, dia memutuskan untuk mengembalikan hidupnya ke jalurnya. Namanya ada di mana-mana bertahun-tahun kemudian. Malvin menjadi sangat tidak nyaman. Untuk beberapa alasan, dia mulai merindukannya. Hatinya sakit ketika dia melihatnya tersenyum dengan pria lain. Dia melabrak pernikahannya dan berlutut saat Regina berada di altar. Dengan mata merah, dia bertanya, "Aku kira kamu mengatakan cintamu untukku tak terpatahkan? Kenapa kamu menikah dengan orang lain? Kembalilah padaku!"
Amy tidak menyangka suaminya yang sangat dia cintai dan percayai selama bertahun-tahun akan berselingkuh dengan berhubungan seks dengan sekretarisnya. Ketika dia menghadapinya, dia dan sekretarisnya mengejek dan mengejeknya, mereka memanggilnya mandul, lagipula, dia tidak mengandung selama tiga tahun terakhir bahwa dia telah menikah dengan suaminya, Callan. Sangat Patah Hati, dia mengajukan gugatan cerai dan pergi ke klub, dia memilih gigolo acak, melakukan one night stand dengannya, membayarnya dan menghilang ke kota kecil. Dia kembali ke negara itu enam tahun kemudian dengan tiga anak laki-laki imut yang identik dan tiga gadis imut yang identik dengan usia yang sama. Dia menetap dan mendapat pekerjaan tetapi segera mengetahui bahwa CEO-nya adalah gigolo yang dia berhubungan seks enam tahun lalu di klub. Apakah dia bisa menyembunyikan enam imut kecilnya dari CEO-nya, yang kebetulan adalah pria paling berkuasa di NorthHill dan dianggap tidak subur? Bisakah Amy dan pria paling berkuasa di NorthHill bergaul mengingat kesenjangan sosial di antara mereka.